32. SEKOTAK SURAT & 100 GANTUNGAN KUNCI BERBENTUK KAKTUS

64 19 1
                                    

SELAMAT MEMBACA !

🌵🌵🌵🌵🌵

JEDA beberapa menit setelah itu, Alisha menagih penjelasan pada Tegar. Bisa-bisanya cowok itu mengaku sebagai pacar Alisha di depan Tama. Alisha tahu Tegar hanya ingin dirinya jauh dari Tama. Tapi, kenapa harus mengaku sebagai pacarnya?

"Lo tadi kenapa bilang gitu?" tuding Alisha.

"Biar Tama nggak berani deketin lo lagi," sahut Tegar santai. Cowok itu menyandarkan tubuhnya pada dinding tembok.

"Dia emang udah ambil keputusan buat nggak deketin gue lagi. Buat jaga hatinya Imellia."

Tegar mengeryit. "Trus itu tadi apa? Kenapa dia nyariin lo? Pegang-pegang tangan lo lagi," kata Tegar.

"Imellia mau ketemu gue," jelas Alisha. Menatap kedua mata Tegar yang sedikit terkejut mendengar perkataannya.

"Terus?"

"Mungkin itu alasan Tama nyariin gue."

Tegar berdehem. "Jadi? Lo mau ketemu Imellia?"

Alisha mengendikkan bahunya dan menggelengkan kepalanya lemah. "Gatau. Gue juga bingung."

"Kalau lo mau biar gue temenin," tawar Tegar.

"Nggak usah. Biar gue sendiri aja. Nggak enak juga."

"Kan, Tama taunya kita pacaran. Jadi yaudahlah nggak apa-apa. Dia nggak ada hak buat ngelarang lo pergi sama siapa."

"Kalian pacaran?" Suara dari samping membuat perhatian Tegar dan Alisha teralihkan.

"Kenapa? Cemburu, ya?" Tanya Tegar sembari memainkan alisnya ketika bertanya seperti itu. Cowok itu juga tersenyum kecil.

"Apaan, sih! Aneh!" Ketus cewek berambut sepunggung itu. Dengan wajah kebule-buleannya.

"Nih, buat nyokap lo!" Katanya seraya menyerahkan papperbag berwarna coklat kepada Tegar secara sarkas.

Tegar dengan reflek segera menangkap papperbag tersebut kedalam dekapannya.

"Cemburu juga nggak apa-apa." Tegar berteriak ketika gadis itu berjalan menjauh darinya. Dan sempat menoleh ke belakang saat setelah Tegar berteriak.

Alisha memicing menatap Tegar yang masih memandangi tubuh Anya yang berjalan semakin menjauh dari mereka berdua.

"Apaan, tuh, tadi maksudnya?" Tanya Alisha.

Tegar menggaruk tengkuknya. "Nggak apa-apa, nggak penting juga buat lo." Tegar berdehem. "Jadi mau kapan ketemu Imellia?" tanya Tegar mengalihkan isu pembicaraan.

Alisha mengangguk tidak mau mencampuri urusan Tegar. Biar saja Tegar yang nanti menceritakannya sendiri. "Nanti, deh, kalau gue udah siap. Gue kabarin lo."

Tegar mengangguk.

🌵🌵🌵🌵🌵

"Mau kamu apa, sih, Tam?" tanya Alisha dengan nada yang bisa mengatakan kalau Alisha sedang kesal. "Dulu, kamu sendiri yang bilang buat jangan ganggu kamu lagi, karena kamu udah ada Imellia, kan? Kamu yang nyuruh aku lupain kamu. Kamu yang bilang kita udah selesai." Alisha menghela nafas, menatap wajah Tama. Kalau bukan karena harus antar makanan ke rumah warna, Alisha nggak mau ke rumah itu lagi. Karena cewek itu tahu, disana adalah tempatnya bertemu dengan Tama, dan disana, Alisha akan sulit untuk menghindar, anak-anak pasti akan bertanya dan itu mungkin akan lebih membuat Alisha bingung lagi.

Tanpa sadar, kini air matanya telah luruh membasahi sebagian pipi kanan dan kirinya. "Ini, kan, yang dulu kamu mau? Aku jauhin kamu? Oke, Tam. Aku bakal lakuin itu. Tapi tolong...kamu jangan ganggu aku, jangan egois," lirih Alisha.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang