30. ALISHA, TAMA, & IMELLIA

83 30 1
                                    

Selamat Membaca !

Selamat Membaca !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵🌵🌵

MERASAKAN penyesalan dari apa yang sebelumnya kita kira akan berakhir sempurna sesuai dengan apa yang telah kita susun sebelumnya. Begitulah Tama. Merasa senang karena membanggakan ayahnya, tapi juga sedih karena telah menyakiti seseorang dan mengecewakan Alisha. Duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang UGD dan harus berhadapan langsung dengan Papah Imellia yang sudah seperti orang kehilangan separuh nyawanya. Dan juga Dita yang tidak henti-hentinya menangis karena sahabat tercintanya sedang terkapar tidak berdaya di atas ranjang dan sedang ditangani oleh Dokter. Segala doa dan permohonan yang dikirim ke langit berharap bisa terwujudkan saat itu juga.

Tama masih diam. Tapi dalam kepalanya sangat bising. Cowok itu menunggu kehadiran ayahnya. Tidak lama segerombol orang membuat keadaan sekitar terfokus pada orang-orang berpakaian serba hitam. Tama menatap ke arahnya yang ada di barisan paling depan. Ayahnya tersenyum, pertanda bahwa dia bangga pada Tama. Tapi Tama justru sebaliknya, kecewa pada dirinya sendiri.

Papah Imellia nampak terkejut. Terjadi pembicaraan antara Ayah Tama dan Papah Imellia, yang tidak Tama tahu mereka berdua sedang membincangkan apa. Sedangkan orang-orang dari Ayah Tama menunggu sambil berjaga, takut jika terjadi sesuatu.

Tama masih menunggu. Dalam diamnya ia berdoa supaya Imellia baik-baik saja.

Pandangannya jatuh pada Ayahnya yang melihat kearahnya dengan sorot keraguan. Tapi jadi ingin tahu sebenarnya apa yanh sedang mereka bicarakan berdua.

Ayah Tama berjalan menuju ke arah Tama yang masih diam dan duduk sejak tadi.

"Tam, Ayah mau minta tolong satu hal lagi sama kamu," kata Ayah Tama. Ada jeda untuk Tama menjawab, sebab otaknya berusaha untuk memproses apa yang Ayahnya katakan. "Apa?" Tanya Tama.

"Liam setuju akan Ayah bawa ke kantor untuk mempertanggung jawabkan apa yang dia perbuat. Dia juga minta kita buat jaga Imellia, anak satu-satunya," jelas Ayah Tama.

"Imellia lagi sakit. Kamu mau jaga dia buat Ayah?" Tanya Ayah Tama.

Tama menghela nafas. Apa ini merupakan sebuah tebusan karena Tama sudah menyakiti perasaan Imellia?

"Iya, karena ini perintah ayah, Tama mau." Ayahnya tersenyum. Bangga. Pasti bangga sebab mempunyai anak yang patuh seperti Tama.

Tama nggak bisa, Yah. Nggak bisa.

Ayahnya menepuk-nepuk bahu Tama beberapa kali. "Kamu memang selalu patuh sama Ayah. Kamu memang anak Ayah."

Tama tersenyum, getir. Menutupi apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan tapi tidak berani ia katakan. Ketakutan itu sudah tertanam dalam dirinya. Bahwa setiap perintah dari Ayahnya harus ia laksanakan.

"Kamu tetap disini setelah nanti Ayah bawa Liam ke kantor. Biar dia bertemu putrinya terlebih dahulu." Tama hanya mengangguk. Seperti itu. Terus seperti itu. Selalu patuh. Seakan-akan ia adalah seorang pesuruh bukan seorang anak.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang