15. Jangan Kasih Tahu Dia...

98 32 0
                                    

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵🌵🌵

Tama duduk di kursi teras Rumah Warna. Cowok itu sengaja tidak masuk walaupun banyak anak-anak yang mengajaknya bermain bersama. Tama cuma mau menunggu....

Suara motor yang berhenti di depan gerbang Rumah Warna membuat perhatiannya tertuju pada itu. Tama terus memperhatikan gerak gerik orang itu. Setelah membayar biaya ojek online, orang itu berjalan masuk ke dalam Rumah Warna. Saat membuka gerbang pandangan yang pertama kali ia liat entah kenapa Tama.

Gadis itu berjalan menuju ke arah Tama yang masih duduk sambil menatapnya. Rambutnya ia biarkan terurai.

"Katanya nggak kesini?" Gadis itu sudah berdiri di depan Tama. Jaraknya nggak terlalu deket juga nggak terlalu jauh.

"Emang enggak."

"Lah trus ini lo disini apa?"

"Baru nyampek."

"Ohh baru nyampek. Kirain udah dari tadi trus nunggu gue. Tapi kayaknya itu nggak mungkin, ya, Tam hahahaha soalnya kan hati lo udah ada nama Imellia Pitaloka disana hahahaha."

Padahal....

Padahal....

Padahal....

Alisha nggak tahu kalau Tama udah satu jam nunggu di luar. Cowok itu menunggu kedatangan Alisha. Tapi kenapa susah banget ya bibir Tama buat bilang gitu? Kenapa ya? Ada apa sama Tama?

Tama nggak menjawab Alisha. Cowok itu hanya diam. Kemudian berdiri dan berjalan masuk ke dalam Rumah Warna. Alisha mengikuti Tama dari belakang. Anak-anak dari dalam rumah yang bergerombolan menyerbu Tama dan Alisha membuat mereka berdua kehilangan keseimbangan. Terutama Alisha. Gadis itu hampir terjatuh kalau saja nggak ada Tama di depannya. Anak-anak Rumah Warna mendorong Alisha membuat gadis itu mendekat ke tubuh Tama. Anak-anak Rumah Warna memeluk Tama dan Alisha.

Sekarang kalau digambarkan posisinya, tangan Tama yang terulur menyentuh pinggang Alisha, seperti memeluk. Alisha yang tubuhnya sudah ada dalam dekapan Tama. Kepalanya ia sandarkan pada bahu Tama.

Anak-anak itu memeluk mereka sebisa yang mereka bisa.

"Tam," bisik Alisha. Kedua tangan Alisha menyentuh dada bidang Tama.

"Nggak apa-apa, Sha. Bentar aja," jawab Tama yang mengerti maksud Alisha.

Nggak apa-apa gimana maksudnya, kalau gini Alisha bakalan makin gamon.

"Kak, ayok main basket lagi kayak kemarin. Seru tauu! Ajarin Ilham main baskettt!" seru seorang anak berkulit sawo matang.

"Iya kak ayok!"

"Ayok kak Tama."

"Kak Isha ayok main basket lagi."

Mereka saling bersorak. Nggak laki nggak perempuan semuanya mengajak Tama dan Alisha untuk bermain basket. Sengaja di bangun lapangan yang lumayan luas di belakang rumah. Kalau kalian ingat, lapangan yang dulu buat main bola sama Galen, Juan dan Alvi. Kalau sekarang, lapangan itu sudah di perhalus dan di beri penutup berupa jaring-jaring dan besi. Lapangannya sekarang bisa untuk main bola ataupun main basket.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang