36. THE WOUND THAT I LOVE

105 18 1
                                    

SELAMAT MEMBACA!

SELAMAT MEMBACA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵🌵🌵

ENTAH sudah berapa tetes air mata yang di jatuhkan Mamah saat ini. Wanita paro baya itu sedang berada dalam pelukan suaminya, yang tidak lain tidak bukan adalah Papah Alisha.

Setelah pergi dari tempatnya saat itu. Tegar langsung menghubungi Mamah Alisha. Karena cepat atau lambat wanita berkepala 4 itu akan mengetahuinya juga.

Sedari tadi, Dokter belum juga keluar dari ruang IGD. Entah bagaimana keadaan Alisha saat ini, mereka semua yang sedang menunggu di luar ruangan tidak tahu.

"Pah...Alisha, Pah..," lirih wanita itu yang terus menangis sedari tadi.

Papah terus menenangkan Mamah. Mengelus lembut punggung istrinya sembari memberikkan bisikkan berupa harapan dan doa jika Alisha pasti akan sembuh. Bisa, Alisha pasti bisa sembuh!

Anya masih diam di tempatnya. Padahal Tegar sudah menyuruh gadis itu untuk kembali ke kamarnya. Anya menolak. Ia bilang, ia ingin tahu bagaimana keadaan Alisha saat ini.

Suara pintu terbuka terdengar di telinga mereka. Mereka semua lantas mendongak mencari asal sumber suara tersebut. Mamah dengan langkah tergopoh dan pipinya yang basah mendekat ke arah Dokter tersebut. "Dok, bagaimana keadaan anak saya? Apakah Alisha baik-baik saja?"

"Alisha pasti akan sembuh, kan, Dok?"

Dokter laki-laki itu masih diam. Memberikan keleluasaan kepada mereka untuk berharap. "Dok, jawab! Bagaimana kondisi anak saya?" Mamah memberontak. Kesabarannya habis tatkala sang Dokter tak kunjung memberi balasan.

"Ibu, saya mohon Ibu tenang terlebih dahulu. Saya dan tim sudah bekerja sebisa kami. Tapi, anak ibu belum sadarkan diri. Detak jantungnya masih ada. Mungkin, sebentar lagi anak ibu akan sadarkan diri. Kita berdoa saja yang terbaik untuk Alisha," Dokter itu menjelaskan. Sekaligus menenangkan para keluarga korban.

Mamah Alisha masih tersedu. "Ap-apa saya boleh lihat kondisi anak saya, Dok?"

Sang Dokter mengangguk. "Boleh. Tapi, jangan terlalu banyak orang yang masuk. Karena itu bisa mengganggu kondisi pasien. Saya sarankan maksimal dua orang," kata Dokter itu.

Mamah dan Papah Alisha mengangguk, mengerti akan penjelasan Dokter itu. "Baik, Dok."

Setelah Dokter itu pergi meninggalkan mereka. Mamah dan Papah masuk ke dalam. Tentu saja mereka harus menggunakan baju APD. Sementara itu, Tegar dan Anya masih menunggu di luar dengan harapan besar di dalam diri mereka masing-masing.

Mamah membekap mulutnya ketika mendapati putrinya yang terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. Di sampingnya, ada Papah yang juga menatap sedih ke arah Alisha. Tubuhnya sudah tak layak di sebut tubuh lagi.

Kepala yang di perban. Kaki yang di gips, juga beberapa bagian tubuhnya yang terlihat patah.

"Al," lirih Mamah menunduk melihat Alisha yang hanya diam saja sambil memejamkan mata. "Al, kamu kuat sayang. Bangun, ya? Banyak orang yang sayang kamu, Al. Banyak orang yang pengen denger kamu bicara lagi. Al, bangun, ya, Sayang? Mamah tahu kamu kuat," ucap wanita paro baya itu.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang