2. Nugrah Aidan Hatama

170 49 9
                                    

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵

KERINGAT menetes dari dahi cowok berpostur tubuh tinggi itu. Setiap hari cowok itu melakukan latihan silat. Silat sendiri sudah jadi hobi yang bahkan dia cintai sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Nugrah Aidan Hatama.

Tama sering sampai pulang malam karena latihan silat di tempat yang nggak jauh dari rumahnya. Bukannya merasa lelah cowok itu justru senang dan menikmati latihannya.

Tama cuma mau ngelindungin orang yang dia sayangin. Seperti ayahnya yang jago bela diri hal itu menurun ke anaknya.

Tama sudah sering menjuarai kejuaraan silat nasional maupun tingkat sekolah. Otaknya juga encer dalam pelajaran. Cowok itu pernah sekali menjuarai olimpiade matematika saat dirinya kelas satu sekolah menengah atas.

Tama berjalan keluar matras, "Udah dulu ya hari ini. Kita lanjut besok. Gue ada janji soalnya," katanya pada anak-anak yang usianya di bawah dia.

Tama kadang jadi pelatih nggantiin pelatihnya yang kadang nggak bisa dateng karena ada urusan. Anak-anak juga seneng kalau yang mengajari mereka Tama. Karena nggak cuma ketampanan cowok itu, tapi juga karena sikapnya yang ramah dan nggak neko-neko.

Tama sendiri nggak ambil pusing soal anak didiknya yang sampai baper karena nggak sengaja dia pegang tangannya waktu latihan. Menurut dia itu hal wajar.

🌵🌵🌵🌵🌵

Motor klasik Tama berhenti di sebuah sanggar seni tari. Tampak dari luar bangungan itu terlihat baru. Tama melepas helmnya dan masuk ke dalam.

Seluruh penghuni yang ada di dalam sontak menatap kehadiran Tama. Cowok itu celingukan mencari seseorang yang ia cari. "Ta! Dita!" panggilnya kepada salah satu cewek di sana yang sedang latihan menari. Dita perempuan yang tengah melatih itu menghampiri Tama karena namanya di panggil, "Iya, Tam? Kenapa?" gadis itu berjalan kemudian mengerti maksud kedatangan Tama. Apalagi kalau bukan mencari sahabatnya.

"Lo nyari Imellia, ya?" tebak Dita, "dia lagi di ruang rias. Lagi ganti baju katanya. Duduk aja dulu bentar lagi juga dateng."

Tama mengangguk, mengiyakan.

Cowok itu duduk di pinggir panggung. Menunggu Imellia yang ternyata cukup lama buat ditunggu. Tama menengok ke samping kanan dan kiri. Bangunan ini cukup luas. Bangunan yang baru selesai di bangun satu bulan lalu oleh Papahnya Imellia.

Anak dari salah satu pengusaha kaya itu sangat lihai menari. Mendirikan sanggar seni tari adalah keinginan Imellia sejak duduk di bangkus sekolah dasar.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang