"kakak ceritakan!!" pinta Athanasia.
Matanya sungguh berbinar-binar sekarang.
"iya. Kita duduk dulu."
Athanasia dan Anastashia memutuskan untuk saling bertukar cerita dikamar Athanasia.
Keduanya duduk berhadapan di sofa dengan sebuah meja diantara keduanya.
"mau minum dulu atau langsung?" Anasthasia menawari.
"langsung cerita saja!!" jawab Athanasia begitu bersemangat.
"Anda itu lucu ya..? baiklah. Kita mulai darimana ya? Hm... cerita anda tadi juga mengingatkan saya dengan satu-satunya orang yang peduli dengan saya." Anasthasia mengawali.
"benarkah><??"
"iya... tapi sayangnya dia meninggalkan saya lebih dulu dari perkiraan saya." Anasthasia menarik nafas berat. Menahan air mata yang mulai berkumpul dipelupuk matanya.
"ah! M-maafkan aku! Kakak tak perlu melanjutkannya jika kakak tak ingin!" ucap Athanasia kawatir.
Athanasia yakin jika berat untuk kakaknya menceritakan masa lalunya.
Apalagi seseorang yang sangat penting dalam kehidupannya, terutama... orang itu telah tiada.
"tak apa. Akan lebih lega jika saya ceritakan." Anasthasia mencoba mengusap air matanya yang ingin merembes keluar.
"ooh... begitu ya... kalau begitu, akan kudengarkan!" dengan yakin Athanasia mengatakannya.
"hm..." Anasthasia tersenyum pada Athanasia.
Sesaat Anasthasia memandang langit-langit kamar Athanasia untuk menahan emosinya agar tidak keluar tiba-tiba.
Tak lama ia kembali memandang Athanasia yang nampak penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
"dia menyebalkan, saya pun juga sempat membencinya. Namun saya tak bisa. Kenapa? Karena saya terlanjur menyukainya.
Ia pandai membuat saya marah.Tapi juga pandai membuat saya tenang ketika mendapatkan masalah.
Dulu kehidupan saya menyenangkan, sebelum seseorang menggantikan tempat saya sebagai anak angkat ayah.
Bahkan Tuan penyihir pun hilang entah kemana." Anasthasia berhenti bercerita sesaat untuk menarik nafas dalam.
"penyihir? Teman kakak juga penyihir? Wahhh... kita sama." Ucap Athanasia heboh.
"iya anda benar. Dia tuan penyihir yang hebat. Memang dia berbahaya, atau bagi saya dia sangatlah baik hati.
Tapi sayangnya, ada kejadian yang tak pernah saya lupakan. Diulang tahun pengganti saya, ayah angkat saya membuat pesta besar.
Semua diundang. Bahkan saya tak menduga jika diri saya akhirnya diundang untuk sekian lamanya.
Tapi ternyata, ada niat tersembunyi dari pesta tersebut." Anasthasia kembali menghela nafas berat.
Athanasia memperhatikan betul-betul sampai matanya nyaris tak berkedip sekalipun.
Anasthasia sedikit tersenyum melihat tingkah lucu tersebut.
"dipertengahan acara, tiba-tiba ayah menetapkan hukuman pada tuan penyihir. Padahal setahu saya, tuan Penyihir telah hilang lumayan lama.
Ternyata, sudah beberapa bulan ayah menahannya. Tubuhnya banyak terdapat luka memar maupun terbuka. Kedua tangannya dibelenggu dengan sihir agar ia tak bisa keluarkan sihir.
Saya hanya bisa memohon dan memohon pada ayah. Tapi saya bagai batu yang menghalangi jalan saja baginya.
Ayah tak mempedulikan diri saya. Tuan Penyihir diseret oleh dua ksatria menuju ketengah-tengah aula.
Saya tak mampu melakukan apa-apa. Padahal saya sudah bisa sedikit menggunakan sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY TRANSTION //Fan Fiction Who Made Me a Princess//
Fanfiction"Bayangkan jika tiba-tiba Athanasia memiliki seorang kakak tanpa alasan yang jelas! Apakah takdir akan berubah? Bagaimana Athanasia akan menghadapinya? Bisakah ia tepati janjinya pada seseorang yg telah merelakan nyawanya demi akhir yang bahagia bag...