Chapter 29

521 67 10
                                    

Tep…

Tep…

“hemph…”

Athanasia menghela nafas.

Setelah setengah hari dalam perjalanan menuju hutan Gairz, akhirnya mereka sampai.

Tanpa pikir panjang, Athanasia langsung melangkah masuk ke dalam pintu gerbang masuk hutan itu sambil membawa keranjang buah di tangan kirinya.

sudah waktunya kah?

Athanasia pun menoleh ke belakang.

Beberapa ksatria menatapnya dengan iba.

Mungkin mereka pun tak sanggup untuk melepas kepergian Athanasia menuju ke sana.

“hm…”

Ia pun tersenyum pada mereka.

Ia mencoba meyakinkan pada mereka bahwa ia pasti baik-baik saja.

Meski hatinya terus berkata bahwa ia tak akan pernah kembali.

Dan dia, akan membohongi mereka semua.

Sring…

Muncul sebuah pijakan seperti kaca berbentuk pentagon yang mengambang tepat di depan Athanasia.

Ya!

Hanya ini yang bisa Athanasia usahakan.   

Tap…

Tap…

Tap…

Di pijaknya kaca pentagon dengan diameter kira-kira 50 centimeter dan ketebalan 3 centimeter itu hati-hati agar tidak oleng.

Begitu Athanasia kembali melangkah, muncul lagi kaca pentagon berwarna biru sappire itu dan yang sudah tidak ia pijak pun menghilang begitu saja.

Dan begitu seterusnya.

Beberapa menit awal Athanasia merasa senang.

Bagaimana tidak?

Ia berhasil membuat pijakan kaki dengan sihirnya sendiri agar ia tak menginjak akar-akar yang berkeliaran bebas di tanah.

Bisa-bisa nyawa Athanasia melayang nanti.

Tapi memangnya kenapa harus mempedulikan nyawanya?

Bukankah tujuannya ke sini untuk mengakhiri hidupnya sendiri?

Kenapa jadi peduli pada nyawanya?

“hemph… apa yang kau pikirkan Athanasia…” gumam Athanasia sambil menghela nafas panjang.

Suasana di hutan itu lama-lama semakin gelap dan semakin mencekam.

Lihat saja!

Tak ada satupun tanda-tanda makhluk hidup di sana selain Athanasia sendiri dan semua pohon besar di sana.

Meski itu hanya pohon-pohon yang berusia ratusan tahun dan akarnya telah menyebar kemana-mana.

Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu dari mereka adalah pohon Gairz.

Pohon itu bagai makhluk hidup layaknya hewan dan manusia.

Bisa bergerak sesuai keinginannya dan nyaris bisa berpindah tempat sendiri.

Bukankah itu sungguh mengerikan?

Memikirkannya bisa membuat Athanasia merinding.

Apalagi jika sampai tahu sosok pohonnya.

Ia hanya bisa mengeratkan pegangannya pada gagang ranjang buah ditangannya itu.

Wush…

Angin dingin menerpa.

DESTINY TRANSTION //Fan Fiction Who Made Me a Princess//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang