CHAPTER 20

757 81 13
                                    

“Yang Mulia! Saya dengar nona Zenith akan kesini, anda yakin akan tetap pergi?” Tanya Felix dengan ragu.

Sebenarnya ia sangat ingin tuannya ini bertemu putrinya lagi.

Tapi kalau sampai ketahuan Zenith lagi, pasti keadaannya makin runyam.

Bukankah masalah tak aka nada hentinya nanti?

“ya! Lebih baik sekarang!” ucap Claude datar.

Pria itu berhenti menulis dengan bolpoin emas dan meninggalkan beberapa kertas di mejanya tetap berserakan.

Dari manapun jika dilihat, pria itu memang tidak peduli dengan semua yang ada disekitarnya.

Rasanya tangan Felix gatal untuk merapikan semua berkas itu saat ini juga.

Tapi ia harus ikut Claude untuk menuju kamar Athanasia.

Ia juga salah satu cara agar ia bisa melihat Tuan Putri yang sangat di sayangi seantero Obelia.

“Felix! Sampai kapan kau akan berdiri disitu?” Tanya Claude yang sudah berada diambang pintu menatap Felix dengan tatapan datarnya.

“a-ah! Maaf Yang Mulia! Saya melamun barusan!”

Seketika lamunan Felix buyar.

Bahkan ia tak sadar kalau melamun barusan.

Ia pun mengikuti langkah Claude yang lebih dulu berjalan menuju kamar sang Tuan Putri yang hilang dari ingatan sang penguasa Obelia.

“Yang Mulia!” panggil Felix.

“apa?”

“e… boleh saya bertanya sesuatu, Yang Mulia?” Tanya Felix.

Banyak yang ingin ia tanyakan.

“katakan.” Ujar Claude malas.

“a-apa alasan Yang Mulia ingin melihat Tuan Putri?” Tanya Felix dengan penuh ragu.

Ia takut jikalau nanti tiba-tiba Claude memenggal kepalanya, bagaimana mungkin ia bisa meminang Lily nanti?

“aku tidak tahu.”

“eh?”

Felix seperti merasa salah dengar untuk yang kesekian kalinya.

Tidak tahu?

Bukankah itu aneh?

Yah… tapi memang dari dulu, sang penguasa Obelia ini nampak seperti orang yang tidak tahu apa-apa.

Tapi bagaimana mungkin Obelia bisa jadi Negara terbaik di dunia?

Dasar orang aneh!!

Keduanya pun masuk ke dalam keheningan.

Tak ada satupun suara yang terdengar, kecuali tapak kaki mereka.

Beberapa maid yang sempat bertemu mereka, seketika menunduk hormat dan tak lupa untuk memberi salam.

Mungkin sejak hilangnya lagi ingatan Claude, mereka jadi kembali ketakutan jika harus berhadapan dengan pria itu lagi.

Padahal bagi Felix, Claude juga tidak makan manusia. Aneh.

Mereka melalui taman mawar milik Athanasia yang di klaim Zenith sebagai taman miliknya.

Baru beberapa saat lewat sana mereka mendengar suara,

“kau marah padaku? Dasar! Kau ingat, memangnya kau bisa berdiri?! Duduk saja susah, mau berdiri.”

Suara itu, sangat jelas terdengar di telinga sang penguasa Obelia.

DESTINY TRANSTION //Fan Fiction Who Made Me a Princess//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang