CHAPTER 12

882 116 19
                                    

Hembusan angin semilir menerbangkan beberapa helai rambut pria beriris mata ruby itu.

Rambut panjangnya berhasil menganggu tidurnya yang nyenyak pagi ini.

Ia coba membuka matanya perlahan, dan secara perlahan pula sinar matahari yang lumayan silau memasuki retina matanya.

"cih... terang sekali." Decihnya karena terganggu.

Ia pun mengambil posisi duduk lagi diatas pohon yang sama sejak seminggu yang lalu.

Ia tak beranjak sama sekali dari sana selama seminggu penuh.

Siapa lagi yang bisa melakukan hal sebodoh itu selain Lucas, sang penyihir terkuat dan hebat?

Ia masih merasa kesal pada Athanasia.

Ia merasa Athanasia sungguh ceroboh.

Bahkan sampai-sampai semua hal yang ada di Istana berubah begitu saja.

"ugh!" tiba-tiba Lucas merasa kepalanya pusing.

"ada apa lagi ini?" gumamnya.

Angin yang kencang tiba-tiba Melewati dirinya dengan lumayan kasar.

Hal itu berhasil membuatnya terheran-heran.

"heh! Apakah hanya angin yang bisa memberiku jawaban? Dasar!" Lucas mendengus kasar.

WUSH...

Angin yang lebih kasar langsung menerjangnya hingga ia hampir jatuh dari atas pohon.

"AGH!! Dasar angin sialan! Iya iya aku pulang!!!" ucap Lucas kesal.

SLAP...

Lucas pun menghilang begitu saja dari sana.

.

.

.

"nona Zenith bagaimana kabar anda?" Tanya anak dari bangsawan Irene dengan senyum yang merekah.

"aku baik-baik saja kok. Terima kasih sudah bertanya." Jawab Zenith membalas senyuman tersebut.

Athanasia yang berdiri dibelakang. Zenith hanya bisa tersenyum terpaksa disana.

Sempat melihat Athanasia yang tersenyum paksa, gadis berambut hijau berwarna Helena itu membisiki Adelia.

"hei lihat! Kasian sekali Tuan Putri!" ucap Helena sangat lirih.

"kau benar. Kasihan sekali. Aku sangat ingin mengajaknya, tapi aku takut nona Zenith akan marah." Jelas Adelia.

"apakah Nona Zenith akan menjadi pengganti Tuan Putri nanti?"

"aku tidak tahu. Tapi kelihatannya iya."

"tapi aku tidak terlalu setuju kalau Nona Zenith yang jadi putri Mahkota."

"iya. Nona Zenith sangat berbeda dari yang dulu."

"malahan aku sedikit tak menyukai sikapnya ini."

"iya aku juga."

"aku juga merasakan hal yang sama."

"semoga Tuan Putri bisa bersabar."

Bisikan demi bisikan terdengar jelas ditelinga Zenith.

Gadis bersurai coklat itu memunculkan perempatan diatas kepalanya.

Emosinya tertahan.

Ia sangat menahan emosinya.

Hingga ia mendengarkan hal yang sangat membuatnya tak tinggal diam.

Helena melirik kearah Zenith dan dengan ragu ia mencoba bertanya,

DESTINY TRANSTION //Fan Fiction Who Made Me a Princess//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang