Chapter 28

633 74 14
                                    

Attention allert⚠️⚠️

Yang punya riwayat sakit baperan mungkin bisa di pending aja ya bacanya😅

Sama yg punya lagu "when night fall" ost. Drakor While Were You Sleeping silahkan di nyalakan oke!

Happy reading guys!!>///<

.

.

.

Sret...

Lily telah mengencangkan pita jubah yang Athanasia gunakan hari ini.

“hemph…”

Lily menghela nafas berat.

Sejak kemarin, ia tak bisa tidur karena memikirkan gadis satu ini.

Kenapa begitu mengiyakan semua keinginan dan perintah Zenith.

Padahal nyawanya akan jadi taruhannya.

Bahkan jika itu dirinya, Lily akan lebih memilih di hukum daripada menjalankan perintah.

Ia tak sekuat Athanasia.

“Tuan Putri… apakah anda yakin untuk tetap pergi?” Tanya Lily cemas.

Ia sangat berharap Athanasia membatalkan perjalanannya mencari bery itu.

Sang Tuan Putri pun menoleh ke arah Lily dan menunjukkan senyum hangatnya yang tampak dipaksakan.

Sudah jelas gadis itu tak bisa apa-apa selain melaksanakan perintah.

Lily hanya bisa berharap dan berharap agar gadis itu mengurungkan niatnya untuk kesana.

Ia sangat berharap.

Ia tak ingin terjadi apa-apa pada Athanasia.

Tapi sepertinya, tak ada sedikitpun harapan pada gadis itu.

“kau jangan kawatirkan aku, Lily! Aku bisa sedikit sihir kok. Paling tidak, aku akan kembali kan?” ucap Athanasia sambil mempertahankan senyumannya.

“ha?! T-Tuan Putri… hiks… anda… harus kembali…”

Tak di pungkiri, air mata Lily tak bisa ia tahan lagi.

Ia tak bisa sembunyikan lagi kesedihan yang di rasakannya.

Mana mungkin ia bisa melepasnya begitu saja ke daerah paling berbahaya di Obelia?

“aku pergi, Lily..!”

Blam…

Athanasia pun menutup pintu itu dengan pelan.

Dengan berat hati, Lily melepas gadis yang ia asuh sejak bayi itu.

.

.

.

  Dengan langkah pelan, Athanasia melangkah ke luar Istana Emerald menuju halaman luar istana kerajaan.

Untuk menuju pintu gerbang hutan Gairz, beberapa prajurit kerajaan akan menghantar Athanasia dengan kereta kuda kerajaan dari istana menuju hutan tersebut.

Dengan langkah yang tegar, Athanasia berjalan menuju kereta kuda itu.

Entah kenapa, sedikit terbesit harapan pada hati kecil Athanasia.

Ya…

Dia berharap Claude melihat kepergiaannya.

Paling tidak untuk mengucapkan kata selamat tinggal.

Tapi sepertinya, harapan itu akan segera lenyap begitu saja.

Lihat disana!

Hanya ada Athanasia dan beberapa prajurit yang akan mengawalnya nanti.

DESTINY TRANSTION //Fan Fiction Who Made Me a Princess//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang