Bagian 1

106K 7.8K 1.7K
                                    

Tik! Tik! Tik!

Drrt-drrt-drrt...

Ting!

Bunyi ketikan keyboard serta dentingan notifikasi dari berbagai ponsel pintar mampu meredam keheningan di ruang yang memiliki ukuran sekitar 9meter×8meter itu.

Bukan! Mereka bukan sedang berada di ruang komputer, melainkan sedang berada di dalam kelas.

Hari pertama MOS di SMA Purnama, lebih tepatnya di kelas X IPA, sejauh ini belum ada satupun guru atau anggota OSIS pun yang memasukinya. Hal itu tentu saja dimanfaatkan para siswa baru untuk bersantai sejenak.

Hampir semua orang berkutat dengan smartphone, benda pipih yang kini dianggap sebagai jantung oleh generasi milenial.

Bunyi lembaran kertas yang dibolak-balik serta embusan napas bosan jelas saja tidak terdengar di ruangan ini. Orang-orang tidak lagi mati kebosanan jika sudah berselancar di media sosial.

Fungsi mulut untuk berbicara seakan diganti dengan ketikan jari yang menari-nari di atas keyboard.

Sehari sebelumnya, mereka telah digabungkan dalam sebuah group chat yang berisi tiga puluh lima anggota di dalamnya. Satu guru wali kelas, dan sisanya adalah murid.

Hal itu tentu saja mempermudah mereka untuk saling mengenal satu sama lain.

Nyaris semua orang berkutat dengan smartphone, tapi tidak dengan ketiga orang di sudut kelas ini.

Terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan.

Si perempuan berbisik-bisik pada lelaki di sampingnya. Sementara lelaki di depannya, memutar bola mata jengah, sambil mengumpat di dalam hati. Dasar gadis licik!

Bunyi ketikan keyboard serta dentingan notifikasi masih mendominasi di ruangan ini, hingga-

Brakk!!!

"S-O-S. Mampus! Gue menang!"

Suara gebrakan serta lengkingan yang cukup mengganggu itu mampu membuat kaum milenial di ruangan itu menoleh ke sumber suara.

Apa yang terjadi? Suara siapa itu? Apa ada yang kesurupan?

Ya, kira-kira begitulah yang mereka pikirkan.

"Tiga! Curang woi! Lo dibantuin sama si Sean!" sahut lelaki yang duduk di depan Timmy.

Gadis yang dipanggil dengan sebutan Tiga itu adalah Timmy Zazasya, keturunan dari pasangan fenomenal Tommy Alvano dan Zafana Zarea Aisyah. Gadis itu memutar kursinya menghadap belakang demi bermain untuk menghilangkan suntuk. Gadis itu duduk bersama Sean di sudut kelas, nomor dua dari belakang.

Timmy si gadis yang kelewat ceria itu sama sekali tidak merasa bersalah sekalipun sudah tertangkap basah.

Sean Ferelio, kerap dipanggil 'Satu' oleh Timmy, hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil, menampilkan lesung pipit di kedua pipinya, kala melihat kelakuan ajaib sepupunya, Timmy. Lelaki itu menyandarkan punggungnya di dinding. Dan Timmy, tadi mengajaknya berbisik-bisik guna memecahkan permainan legendaris SOS yang dimainkannya bersama Diga. Sean merupakan keturunan dari pasangan Anna dan Leo.

Di depan mereka, lelaki yang duduk sendirian itu hanya bisa mendengkus pasrah, kala dizolimi oleh Timmy. Gadis itu selalu berbuat curang. Dan sialnya, ia tak pernah kapok jika diajak bermain oleh gadis itu. Lelaki itu bernama Diga Saputra. Salah satu keturunan kembar dari pasangan Kaira dan Abdi. Diga juga memiliki nama panggilan khusus oleh Timmy, yaitu 'Dua'.

Timmy tertawa cekikikan saat melihat raut kekesalan di wajah Diga. Gadis itu tentu saja bangga dapat memenangkan permainan SOS melalui kertas petak-petak. Dan sekali lagi, kertas petak-petak itu ia dapatkan dari ransel Diga. Timmy merobek buku Matematika baru milik Diga tanpa izin pemiliknya.

Dan sekarang, gadis itu menempelkan telapak tangannya pada gumpalan tepung terigu di atas meja lantas mengusapkannya pada wajah Diga.

Lagi-lagi Diga hanya bisa pasrah. Wajah tampannya kini sudah tertutupi oleh tepung sialan. Terlebih, tepung terigu itu adalah hasil curian dari kantin. Jangan tanya siapa yang mencurinya. Sudah pasti makhluk betina di depannya!

"Dua! Lo lucu..." Timmy tertawa ngakak. Selera humornya benar-benar rendah.

Diga sama sekali tidak memedulikan bentuk wajahnya saat ini. "Ayo lanjut! Sekarang giliran gue!"

Diga kembali berkutat pada selembar kertas petak-petak di hadapannya. Ia akan balas dendam!

Timmy menopang kedua tangannya di bawah dagu. Senyum nakal terpatri di sudut bibirnya.

Sementara Diga, keringat dingin mulai mengalir di sekitar pelipisnya.

"S..."

"Hmm..."

Diga bermonolog. Dia tidak boleh menyerah!

"S... O..." Lelaki itu menggeleng, lantas kembali menyapu pandangannya pada selembar kertas petak-petak. Ia sedang mencari sebuah keberuntungan.

"S-O-S! Akhirnya!" Diga mencoret kertas itu secara vertikal dan horizontal berkali-kali.

Senyum nakal Timmy mendadak luntur. Gadis itu meneguk salivanya yang mendadak terasa berat.

Dia ... kalah telak!

"Tiga! Gue menang!!! Dan sekarang..." Diga mulai menempelkan telapak tangannya di atas gumpalan tepung terigu. Sedetik kemudian, tangannya terangkat di udara.

Timmy membulatkan matanya tak santai. "Tunggu!"

Diga menghentikan pergerakannya. Tangannya masih terangkat di udara.

"L-lo ... masih kalah. Lo gak akan menang!" ucap Timmy. Sedetik kemudian, gadis itu merobek kertas petak-petak coretan Diga lantas meremuk dan memasukkan gumpalan kertas kecil itu ke dalam mulutnya.

Diga tampak shock. Gadis itu benar-benar sudah gila!

Sean yang duduk di sebelah Timmy menepuk bahu gadis itu pelan, lantas menyentuh dagu gadis itu, "Keluarin kertasnya," ucapnya.

Timmy menggeleng mantap.

"Timmy ... keluarin kertasnya sekarang," ucap Sean lagi, tanpa nada kekerasan di dalamnya.

Gadis itu menurut. Ia menunduk dan membuang gumpalan kertas kecil di mulutnya ke lantai. Timmy kembali mendongak dan tersenyum lebar. Sean mengusap rambut gadis itu gemas.

"Dua, lo masih kalah," ucap Timmy bangga.

Mendengar itu, jelas saja Diga semakin dongkol. Lelaki itu tidak akan tinggal diam kali ini. Tangannya bergerak mengambil segenggam tepung terigu di atas meja, berniat ingin melemparkannya ke wajah gadis itu.

Tapi, sebelum itu, tanpa mereka sadari beberapa anggota OSIS masuk ke kelas itu. Satu di antaranya menoleh ke arah siswa-siswi, hingga manik matanya terfokus ke sudut kelas.

"HEH! APA-APAAN INI!"

Diga tersentak kaget. Lelaki itu mendongak. Ia bahkan lupa dengan keadaan wajahnya saat ini.

"SIAPA KAMU? SISWA BARU DI SINI BUKAN?!"

***

TBC!

Hai-hai! Selamat datang di cerita keduaku yang berjudul Tiga.

Untuk pembaca baru yang gak sengaja nemu cerita ini, kusarankan sebaiknya baca cerita Fireflies lebih dulu. Karena ada beberapa nama tokoh yang mungkin bikin kalian bingung dan bertanya-tanya.

Dan untuk pembaca lama, jangan lupa tinggalkan jejak ya:")

Btw, kalian tau permainan SOS kan? :"(

Buat yang gak tau, cek Google gih:v

Okey, see you next part!

Oh ya, buat yang mau nanya-nanya seputar karyaku, bisa follow akun Instagram ku yaa.
@natasya.ylr28

Salam hangat,
Na❤️

Tiga [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang