BAB 10

151 17 30
                                    

     Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi semua berkumpul di ruang meeting, Evan pun sedang sibuk membahas masalah sesuatu.

       "Jadi.. Kita kedepannya harus bisa mencari investor yang akan membuat iklan ini menjadi sangat besar, kita pun akan mengadakan brand awarness, mampu menarik perhatian pasar dengan cepat buat mempromosikan iklan ini secara visual ditambah cari Cast yang saat ini lagi hapening. Tolong kerja samanya ya." Kata Evan. Namun ia melihat bulpennya memutar.

Semua tampak bingung saat melihat bulpenya yang berpurar dengan sendirinya.

       "Jangan iseng dong ayank embepp…. Aku lagi cari nafkah… kamu main-main di ruangan mana kek, maen laptop gih, buka pesbuk kek, instagram kek." Kata Evan sambil melihat ke arah bulpennya di atas meja.

        "Maaf Pak, ngomong sama siapa?" Tanya karyawan yang lain. Sementara yang lainnya saling memandang heran.

       "Eehh.. Anu.. Sama diaa barusan." Kata Evan. Kemudian yang lainnya dengan wajah bingung menganggap Evan berhalusinasi. "Ya udah.. Kita sudahi meeting ini. Jadi setiap departemen udah paham sama tugas masing-masing ya. Selamat bekerja." Sambung Evan. Semuanya pun memberi salam dan keluar dari ruangan. Hanya tinggal Evan yang sedang membereskan berkas-berkasnya.

         "Maaf Pak.. Bisa saya bereskan?" Tanya Aris saat masuk ke dalam ruangan sambil membawa baki.

         "Ntar dulu…  Itu masih ada cemilannya, kalo lu mau bawa aja ke pantry, tapi sisain gua dua yaa!" Jawab Evan.

       "Eehh.. Gak usah repot-repot pak, makasih, kalo bapak mau ambil aja." Kata Aris sambil membereskan meja.

        "Eh gua kesel dah….! Tapi… lu takut gak kalo gua ceritain?" Tanya Evan.

       "Hah? takut kenapa??" Tanya Aris bingung.

       "Hmmm.. Lu inget kan pacar gua dulu yang namanya Icha waktu kuliah?" Tanya Evan.

       "Inget. Kenapa Pak? Ditinggal nikah? Atau ngajak balikan? Atau abis potong tambut? Hmmm... Jangan-jangan.. ketemu di jalan?" Tanya Aris bingung.

       "Ngapa lu sampe kepikiran potong rambut? Gua di tinggal pergi! Dia udah… ahh.. Gua gak sanggup untuk ceritanya, hati ini terpukul… sakit hati ini, andai hati bisa di urut, gua pengen urut nih hati! Pokoknya sedih aja." Kata Evan sambil menutup kupingnya dengan kedua tangan.

       "Kok kupingnya yang di tutup? Mukanya yang di tutup pak. Kenapa sih Pak?? Bikin penasaran aja." Kata Aris.

       "Oh seharusnya muka ya? Oke..oke…. Nih gua gak perlu ceritain keadaanya, cuma lu liat nih bulpen gua, lu tatap ya. Oke.... Ayank embep.. Coba kamu kasih tau sama Aris kalo kamu disini." Kata Evan. Semetara Aris hanya memandang serius ke arah bulpen.

        "Bapak ngomong sama siapa sih?" Tanya Aris bingung.

       "Oke.. Oke gua ulang lagi.. Ayankk embepp.. Coba kamu mainin bulpennya lagi deh." Kata Evan sambil menujuk ke arah bulpen. Namun bulpenya tetap diam tak bergerak.

        "Ah… bapak suka becanda! Mau main sulap ya?" Kata Aris sambil menggaruk kepalnya dan kembali membersihkan meja. Namun Aris dan Evan tak menyadari pintu pun seperti bergoyang dengan sendirinya.

Saat Aris menumpuk beberapa piring kecil ia terdiam saat melihat cangkir yang bergeser sendiri. Aris pun dengan wajah kaget hanya terdiam. Ia pun kembali meraih cangkir, namun lagi-lagi cangkir itu bergeser pelan. Evan pun sibuk melihat handphonnya. Namun saat Evan memandang Aris ia terdiam heran.

        "Lu kenapa liatin gua? Minta pulsa? Udah beresin buruan…" Kata Evan.

        "Ehh… tapi tadi saya baru mau amgkat cangkirnya eh cangkirnya gerak sendiri Pak." Kata Aris.

CINTA UGET-UGET (Bab 1 - BAB 34 TAMAT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang