23- Terimakasih

10.8K 1.1K 392
                                    

Kali ini partnya bener-bener biasa aja. Maap ya buntu banget ahaha..




.
.
.

"Pa, Papa kok ngilang si malem tadi? bangun bangun malah liat onta!" Protes Dhani saat sudah mendudukkan dirinya di hadapan Tian, di meja makan.

"Lah? yang ngilang duluan siapa?" Tanya Tian dengan ekspresi datar.

"Siapa?! orang Dhani tidur aja kok malem tadi!" Sungut nya menatap aneh ke arah Tian.

"Dih kebiasan Jaelani gak sadar diri!" Cibir Tian membuat Dhani mendelik.

"Ya mending daripada Papa gak inget umur,"

Rama hanya mengulum senyum melihat anak dan bapak ini. Malam tadi setelah film yang ia tonton selesai baru lah Rama membawa Dhani ke kamar dengan menggendongnya tanpa mengubah posisi tidur anak itu, menggendong nya didepan seperti koala.

Saat berada di depan kamar tiba-tiba Tian keluar dengan wajah mengantuknya.

Tian mengerjapkan matanya melihat anak nya yang tiba-tiba hilang ternyata ada di gendongan Rama. "Loh anabul kenapa bisa ada di kamu?" Tanya Tian menaikkan sebelah alisnya heran.

"Ngelindur, jalan sendiri datengin Rama." Jawab Rama membuat Tian tersenyum mengacak pelan rambut sang anak.

"Dulu dia emang suka jalan sendiri pas lagi tidur cuman buat datengin Mama nya. Kayaknya sekarang balik lagi deh," Ucap Tian tersenyum simpul.

"Selamat, dia udah nerima kamu ahaha.." Tian menepuk pundak Rama kemudian berlalu menuju kamarnya meninggalkan Rama yang tersenyum kecil.

"Udah udah, sarapan. Ntar telat loh," Ucap Dyra menengahi agar tidak terjadi debat yang berkepanjangan.

Dhani memakan sarapannya sambil sesekali menatap sengit ke arah Tian, begitu juga dengan sang Papa.

Setelah selesai makan Dhani meminum susu hangat yang dibuat kan oleh Dyra. "Pa, skinker Dhani abis. Di tunggu ya uangnya," Ucapnya membuat Tian hampir tersedak.

"Perasaan baru kamaren deh belinya, masa sekarang udah abis."

"Baru kemaren apanya, udah lama kali!" Balas Dhani membuat Tian mendengus.

"Iya nanti dikasih uangnya," Ucap Tian membuat Dhani mengembangkan senyumnya.

"Makasih Papa sayang," Tian memutar bola mata jengah namun setelahnya tersenyum juga menatap anaknya.

Tian mengernyit saat baru menyadari ada yang aneh dari putranya, "Muka Dhani kok pucat?" Tanya Tian seraya menaikkan sebelah alisnya. Semuanya kini menjatuhkan atensi mereka pada Dhani.

Dhani mengerjapkan matanya lalu mengerucutkan bibirnya kesal, "Ini karna skinker Dhani abis! Makanya Papa cepet kasih uang!" Jawab Dhani asal.

Tian menyipitkan matanya, "Yakin?" Tanya nya yang dijawab Dhani dengan anggukan mantap.

Tian menghela napas lega, ia hanya terlalu berpikir berlebihan akhir-akhir ini. Tian yakin anaknya ini dalam kondisi baik.

"Yaudah kita orang berangkat dulu," Ucap Dhani kemudian berdiri dan menarik kerah belakang seragam Rama.

Mereka berdua menyalimi Tian dan Dyra bergantian kemudian beranjak ke luar rumah.

"Lo belum ngasih tau?" Tanya Rama seraya memasangkan helm di kepala Dhani.

Dhani menatap Rama datar, "Ya menurut lu?"

Rama hanya tersenyum simpul lalu menaiki motornya diikuti dengan Dhani. Rama segera menjalankan motornya menuju sekolah. 

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang