05- Belajar jadi kakak yang baik

12.2K 1.3K 45
                                    

Rama baru aja pulang dari rumah Anjas, selain mau ketemu dede bayi tujuan Rama datang karena beberapa teman OSIS diajak Anjas buat diskusi dirumahnya tentang persiapan MPLS yang akan diadakan sekitar seminggu lagi.

Pas masuk kamar Rama melihat paus terdampar di atas kasur.gg

Rama naroh tas selempang nya asal di atas meja belajar terus mau ganti baju, tapi berhenti sebentar merhatiin muka Dhani yang lagi tidur.

"Lu lagi tidur aja marah-marah keknya dalem mimpi," Ucap Rama memperhatikan alis Dhani yang mengkerut.

Selesai ganti baju Rama langsung ke dapur sambil membawa sekotak kue yang tadi dia beli.

Dirumah cuman ada mereka berdua karena Tian dan Dyra sudah kembali masuk kantor seperti biasanya.

Lagi asyik makan kue sambil chattingan datang lah singa yang baru bangun tidur.

"Udah bangun?" Tanya Rama basa basi.

"Mata lu buta?" Sahut Dhani judes.

Senyum ganteng aja udah Rama ditanyain baik-baik malah ngegas.

"Mau?" Tawar Rama sambil menyodorkan kue balok ke arah Dhani.

Ntah nyawanya masih belum terkumpul atau apa Dhani malah mendekatkan wajahnya dan memakan kue dari tangan Rama.

Rama speechless. Gak salah apa? Ceweknya sendiri pun gak pernah Rama suapin.

"Enak, buat gue semuanya ya. Laper," Pinta Dhani dengan senyum paling manis yang dia punya. Seakan dihipnotis Rama menganggukkan kepala dengan mulut yang sedikit menganga.

"Lo belum makan siang tadi?" Tanya Rama memperhatikan Dhani yang pipinya menggembung dengan sedikit coklat dipinggir mulutnya.

Dhani hanya mengangguk tetap menikmati kue nya. Rama gemes banget sumpah pengen nyubit itu pipi gede banget kayak bakpao.

"Gue bikinin makan ya?" Tanya Rama yang mendapat tatapan aneh dari Dhani.

"Emang bisa masak?"

"Mata sapi doang sih, mau?"

"Terserah," Jawabnya sambil lanjut makan.

Rama senyum geli melihat sisi lain dari seorang Ardhani. Coba aja tiap hari kayak gini kan adem liatnya.

Gak perlu lama telor mata sapi nya udah siap dan kue juga udah ludes Dhani makan sendiri.

"Mata sapi darimana kuningnya pecah gini," Komentar Dhani sambil menatap Rama datar.

"Yang penting masih bisa dimakan kan?" Tanya Rama bikin Dhani mengangguk kecil.

"Oiya sabtu depan disuruh dateng ke sekolah buat persiapan MPLS," Ujar Rama sambil menyendokkan nasi ke piring Dhani.

Dhani sebenernya gak mau satu sekolah sama Rama tapi apa daya SMA incarannya ternyata tempat Rama bersekolah.

"Hmmm," Balasnya hanya dengan gumaman singkat.

"Ciee bakalan jadi adkel gue dong!" Ucap Rama menaikturunkan alisnya. Dhani hanya mendengus lalu menyuap nasinya dengan brutal.

Rusak sudah hari-harinya bakalan ketemu Rama dari ngebuka mata sampai tutup mata lagi.

Rama sesekali melirik Dhani, diliat berapa kalipun itu orang mukanya emang pucat.

"Btw muka lo pucat, lagi gak enak badan?"

"Biasa lah kepala gue sakit,"

"Biasa? Udah sering dong berarti?"

"Ya lu pikir aja sendiri!"

"Huftt jangan di anggap remeh kalo sakit kepala mah,"

"Lu pikir gue nggak peduli ama kesehatan sendiri?! Gue juga gak mau sakit. Apa perlu gue lepas ni kepala biar gak sakit lagi?!" Rama mengerjapkan matanya saat Dhani menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Rama sedikit kaget dengan Dhani yang tiba-tiba emosi walaupun sebenarnya dia emang udah marah-marah dari tadi tapi kali ini beda. Ntahlah mungkin cuman perasaan Rama.

"Yaudah lo istirahat gih, ntar gue yang beresin semuanya."

"Ya emang lu! Masa gue!"

"Iya iya udah, istirahat aja sana."

Rama harus banyakin sabar sama ngalah aja kalau mau jadi kakak yang baik buat adek yang ngeselin.

.
.
.

Malamnya Rama dan Tian lagi asyik nonton sinetron , sedangkan Dhani dan Dyra menyiapkan makan malam.

"Gimana? Udah akrab belum?" Tanya Tian membuat Rama menggeleng pelan.

"Belum, Pa. Masih sewot orangnya,"

Tian tertawa kecil lalu menepuk pelan punggung Rama.

"Dhani itu anaknya ceria, cerewet, manja, gemesin banget pokoknya, ngomongnya juga lembut kayak Putri Solo bikin tambah unyu," Tian ketawa sendiri denger ucapannya.

"Tapi waktu Mamanya pergi dia tiba-tiba mendadak jadi pendiam dan sekarang malah suka ngegas gak jelas," Jelas Tian tersenyum nanar. Ia tau kepergian Vira- istrinya amat berdampak besar terhadap perilaku Dhani.

Rama tersenyum simpul, walaupun dia baru aja kenal Dhani sekitar sebulan lebih tapi ntah kenapa muncul perasaan ingin selalu berada di sisi anak itu, menjaganya, melindunginya. Seperti yang Rama pernah bilang, dia bakalan jadi kakak yang baik yang menghujani adeknya dengan sejuta kasih sayang.

"Makanan udah siaapp..." Seru Dyra membuat Rama dan Tian segera menuju dapur.

"Wihh ayam kecap!" Mata Rama berbinar melihat makanan favoritnya. Sedangkan Dhani menatap jengah pada Rama, gak tau kesel aja liatnya.

"Dhani hebat ya bisa masak," Puji Dyra seraya tersenyum manis.

"Iya, dulu Dhani sering bantuin Mama." Balas Dhani bikin Tian mengusak surainya lembut.

"Anak Papa pinter sering bantuin Mama," Puji Tian membuat Dhani tersenyum simpul berusaha menahan air mata yang tiba-tiba menggenang dipelupuk matanya.

Dhani tiba-tiba merindukan kehadiran sang bunda disini.

"Mama, Dhani rindu." Lirihnya dalam hati.















14.05.2020

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang