03- Gak Mau Dia!!

14.5K 1.6K 114
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Dyra tapi sayangnya Rama gak bisa hadir karena dia pergi piknik sama temen-temennya. Mereka ingin menyegarkan pikiran sekaligus liburan semester.

Pernikahannya digelar dengan sederhana di gedung.

Dhani mengerucutkan bibirnya memperhatikan Tian yang senyam senyum gak jelas dipelaminan.

Iya tau yang udah sah!

Dhani juga ikut bahagia melihat Tian yang kini bersanding dengan seorang wanita cantik. Meskipun keduanya telah menginjak kepala tiga tapi tetep aja aura ketampanan dan kecantikannya terlihat sangat kuat.

"Ma, Kakak nya mana?" Tanya Dhani memutuskan untuk menghampiri dua pasutri baru itu.

Tian tertawa saat Dhani menanyakan keberadaan kakaknya dengan wajah frustasi.

"Kan Kakak kamu hari ini piknik sayang, nanti malem baru pulang," Ucap Dyra seraya menangkup gemas pipi anak tirinya ini.

Dhani cemberut dan kembali ke tempat duduknya tadi. Dhani bosan sendirian gak ada temen, kalo ada kakaknya kan rame tuh bisa ajak gibah.gg

Akhirnya acara yang Dhani habiskan dengan duduk, makan, ngenyinyirin tamu yang datang berakhir juga.

"Pa, itu rahangnya gak sakit apa?" Tanya Dhani seraya merebahkan dirinya disofa.

"Sakit kenapa?" Tanya Tian bingung. Perasaan tadi gada tubir kok sama PahMud komplek sebelah.

"Nyengir mulu kek kuda," Jawab Dhani kurang ajar. Ni orang jadi batu nya aja lagi yang belum.

"Biasalah anak manusia kalo lagi bahagia bawaannya nyengir mulu," Ucap Tian seraya tersenyum ganteng ke arah Dhani.

"Dah lah Dhani mau mandi aja," Ucap Dhani bersikap seolah dia jengah ngeliat Tian yang cengar-cengir seharian.

"Hooh mandi sana, bau naga!" Ledek Tian seraya menutup hidungnya seolah-olah Dhani emang bau naga.

"Ya ampun, Papa ku halus sekali bahasanya." Cibir Dhani kemudian ngacir ke kamarnya sebelum Tian mencubit mulutnya.

Dhani masuk kamarnya dan hal pertama yang dia lihat adalah sebuah photo berukuran besar yang tergantung indah di atas kepala ranjangnya.

"Ma, Papa keliatannya lagi bahagia banget. Mama juga bahagia kan di sana? Satu hal yang harus Mama tau, gada yang bisa gantiin Mama." Gumam Dhani kemudian tersenyum manis menatap photo mereka bertiga yang sedang tersenyum lebar dengan Dhani yang berada ditengah-tengah kedua orang tuanya yang memeluknya erat. Di photo itu mereka terlihat seperti keluarga paling bahagia di dunia.

Dhani memilih untuk tidur lebih awal malam ini karena rasanya capek seharian hanya duduk dan makan.

Dhani rasa ini tidurnya yang paling nyenyak soalnya dia gak mimpi, tapi Dhani ngerasa badannya kayak ditindih gajah, dia jadi gak bisa bergerak dan sulit napas.

"PAPAAAA!!! ADA SETANNNN!!" Teriak Dhani pas dia sadar kalau ada sebuah lengan besar memeluknya. Keadaan kamar yang gelap bikin Dhani ngira itu adalah tangan milik genderuwo.

Dhani langsung meloncat menuju pintu tapi sialnya pintu itu gak bisa di buka. Dhani panik kayak orang yang lagi dikejar rentenir.

"PAAA!!! BUKAINN PINTUUUU!!!"

"PAPAAA!!! PAAA!!!"

Dhani gak tau lagi, nyawanya belum ke kumpul dan otaknya belum jalan bikin dia gak bisa mikirin apapun selain teriak manggilin Tian.

Genderuwo itu bergerak bikin Dhani semakin panik.

"GENDERUWO JANGAN MENDEKAT!!" Ucap Dhani mengikuti gaya anak perempuan penjelajah hutan.

Makhluk itu tetap jalan mendekati Dhani dengan perlahan. Lalu... Sriingggg...

Lampu menyala bersamaan dengan pintu yang ada dibelakang Dhani dibuka.

Dhani mengerjap saat melihat cowok dengan rambut acak-acakan muka pas-pasan.gg

Dia menatap Dhani dengan mata yang terlihat masih sangat mengantuk.

Satu hal yang Dhani sadari, dia lupa kalau pintu kamarnya itu digeser bukan di tarik.

"Kamu kenapa teriak-teriak hmmm? Masih pagi buta juga," Ucap Tian dengan mata yang juga masih terlihat mengantuk.

"Ni orang siapa, Pa?" Tanya Dhani dengan menunjuk cowok tadi.

"Kakak kamu," Ucap Tian membuat Dhani membulatkan matanya.

"Ga mau dia!!" Protes Dhani dengan ekspresi nyolot bikin emosi.

"Tak mau yang lain.." Sambung Tian gak ada seriusnya.

"Beda Konteks Pa!!" Protes Dhani nge gas.

"Oiya..." Balas Tian dengan watados.

"Dhani mau nya kakak cewek Pa! Bukan cowok!"

"Ya kemaren kan bilangnya Kakak,"

"Emang kalo sama Papa tuh harus detail ya, harusnya aku bilang mau Mba kemaren bukan kakak!!! Iii ngeselin!!" Dhani memilih untuk mengambil air minum ke dapur dengan menghentakkan kakinya.

"Maaf ya Rama anaknya emang ngeselin gitu tapi gemesin kok," Ucap Tian cengengesan yang di balas Rama dengan senyuman maklum.

Rama rasanya pengen ngilang aja dari bumi dapet adek yang bentukannya kayak begitu.

.
.
.

Paginya Dhani menuju dapur dengan wajah yang ditekuk. Dia berenti sebentar saat melihat Tian dan Dyra di meja makan.

Rasanya aneh ngeliat kursi itu sekarang di duduki oleh orang lain.

"Wihh tumben jam segini udah rapi? Biasanya juga baru lahir," Canda Tian saat Dhani sudah duduk di seberangnya.

"Kenapa dia tidur dikamar Dhani?" Tanyanya dengan wajah cemberut.

"Kan dirumah ini cuman ada dua kamar, masa Rama suruh tidur di sofa," Jawab Tian bikin Dhani mendengus.

"Mending disofa aja dari pada menuh-menuhin kamar orang!"

"Sstt! Gak boleh gitu Rama kan kakak kamu," Tegur Tian dengan suara yang tetap lembut.

"Sekarang Rama nya mana?" Tanya Tian membuat Dhani mencibir dalam hati. 

"Ga tau, lagi lahiran kali." Jawabnya ketus. Tian ketawa geli ngeliat ekspresi anaknya.

"Mukanya kok dilipet gitu kek kertas origami, kenapa hmmm?"

"Dhani gak mau kakak cowok, Pa!"

Tuhkan Tian salah lagi, nyesel dia gak ngasih tau tentang Rama lebih dulu. Maunya sih jadi kejutan tapi malah dia yang kaget.

"Kenapa Dhani gak mau? Kalo punya kakak cowo kan rame bisa main bareng," Ucap Dyra dengan suara lembutnya. Bersamaan dengan itu datang lah Rama yang langsung disuruh duduk di sebelah Dhani, makin gedek aja Dhani jadinya.

"Dhani gak mau punya kakak cowok, Dhani mau nya cewek biar bisa diperhatiin, dimanjain gitu kayak orang-orang yang punya kakak cewek," Ujar Dhani bikin Tian mau ngakak aja. Anaknya ini mau kakak cewek atau pacar sih?

Dyra cuman senyum aja mewakili rasa pengen ketawanya. Sedangkan Rama melongo mendengarnya, ni anak jujur amat.

"Kalo itu yang lo mau gue bakalan jadi apa yang lo minta," Ucap Rama seraya merangkul Dhani.

Dhani diam sebentar, mencoba meresapi kata-kata Rama barusan.

"Heh?! Ngapain lu rangkul-rangkul, sok akrab!" Protes Dhani seraya menepis tangan Rama yang nangkring di bahunya.

Reflek yang sangat telat.

Rama senyum sabar aja, emang harus sabar ngadepin adek kayak gini.

Kalo Dhani ibarat batu, maka Rama adalah air.

Batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apapun batu itu, tetesan air akan melunakkannya.





13.05.2020

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang