"Eunghh.. nghh.." Lenguhan kecil keluar dari bibir mungilnya bersamaan dengan napasnya yang semakin memburu.
Dhani menggelengkan kepalanya pelan dengan mata yang masih tertutup rapat. Alisnya menyatu dan keringat dingin mengucur dari pelipisnya menandakan bahwa dirinya sedang bermimpi buruk.
Rama terbangun saat merasakan pergerakan kecil disebelahnya. Ia sedikit panik saat mendapati sang adik mengigau dengan raut wajah seperti orang ketakutan.
Rama menempelkan telapak tangannya dipipi sang adik kemudian mengusapnya lembut menggunakan ibu jarinya.
"Sssttt..." Rama mencoba menenangkan Dhani seperti bayi yang terganggu tidurnya.
Rama merasa sedikit lega saat Dhani sudah bernapas dengan teratur. Ia kemudian mengelap keringat dingin yang ada di dahi sang adik dengan tangannya kemudian mendaratkan ciuman singkat.
"Kejadian tadi kebawa mimpi, ya? Maaf gara-gara Gege Dede jadi kayak gini." Ucap Rama lirih lalu menempelkan dahinya di kepala sang adik dan menutup matanya.
Sebelumnya Rama tak pernah merasakan rasa khawatir yang teramat hingga membuat dirinya sangat kacau. Dhani adalah satu-satunya orang yang dapat membuatnya menjadi seperti tadi setelah Ibunya.
Melihat anak itu terduduk lemas dalam keadaan diikat dan berlumuran darah membuat Rama semakin kalut. Apabila adiknya tak dapat diselamatkan mungkin dirinya sudah kehilangan akal sekarang. Rama tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Rama beralih mengusap lembut bahu Dhani agar dia bisa benar-benar tenang dalam tidurnya. Rama tersenyum kecil, tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan bertemu sosok yang dapat membuatnya sangat takut, iya Rama takut kehilangan Dhani. Hanya adiknya ini yang dapat menjungkirbalikkan perasaannya dalam sekejap.
"Lekas pulih... Bumi Ku," Bisiknya lembut kemudian kembali melanjutkan tidur.
Paginya Rama terbangun dari tidurnya karena panggilan alam lalu mengecek jam dihandphone nya, pukul 04:35. Ia kemudian segera beranjak turun dan pergi ke kamar mandi.
Saat keluar dari kamar mandi, Rama mengerjapkan matanya ketika ia melihat Tian duduk di sebelah Dhani sedang menatap anaknya yang masih tertidur lelap.
"Loh Papa pagi-pagi udah disini," Ucap Rama membuat Tian menoleh kearah nya.
"Papa gak bisa tidur malem tadi, kepikiran si Anabul terus makanya Papa cepet-cepet kesini." Jawab Tian yang diangguki oleh Rama.
"Kamu pulang gih, ntar telat sekolahnya." Ucap Tian membuat Rana terdiam sebentar. Rasanya ia tak ingin pergi ke sekolah, ingin tetap disini menemani Dhani.
"Tapi Pa.. yang jaga Dhani nanti siapa?"
"Hari ini Papa izin dulu," Jawab Tian membuat Rama menghela napasnya, terpaksa ia harus pulang sekarang.
Rama beranjak mengambil handphonenya di atas nakas, "Rama pulang dulu, Pa." Pamitnya kemudian menyalimi Tian.
Rama menatap wajah damai sang adik sebentar kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan, ntah kenapa terasa sangat berat.
Saat matahari sudah mulai meninggi barulah Dhani membuka sedikit matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Tuan Muda udah bangun?" Tanya Tian membuat Dhani menatapnya dengan mata sayu karena dirinya masih mengantuk.
"Nggak, ini matanya doang yang kebuka." Jawab Dhani membuat Tian mendengus. Baru bangun udah ngajak ribut.
Dhani meringis dalam hati karena ujung bibirnya terasa sakit saat ia bicara, padahal malam tadi ia tak merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] MOODY; RamaDhani
HumorHanya tentang dua saudara tiri; Rama dan Dhani, Rama yang belajar jadi kakak yang baik dan Dhani yang nyolot terus. "Hargai apa yang kamu punya sekarang karena kamu nggak akan pernah tau kapan Sang Pemilik akan mengambilnya kembali."