33- Sesuatu yang berharga

11.6K 1K 797
                                    

Rama mengambil sendok di dalam lemari kemudian membersihkannya dengan tissue barulah ia memberikannya kepada Dhani.

Tadi dokter memeriksa keadaan Dhani dan dokter itu bilang kalau Dhani baik-baik saja, semuanya normal. Dhani juga boleh pulang 2 hari lagi setelah melalukan CT-scan.

Setelah dokter memeriksa Dhani, perawat datang mengantarkan makan siang untuknya.

Tian harus pergi untuk beberapa saat karena ada urusan jadilah hanya ada RamaDhani di ruangan ini.

"Ram, gue gak mau makan." Ucap Dhani dengan ekspresi datar menatap makanan di pangkuannya.

"Kenapa? gak suka? tinggal kunyah-kunyah aja terus telen. Gak usah terlalu dihayati," Sahut Rama seraya meletakkan sendok di piring.

Dhani mencebikkan bibirnya, "Enak banget lu ngomong tinggal telen, mana bisa Yanto!" Sungut Dhani menatap kesal ke arah Rama.

"Ya bisa lah, tinggal di telen aja apa susahnya? lo kan nelen nasi ini bukan nelen tang," Rama meletakkan bungkus makanan yang diberikan Tian tadi di piring lalu duduk di kursi sebelah Dhani.

Dhani mendengus sebal kemudian mengambil sendok, mengaduk-aduk makanannya.

Rama hanya tersenyum simpul lalu menyuap makananya langsung dengan tangan.

Dhani masih mengaduk makanannya tanpa berniat sedikitpun untuk makan, ia melirik Rama yang makan dengan lahap.

"Curang njer lu makan nasi padang! Gue malah di kasih ginian!" Protes Dhani membuat Rama terhenti ketika ingin menyuap makanannya.

"Lo mau?" Tanya Rama membuat Dhani mengangguk lucu.

Rama kemudian beralih duduk di tepi ranjang, ia menatap keluar ruangan dengan mata maling.

"Satu suapan aja ya?" Dhani mempoutkan bibirnya dengan pipi yang menggembung mengganggukkan kepalanya.

"Pake sendok woy!" Protes Dhani saat Rama hendak menyuapi nya langsung menggunakan tangan.

"Ah ribet," Sahut Rama tetap mendekatkan tangannya membuat Dhani mau tak mau membuka mulutnya.

Rama kemudian membersihkan noda yang ada di pinggir bibir Dhani menggunakan punggung tangannya.

"Enak?" Tanya Rama yang di balas Dhani dengan anggukan.

Rama sangat gemas melihat adiknya ini makan dengan pipi yang menggembung, mirip dede bayi Anjas.

"Ram, mau lagi." Pinta Dhani dengan nada sedikit halus dan mata yang membulat lucu membuat Rama hampir tersedak makanannya sendiri.

"Lo harus makan yang ini," Sahut Rama seraya menatap makanan yang ada dipangkuan Dhani.

"Emoh!" Tolak Dhani mencebikkan bibirnya membuat Rama semakin gemas.

Rama menghela napas, "Yaudah satu lagi ya?"

Dhani menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang membuat siapapun melihatnya pasti akan gemas sendiri.

"Nggak, mau semuanya."

"Terus gue makan apa?" Tanya Rama dengan wajah melas.

"Yaudah bagi dua," Jawab Dhani enteng.

"Terus makanan lo gimana? ntar perawatnya nanya kenapa gak abis?"

"Perawatnya paham lah, makanan gak enak gitu siapa yang mau makan."

"Nih aaa.. Lo rese kalo lagi laper," Rama kembali menyuapi Dhani, kali ini tak ada protes. Dhani rasa tak buruk juga disuapi langsung menggunakan tangan, ia teringat Mama yang dulu menyuapi nya seperti itu.

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang