25- Tak mungkin

9.4K 1.1K 395
                                    

Rama celingak-celinguk mencari sosok sang adik di antara gengnya yang memasuki kantin.

"Upin," mendengarnya Rupin merasa terpanggil lalu menolehkan kepalanya ke sumber suara, ternyata si waketos yang memanggilnya.

"Adek lu dikelas," Jawab Rupin padahal Rama belum melemparkan tanya.

Rama tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya, "Tumben tu anak gak belanja?"

"Katanya gak napsu maunya tiduran," Jawab Rupin seadanya.

"Ooh ok makasih, bro." Ucap Rama yang dibalas Rupin dengan menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan jari jempol.

"Gue ke kelas curut dulu, ntar kalo sampe gurunya masuk gue belum balik bilang aja ada urusan," Pesan Rama kepada kedua temannya. Kemudian ia langsung beranjak, membeli roti dan susu terlebih dahulu sebelum ke kelas Dhani.

"Gak lucu kalo gue bilang Rama gak ada gegara ngelonin adeknya," Ucap Anjas menatap nanar punggung Rama yang menjauh. Gio juga mengikuti arah pandang Anjas sambil mencomot gorengan yang Rama tinggalkan, sayang kalo gak dimakan.

"Gue bingung, Kak Rama manggil Rupin mulu. Padahal gue ada disebelah dia tadi," Ucap Chaerin melengkungkan bibirnya merasa tak di anggap.

"Ya ini pertanda lu harus sadar. Lu gak pernah terlihat dimata dia, mundur aja." Balas Rupin dengan senyum dramatis nya.

"Mundur aja, Rin. Biar gue yang maju, gue ikhlas." Sahut Audy sambil menepuk pundak Chaerin.

"Mundur yuk mundur, Kak Angel yang cantik aja gak dapet hatinya apalagi yang kentang:)" Ujar Mila sambil menatap Chaerin dan Audy.

"Btw gue suka kentang," Celetuk Filo membuat teman-temannya seketika membubarkan barisan.

Filo mengerjapkan matanya saat teman-temannya meninggalkannya, "Salah gitu gue suka kentang? Kentang goreng kan enak,"

Rama bergegas menuju kelas Dhani dengan perasaan sedikit khawatir, takut adiknya kenapa-kenapa.

Rama memasuki kelas Dhani namun tak mendapati sang adik. Ia berjalan ke tempat duduk Dhani dan menemukan anak itu rebahan di lantai dengan memepetkan tubuhnya ke tembok.

"Dhan," Panggil Rama lalu mendudukkan diri tepat di samping kepala anak itu.

Dhani membuka matanya perlahan dengan alis yang menyatu.

"Nggak mau makan?" Tanya Rama yang dijawab Dhani dengan anggukan kecil.

"Kenapa atuh? ntar perut lo sakit,"

"Nggak selera," Jawab Dhani lalu kembali menutup matanya.

"Gue beliin roti sama susu, lo makan ya?"

"Nggak, udah lu sana! Gue mau tidur!" Dhani membalikkan badannya menghadap tembok membelakangi Rama.

Rama menghela napas lalu beringsut duduk di dekat kepala Dhani, bersandar ditembok dengan kaki yang diluruskan.

"Tangan lo jangan ditindih gini, ntar kebas." Tegur Rama sambil menepuk pelan telapak tangan Dhani.

Dhani mendongak menatap datar ke arah Rama, "Ya terus gue mesti gimana? pake kaki?" Sarkas nya lalu mengerucutkan bibir kesal.

"Disini," Sahut Rama sambil menepuk pahanya.

Dhani memutar bola mata jengah, mau tidur aja repot banget. "Mending lu ke kelas deh! Gak usah ganggu gue!"

Rama mendengus lalu dengan mudahnya menarik tubuh sang adik sehingga kepala nya kini berada di pahanya.

"Dih! sakit oy!" Ringis Rama saat Dhani mencubit pinggang nya dengan keras.

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang