29- Overthinking

10.2K 1.1K 543
                                    

"Ssttt... Jangan ngomong kayak gini," Rama menempelkan jari telunjuknya di bibir sang adik yang kemudian menatapnya aneh dengan alis mengkerut.

"Apasi, gue kan cuman nyeritain Mama gue. Lebay lu,"

Dhani memukul tangan Rama yang sudah lancang menyentuh bibirnya dengan tatapan tajam.

Rama menghela napas, adiknya ini memang kadang bicara macam-macam membuat dirinya sport jantung.

"Mama lo habis operasi emang jadi nggak sakit lagi karena Mama lo udah tenang, tapi lo harus yakin, sehabis operasi lo nggak sakit lagi karena lo udah sembuh," Jelas Rama.

Dhani menggigit bibir dalamnya kemudian mengalihkan pandangannya, menatap tangannya yang diinfus.

"Iya,"

Rama mengernyitkan dahinya, "Iya apa?"

"Iya gue yakin abis operasi sembuh!" Jawab Dhani ngegas, menatap kesal ke arah Rama.

Rama tertawa kemudian menepuk asal-asalan puncak kepala adiknya.

"Anak pinter,"

Dhani merengut lalu kembali memukul tangan Rama dengan lebih keras.

"Jangan pegang-pegang! tangan lu kotor belum cuci tangan!" Sungut Dhani dengan tatapan garangnya.

"Oo jadi kalo udah bersih boleh dong?" Goda Rama dengan senyum jailnya.

"Gue pesenin 5 orang pake jas hitam mau?" Rama nyengir kuda sambil menggelengkan palanya.

Ia kemudian beranjak hendak ke kamar mandi,

"Lo pms apa gimana si?" Gumam Rama pelan namun masih di dengar Dhani membuat anak itu tak segan melemparkan remot AC tepat mengenai kepala Rama.

Rama meringis mengusap belakang kepalanya seraya berbalik menatap Dhani yang juga menatapnya dengan ekspresi datar.

"Ngomong apa tadi?"

"Gak, gak ada." Jawab Rama kemudian segera masuk ke kamar mandi.

Dhani menghela napas kasar kemudian menyandarkan tubuhnya dengan mata yang terpejam.

Sejak dirinya di diagnosis mengidap Meningioma tak sehari pun ia lewatkan tanpa berpikir apakah dirinya akan segera menyusul sang Bunda?

Setiap rasa sakit itu datang, dada nya terasa tambah sesak dengan pemikiran kalau hidupnya sebentar lagi akan berakhir.

Apalagi selama Dhani berada di rumah sakit, ia jadi sering berpikiran yang tidak-tidak membuat dirinya semakin merasa tak nyaman.

Apakah dirinya benar-benar akan sembuh?

Bagaimana jika nanti operasi nya gagal?

Benarkah dirinya akan menjadi kuat?

Bagaimana kalau ia tak sanggup menahannya?

Bagaimana kalau setelah operasi ia benar-benar tak merasakan sakit lagi?

Apakah sebentar lagi ia akan bertemu dengan sang Bunda?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu berputar di kepalanya. Dhani selalu mencoba menepis nya tapi ia tak bisa. Pemikiran seperti ini selalu muncul kapan pun dan dimana pun.

Terlebih kemarin, hari yang mungkin saja benar-benar jadi hari terakhirnya. Kejadian yang tak pernah ia bayangkan akan menimpa dirinya. Kejadian yang hampir saja merenggut nyawanya.

Jadi, begitu rasanya berada di ambang kematian?

Kemarin Dhani baru saja melewati masa kritisnya namun hari ini orang-orang disekitar nya membuat Dhani seakan-akan tak pernah melewati masa itu. Mereka datang dengan tawa, tak sedikitpun menyetorkan rasa iba membuat Dhani sedikit merasa bahwa dirinya baik-baik saja.

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang