34- END; Menghargai sesuatu yang ada

18.7K 1.4K 1.1K
                                    

"Tamat!" Ucap Rupin di seberang sana.

Sedari tadi terdengar isakan kecil yang tak lain dan tak bukan berasal dari para cewek.

"Anjerr Rupin! gue gak nyangka lu beneran bisa bikin cerita sedih! gue nangis kejer ini, jingan!" Misuh Chaerin seraya menghapus kasar jejak air matanya.

"Oiya dong Rupin gitu loh!" Rupin meletakkan dua jari yang membentuk tanda centang dengan ekspresi wajah sangat bangga walaupun teman-temannya tak melihat.

"Bakat terpendam lo luar biasa Pin, tapi lebih bagus lagi kalo di pendam aja sih.." Saran Filo setelah mendengarkan cerita Rupin.

Audy berusaha menghentikan air mata nya yang keluar sia-sia akibat cerita Rupin yang membuatnya membayangkan jika dia di posisi itu.

"Sial, gue gak bisa berkata-kata." Rutuk Audy lalu menghapus cairan yang mengalir dari hidungnya.

"Arghh bukannya mimpi indah malah mimpi buruk, Rupin kmprtt!" Maki Mila dengan suara seraknya, sepertinya ia yang menangis paling kencang akibat teringat sang adik.

Rupin yang diprotes hanya tersenyum setan dibalik ponselnya.

"Woy Dhan, diem-diem bae?" Tanya Rupin, pasalnya sedari tadi Dhani hanya diam. Tak menyahut sama sekali saat Rupin bercerita.

Malam ini mereka melakukan panggilan grup karena Rupin ditantang untuk membuat cerita sedih siang tadi, mereka bosan dengan cerita yang menurut Rupin lucu padahal tidak sama sekali alias garing bos.

Dhani mengerjapkan matanya berusaha menghentikan cairan bening yang terus keluar dari ujung matanya, sedari tadi ia menangis tanpa suara. Dhani adalah orang yang menangis paling hebat.

Sialan, napa gue nangis si anjirr mana ga bisa berentii

"Halloo Arkaan? apakah kau masih di sana? kau tertidur?" Tanya Rupin bernada membuat Dhani mendecih.

Dhani menetralkan napasnya yang memburu, ia berdehem singkat berusaha agar terdengar baik-baik saja.

"Jingan! napa tokohnya gue ama Rama si?!"

"Ah dari tadi lu protes itu mulu!"

Dhani mengeratkan pelukannya pada boneka beruang yang dulu Rama berikan, boneka yang selalu berada di pojok kamar kini berpindah tempat menjadi di sampingnya.

"Gue make tokoh lu bedua Rama biar lu dapet ngambil hikmahnya." Jelas Rupin.

"Trus lu ngambil hikmah nya juga gak, Pin?" Tanya Filo.

"Nggak, gue kan baek jadi kasih aja ke yang lebih membutuhkan."

"Yee ogeb! Harusnya lu yang bikin, lu juga ngambil hikmah nya dong Rupin anaknye Bapak Rojalii!" Geram Chaerin, jika Rupin ada di hadapannya sudah pasti dahi Rupin tak akan selamat.

"Kenapa tokohnya gak lu ama Nopal aja?" Tanya Dhani yang masih saja protes.

"Kalo tokohnya gue ama Nopal, masa gue yang meninggal ya kali!"

"Mampus kalo lu yang meninggal, udah jahad banget semasa idupnya sama adek trus gak bisa tobat! Syukurin dah jadi kerak neraka!" Sungut Dhani membuat Rupin mendengus.

"Astaghfirullah Akhi tidak boleh berkata seperti itu, nanti jadi boomerang untuk anda bagaimana?"

Dhani berdecak malas mendengar balasan Rupin, "Bodo amat! mending gue tidur, Bye!"

Dhani keluar lebih dulu dari obrolan, bukan geram kepada Rupin sebenarnya tapi Dhani kesulitan mengontrol suaranya yang bergetar.

Dhani mengeratkan pelukannya pada boneka beruang kemudian membenamkan wajahnya.

[✓] MOODY; RamaDhani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang