Ram, gue udah gak sakit lagi,
Akhirnya rasa sakit gue ilang,
Lu tau gak, selama ini gue udah capek banget,
Gue capek harus ngerasain rasa sakit yang sakit banget sampe rasanya kepala gue mau pecah,
Gue capek nahan semua rasa sakit itu Ram..
dan sekarang gue udah gak perlu lagi ngerasain sakitnya,
Gue udah tenang sekarang..
Makasih udah selalu ada buat gue,
Makasih udah selalu jadi tempat ternyaman buat gue ngeluapin semua rasa sakit yang ada,
Gue emang gak pernah bilang, tapi lu harus tau..
Lu obat terbaik buat gue.
Makasih, Kak.
Makasih udah jadi bulannya Bumi,
Sekarang Bumi udah sampe di titik lelahnya, Bumi capek, Bumi mau istirahat,
Jumpa lagi, tapi nanti...
Rama meremas kertas yang semalam Dhani berikan padanya. Rama bingung harus bereaksi seperti apa setelah membaca tulisan Dhani, di luar ekspektasinya.
Hanya beberapa cairan bening yang mewakili perasaan campur aduknya sekarang.
Rama mengusap ekor matanya bersamaan dengan dokter yang keluar dari dalam ruangan.
Tian segera berdiri menghampiri sang dokter diikuti oleh Rama dan Dyra.
"Detak jantungnya melemah," Ucap dokter tadi membuat Rama seketika merasa jantungnya berhenti berdetak sepersekian detik.
"Kalian boleh masuk," Ucapnya setelah tadi sedikit menjelaskan tentang Dhani yang membuat Dyra menutup mulutnya bersamaan dengan air mata yang turun membasahi pipinya.
Mereka berdiri tak jauh dari ranjang Dhani, di sana anak itu akan setia memejamkan matanya.
Tian tersenyum getir dengan mata yang berkaca-kaca, sedangkan Dyra hanya bisa mengusap pundaknya.
Mata Rama kembali memanas, tangannya mengepal kuat, meremas kertas yang sudah sangat kumal itu.
Mereka hanya diperbolehkan berdiri sampai disini, melihat dokter dan para perawat melepas satu persatu alat yang terpasang di tubuh Dhani.
Rama menatap wajah pucat sang adik dengan mata yang tertutup rapat.
Pikirannya melayang pada momen itu, momen dimana setelah mereka berdua makan seblak di pelabuhan.
"Cita-cita lu?" Tanya Dhani dengan tatapan lurus menerawang, menatap klotok yang berlalu lalang melintasi Sungai Kapuas.
Rama menengadahkan kepalanya, menatap langit sore. "Gue mau jadi dokter,"
Rama kemudian beralih menatap Dhani, "Kalo lo?" Tanya nya.
Dhani terdiam sebentar kemudian menutup matanya saat angin menerpa wajahnya, menyibak poni yang menutupi keningnya.
Rama menatap lekat wajah sang adik yang terkena pantulan sinar matahari yang mulai tenggelam diufuk barat, sangat indah.
"Gue mau sembuh," Jawab Dhani seraya membuka matanya kemudian menatap Rama yang tertegun.
"Salah ya?" Tanya Dhani saat hanya mendapati Rama yang menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Rama mengerjap kemudian tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi putihnya.
"Ya gak salah lah, gue cuman kagum aja tadi ngeliat muka lo yang silau banget," Jawab Rama membuat Dhani mencebikkan bibirnya kesal.
"Lu muji apa ngehina si?!"
"Sambil nyelam minum es buah," Jawab Rama nyengir kuda.
Dhani melayangkan tatapan tajam kemudian mencubit tangan Rama membuat empunya sedikit meringis.
"Minum baygon aja lu sekalian!" Sungut Dhani kemudian beranjak meninggalkan Rama yang segera menyusulnya.
Rama kembali tersenyum getir mengingat Dhani yang ingin sembuh.
Rama masih menatap Dhani yang kini sudah benar-benar terlepas dari semua alat medis.
Dimana lagi Rama akan mendapatkan adik seperti Dhani?
Dhani satu-satunya, tak ada yang seperti dirinya.
Adiknya ini memang unik dan Rama sangat-sangat menyayangi nya.
Rama suka saat Dhani menatap kesal ke arahnya,
saat wajah Dhani merah padam karena Rama yang menggodanya,
saat Rama menakut-nakuti nya dengan hal tak kasat mata,
saat ia misuh-misuh dengan ekspresi yang sangat lucu di mata Rama,
saat anak itu dengan segannya mencubit dan memukul ketika Rama sedang mengganggunya,
dan Rama sangat-sangat menyukai ketika Dhani terkadang bertingkah manis kepadanya,
saat Dhani memeluknya ketika tidur,
saat Dhani meminta Rama untuk menggendongnya dengan ekspresi yang sangat sangat imut,
saat ia menginginkan sesuatu dari Rama namun tak mau mengatakannya secara langsung, wajahnya saat itu selalu saja membuat Rama gemas,
Rama selalu menyukai apapun yang berhubungan dengan adiknya,
Rama suka memeluk tubuh mungil sang adik yang sangat pas dalam pelukannya,
Rama suka mencuri beberapa kecupan di wajah Dhani ketika ia masih tidur,
Rama juga suka memandangi wajah damai Dhani ketika tidur, terlihat sangat manis karena tidak misuh-misuh,
Hal-hal seperti tadi, tak mungkin Rama temukan pada diri orang lain selain Dhani, adiknya.
Sekarang, tak akan ada lagi seseorang yang tiba-tiba membuat jantung nya berdetak tak karuan.
Tak akan ada lagi seseorang yang menangis pilu di dalam pelukannya hingga membuat hati siapapun yang mendengarnya terasa disayat.
Adiknya tak akan lagi mengerang kesakitan hingga membuatnya harus menangis kencang untuk melampiaskan rasa sakitnya.
Sekarang, adiknya sudah tak akan merasakan rasa sakit itu lagi.
Untuk mu, adik ku.
Selamat beristirahat..
karena rasa sakitmu kini telah hilang.
Sabar..
Tarik napas... Hembuskan.. Tarik lagi.. tahan ampe beberapa hari.
Satu hal, aku baca semua harapan kalian di chapter kemaren. Jadi jan ngebom rumah aku ya..
02.07.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] MOODY; RamaDhani
HumorHanya tentang dua saudara tiri; Rama dan Dhani, Rama yang belajar jadi kakak yang baik dan Dhani yang nyolot terus. "Hargai apa yang kamu punya sekarang karena kamu nggak akan pernah tau kapan Sang Pemilik akan mengambilnya kembali."