Chapter 22

1.6K 270 20
                                    

✧══════•❁❀❁•══════✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✧══════•❁❀❁•══════✧

Murder Case

✧══════•❁❀❁•══════✧







" T-tolong lepaskan saya...saya merayu! " Hyunji melutut sambil menangis untuk meloloskan diri daripada perempuan itu.

Perempuan itu tersenyum senget. Menimbulkan lagi aura seram miliknya.

" Penat aku mengejar kau. Kau nak aku lepaskan kau macam tu saja? Heh. Tak semudah itu. "

" T-Tolong... Jangan apa-apakan saya... hiks... " Hyunji merayu dengan air mata mengalir laju di pipi.

Dia meringis kesakitan tatkala mata pisau yang tajam di lehernya ditusuk masuk sedikit sehingga mengeluarkan cairan merah.

" Shh~ Sekejap je. Sakit sekejap je. Lepas tu...  " Perempuan itu sengaja menghentikan ayatnya. Sengaja menimbulkan aura saspens.

" Kau akan pergi ke alam kematian. "

Pisau yang dipegang dijulang tinggi lalu badan Hyunji ditusuk berkali-kali di bahagian abdomen.

Bagi orang biasa, pemandangan isi perut yang terburai dengan bauan darah yang hanyir itu memualkan. Tetapi tidak bagi perempuan itu.

Dia sangat suka dengan pemandangan orang dibunuh kejam. Bau darah hanyir itu pula bagaikan haruman minyak wangi padanya.

Pisau tadi disimpan di dalam beg sandang yang dibawanya. Kakinya mengatur langkah untuk keluar dari bangunan itu.

Tanpa sekelumit perasaan belas kasihan, dia meninggalkan jasad berdarah itu terbaring di lantai koridor. Menghembuskan nafas terakhirnya di situ.

- - - -

" Ala! Unnie, janganlah balik lagi! Tinggallah sini lama sikit! "

Bibir Seoyeon dimuncungkan. Seohyun yang sedang memunggah bagasinya di dalam teksi itu hanya menayang senyuman kecil.

" Mana boleh cuti lama-lama. Tak pasal-pasal kena tarik biasiswa tu. Alah, bukannya Yeon duduk sorang-sorang dekat rumah ni. Tu, boyfriend ada. "

Seoyeon mengerling ke arah Jaemin yang sedang bersilang tangan itu. Jaemin mengangkat sebelah keningnya ke arah Seoyeon.

Eleh, sukalah tu dapat green light dari Seohyun.

" Dahlah unnie pergi dulu. Jaga diri, ya. "

Sebaik sahaja teksi itu hilang dari pandangannya, Seoyeon mengatur langkah menuju ke dalam rumah.

" Seorang murid sekolah yang bernama Son Hyunji, didapati mati akibat ditikam berkali-kali di bahagian abdomen pada waktu senja semalam. Pembunuh masih bebas dan belum diberkas. Oleh itu, pelajar dinasihatkan untuk tidak berada di kawasan sekolah terlalu lewat— "

Jaemin terus menumpukan perhatiannya pada skrin televisyen itu. Entah kenapa tajuk berita pada hari itu dapat menarik perhatiannya.

" Yah, Seoyeon. Bukan ke tu sekolah kau? " Jaemin menyoal.

" Eo... Yalah. M-Macam mana... boleh berlaku pembunuhan pula...? " Seoyeon membalas agak terkejut.

Tak sangka, sekarang sekolah pun sudah tidak selamat lagi.

" Okay, aku dah buat keputusan. Mulai hari ni kau berhenti sekolah. "

" Eh eh. Suka hati kau je eh? Mana boleh. Dah tu aku nak belajar dekat mana? "

" Tak payah belajar. Easy and simple right? "

Entah kenapa sakit hati dia mendengar balasan yang selamba yang keluar dari mulut dewa itu.

Ish, tahulah dia tu dewa yang berkuasa. Petik jari jer, semua benda dia dapat. Tapi manusia ni, kenalah berusaha dulu untuk dapatkan apa yang mereka nak.

" Kalau tak belajar, macam mana nak kerja? Kalau tak ada kerja, macam mana nak hidup senang? " Giliran Seoyeon pula menyoal.

Jaemin tertawa, sinis.

" Well, that's easy. "

Jaemin bangun daripada sofa. Kakinya menuju ke arah Seoyeon yang sedang berdiri dengan tangan bersilang di dada.

Dagu Seoyeon diangkat menggunakan jari telunjuknya agar wanita itu memandang ke arahnya. Dengan beraninya, Seoyeon merenung iris merahnya.



" Kalau macam tu, kahwin dengan aku. Bukan setakat kesenangan hidup yang kau akan dapat, kau juga akan dapat cinta sang dewa dari neraka. "









《C》HADES | 나재민Where stories live. Discover now