Selamat membaca♡
-----
Jevan terus saja berceloteh mengenai siswi baru yang langsung menjadi populer lantaran keikut sertaannya di ajang musik nasional mewakili sekolah.
"Cantik banget anaknya Dik." Dika belum bergeming--ia masih menyeruput jus mangganya sambil menyendokkan bakso ke mulutnya.
Akhir-akhir ini siswi baru itu memang menjadi bahan perbincangan BM, kaum adam seakan memuji, "Selain cantik, berbakat pula." Terlebih gadis itu bisa meraih juara tiga di lomba tersebut.
Begitu membanggakan bukan?
Awalnya, Dika tidak menggubris. Namun tepukan pelan di bahu cowok itu membuatnya terpaksa untuk menoleh dan mendapati Jevan yang sudah memamerkan sebuah akun sosial media di ponselnya.
Mahar.rani
Jevan men-scroll layar ponselnya, entah sadar atau tidak--Dika ikut memperhatikan foto Maharani lamat-lamat. "Ini ya yang namanya Maharani?" Jevan mengangguk seraya menceritakan mengenai gadis yang menjadi primadona dadakan. "Lo harus kenalan sama dia Dik!" Dika mengernyit, Jevan menyarankan atau memaksa sih?
"Apa untungnya buat gue kalau bisa kenal sama tuh cewek?"
Jevan menoleh kearah Dika, seraya menaik turunkan kedua alisnya seakan menggoda temannya satu ini, "Kali aja dia kepincut sama lo." Dika reflek mendorong bahu Jevan yang malah semakin terbahak, perkataannya barusan sungguh tidak pernah ada dalam bayangannya.
"Maharani, Mahardika.."
Sejenak Jevan berhenti mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja, lantas ia melihat Dika yang kebetulan tengah menoleh ke arahnya dengan wajah seakan bertanya, "Apaan?"
"Baru nyadar gue, kalau nama kalian hampir mirip."
"Mirip mamak kau tuh!"
Dika langsung meninggalkan kantin, diiringi tawa dari Jevan di belakangnya.
Entah dorongan dari mana, sejak saat itu---Dika menjadi aktif menggunakan sosial medianya, hanya karena Jevan yang menunjukkan foto Rani waktu. Ia bahkan mengubah username-nya menjadi..
Mahar.dika
Dika telonjak saat tangan Rani tiba-tiba menepuk bahunya. "Ada kuliah pagi kan?" Cowok itu mengangguk, lalu menghentikan aktifitasnya mengecek sosial medianya--walau hanya men-scroll layar. Baginya, itu membuatnya menghilangkan sedikit kebosanan.
Setiap membuka sosmed, ia selalu stalking akun Rani terlebih dahulu. Entah itu ada postingan foto atau tidak, Dika akan tetap mengeceknya--walau hanya sekedar melihat foto Rani untuk beberapa menit saja. Karena, Rani adalah alasannya kembali bermain dengan sosial media, serta keiingin tahuannya pula mengenai gadis itu.
"Kamu nanti pulang jam berapa Ran?" tanya Anjas ketika melihat anak serta menantunya menuruni anak tangga.
Rani mendongak saat mendapat pertanyaan tersebut. "Hmm sekitar jam sepuluh mungkin Pa." Pria itu lantas mengangguk, sambil mengisyaratkan Rani dan juga Dika yang masih berdiri itu untuk segera bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan.
"Nanti, biar diantar sama Dika ya," lanjutnya lagi. Reflek Rani menoleh ke arah Dika yang juga mendongak ke arah Papa-nya.
"Eh nggak usah Pa, Dika nanti ada kuliah."
"Enggak kok."
Gadis itu menoleh mendapati Dika yang cepat merespon ucapannya. "Bukannya setelah ini kuliah sampai siang?" tanyanya mencoba memastikan jadwal yang dilihatnya kemarin, tertera jelas disana jika Dika akan ada kuliah hingga nanti siang. Dan ia berpikir bahwa akan naik kendaraan umum saja, selagi di sini tidak ada motornya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224533866-288-k517504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅
Teen Fiction[Sudah tersedia di shopee] Maharani dan Mahardika dijodohkan, lalu menikah selepas wisuda kelas 12. Kehidupan setelah menikah, dilalui keduanya dengan santai layaknya teman biasa. ----- "Kamu apain leher aku?" Rani bertanya sambil menatap Dika yang...