31. Definisi Baik

4.7K 333 10
                                    


Sebisa mungkin, Rani harus bersikap profesional saat menghadapi banyaknya customer yang sudah mengantri di kasirnya. Hari ini, dirinya kembali ke tempat semula lantaran tugasnya untuk mengisi tempat penitipan sudah usai, digantikan dengan karyawan baru yang masuk tadi pagi.

Mengeluh di saat jam-jam akan istirahat mungkin cara efektif untuk membuat Viana semakin berang.

Mengapa tidak? Rani perhatikan sedari tadi gadis itu hanya teriak-teriak tidak jelas memanggil karyawan lain untuk membantunya packing.

Untung, hari ini Rani bisa sedikit bernapas lega. Lantaran ia dibantu oleh Sandra, salah satu karyawan baru yang juga masuk tadi pagi.

"San, nonfood sama food jangan lupa dipisah ya kantongnya."

Sandra hanya mengangguk, entah masih merasa canggung dengan Rani atau mungkin sikap gadis itu memang pendiam seperti saat ini.

Bahkan, sudah setengah hari Rani satu kasir dengannya, bahkan selama itu, Rani bisa menghitung dengan jari berapa kali Sandra menjawab setiap ucapannya. Selebihnya Sandra habiskan untuk mengangguk, menggeleng, berdehem, serta tersenyum singkat.

Rani tidak mempermasalahkan hal itu, bahkan dirinya tidak terlalu ambil pusing dan memilih untuk kembali bersikap ramah pada customer selanjutnya.

"Kak Rani ya?"

Rani mengalihkan pandangannya saat menunduk untuk mengucek matanya yang terasa perih. Dirinya memperhatikan seseorang yang menyapanya dengan lamat-lamat. "Kak Rani kerja di sini ternyata," ucapnya lagi.

Merasa baru mengingat sesuatu, Rani lantas tersenyum sambil menarik pelan keranjang milik orang yang ia kenal, dan saat ini menjadi customer-nya. "Iya Fris, aku kerja di sini."

Gadis yang mendengar ucapan Rani barusan hanya mengangguk.

Rani cukup tahu siapa yang ada di depannya saat ini. Frisa. Salah satu adik kelas yang dulu pernah ikut kejuaraan bernyanyi bersamanya di Bogor, satu tahun yang lalu.

Saat itu Frisa masih seorang gadis polos yang sangat cuek dan suka sekali mengabaikan lawan bicaranya ketika mengobrol. Tapi, entah hidayah dari mana, hari ini Frisa menyapanya terlebih dahulu.

Bahkan dulu, untuk menyapa orang saja Frisa tidak mau. Gadis itu begitu tertutup.

"Kamu sendirian aja Fris?" tanya Rani sambil men-scan beberapa makanan ringan serta minuman kaleng yang dibeli Frisa.

"Enggak, aku sama temen."

Rani mengangguk paham, ia juga kurang yakin jika Frisa mengatakan pergi ke supermarket sendirian. Setahu Rani gadis itu lumayan penakut.

"Nggak mau nambah cokelatnya Fris? Mumpung ada promo 15% setiap pembelian dua bungkus. Atau kamu juga bisa dapetin gelas karakter, untuk pembelian lima bungkus langsung."

Rani kembali dengan mode on kala menawarkan barang kepada calon pembeli. Apalagi, melihat Frisa yang langsung berbinar sambil mengambil dua bungkus cokelat di samping kasirnya, membuat Rani patut berbangga.

Karena, ia berhasil menaklukan satu customer.

"Mungkin ad.." ucapan Rani menggantung begitu saja saat melihat adanya seorang cowok yang nimbrung berdiri di samping Frisa sambil menyerahkan satu minuman dalam kemasan.

"Ini aja?" tanya Frisa sambil mendongak ke arah cowok itu.

Pemuda berpakaian santai dengan kaos strip yang dipadukan dengan celan jeans pendek itu hanya mengangguk.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang