29. Tanda di Leher

8.6K 417 23
                                    

Guys jangan lupa baca cerita baru akuuu "ME VS MY EX"

Guys jangan lupa baca cerita baru akuuu "ME VS MY EX"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


------

Tidak ada kata lain kecuali berucap terima kasih pada sahabat terbaiknya, Dimas. Pemuda itu dengan senantiasa mau menghampiri Rani di bengkel lantaran mobil yang dikendarai gadis itu dan juga Pak Tomi tiba-tiba saja mogok di tengah jalan.

Hari ini Rani bekerja kembali seperti biasa, liburnya secara sepihak telah usai. Kini saatnya kembali ke rutinitas biasa dan juga siap menghadapi beberapa pertanyaan yang muncul dari karyawan lain mengenai ketidak hadiraanya kemarin.

Rani hanya menjawab seadanya, bahkan sesekali ia mengatakan, "Nggak pa-pa pengin libur aja."

Di samping dirinya yang ingin sekali untuk libur, alasan utamanya jelas mengacu pada situasi dimana ia ingin quality time dengan orang tuanya.

"Rani, ambilin obeng di laci dong," Heru tiba-tiba saja muncul di hadapan Rani ketika gadis itu melamun dengan menopang dagunya di penyekat yang berada di tempat penitipan. "Jangan ngelamun."

Rani tersenyum singkat, ia lantas membuka laci dan mengambil barang yang Heru cari.

"Buat apa Bang?"

"Benerin AC bocor," sahut Heru sambil mengikuti gerak-gerik Rani sebelum cowok itu tadi datang.

Rani mengernyit, di tatap dengan penuh rasa pujian dari Heru tidak membuatnya tersanjung. Melainkan mendelik tajam ke arah cowok itu. "Bang Heru ngapain sih?" tanyanya mencoba mengalihkan perhatian Heru.

"Nggak pa-pa Ran, cuma mencoba mencari kekurangan."

Apa lagi ini? Ternyata Heru tidak hanya baperan, melainkan juga sangat aneh hingga Rani tidak bisa menjangkau setiap tatapan dari Heru dengan akal sehatnya.

"Kekurangan dari?"

"Dari kamu, tapi setelah aku telisik. Ternyata nggak ada."

Entah harus tersenyum malu-malu seperti orang tengah kasmaran, atau malah harus mual seperti orang yang tengah mabuk kendaraan.

Rani tidak tahu.

Alhasil, ia hanya tersenyum tipis. Tidak menanggapi atau pun membalas ucapan Heru barusan. Karena, kebetulan sekali Bu Santi datang memergoki mereka.

"Oh ternyata, di sini. Udah saya tungguin dari tadi Heru! Ternyata malah sibuk pacaran!!"

Rani meringis, ia menunduk sambil mencoba menahan tawanya saat melihat wajah gugup Heru ketika terciduk dengan atasan.

"Tuhkan, terciduk pacaran sama Bang Heru."

Rani hampir saja telonjak jika saja ia memiliki gangguan pada jantungnya. Namun, untungnya gadis itu bisa meminimalisir pernyataan dari Rere yang tiba-tiba saja sudah muncul di hadapanya setelah Heru kembali ke lorong, dengan ditemani Bu Santi yang sudah menggerutu tidak jelas.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang