Rani hanya bisa menunduk saat gadis di sebelahnya menatap dirinya tidak biasa. Ia tidak nyaman, walau kerap kali mendapat tatapan demikian dari seniornya di tempat kerja.Rani bisa memaklumi hal itu, namun sekarang situasinya sangatlah berbeda. Begitu awkward.
Rani harus menghadapi kenyataan jika yang tengah berselisih dengannya saat ini bukanlah Viana ataupun karyawan lain di supermarket.
Keira. Satu nama yang masih ia ingat hingga saat ini.
Gadis itu pernah menelpon Dika pada malam hari untuk sekadar mengajaknya makan siang bersama di rumahnya. Rani masih ingat. Bahkan dirinya dibuat kesal dengan nada bicara dari Keira saat itu. Tekesan alay.
"Jadi, lo pacarnya Dika?"
Rani mendongak, tadi Monika memang sudah memberitahu pada Keira bahwa Rani memang pacar Dika. Dan dari situ, sudah nampak jelas terlihat raut wajah gadis manja ini, sangat tidak percaya.
Rani berdecih, ia mengangguk santai walau raut wajah Keira menunjukkan jika dirinya benar-benar kesal.
"Dika nggak pernah cerita ke gue, kalau dia punya pacar. Lo pasti halu kan?"
"Mungkin lo yang lagi halu."
Keira menggeram, ia tidak pernah mendengar balasan dari orang asing yang seolah ingin menjatuhkannya seperti ini.
"Sudah tahu Dika punya pacar, tapi masih aja gatel."
Mulut Keira menganga sempurna, matanya pun juga sudah melotot mengiringi kebingungannya kala memperhatikan tubuh Rani yang perlahan menjauh dari hadapannya. Digantikan oleh Monika yang datang dengan membawa segelas air.
"Tan, dia bukan pacar Dika kan?" Keira masih mencoba menggali informasi lebih lanjut lagi, dirinya belum percaya dengan apa yang sudah diucapkan Rani dan juga Monika tadi.
"Rani pacarnya Dika kok, memangnya Dika nggak pernah cerita sama kamu?"
Keira ingin menggeleng, tapi mustahil baginya melakukan itu karena Keira sangat ingat jika Dika pernah mengatakan bahwa akan menemui kekasihnya sewaktu makan malam di rumahnya berlangsung.
"Dika pernah bilang loh ke Tante, kalau dia sudah ngasih tahu kamu dan orang tua kamu juga."
Untung gadis itu tidak jadi menggeleng, jika hal tersebut terjadi mungkin Monika langsung mengklaim-nya sebagai pembohong. Dan Keira sangat tahu jika Dika itu orang yang sangat terbukan dengan Monika.
"Dika memang pernah bilang Tan, tapi aku belum percaya aja," sergahnya cepat. Pandangannya turut menyapu seisi ruangan tempatnya berpijak saat ini. "Dika mana? Terus kenapa tadi pacarnya Dika masuk gitu aja ke dalam, memang Tante sudah se-akrab itu sama dia?"
Monika hanya bisa tersenyum kecut, "Dika ada diklat kampus." Wanita itu masih bingung dengan jawaban yang akan dilontarkannya atas pertanyaan Keira yang terakhir.
Mengapa Rani se-akrab itu dengannya.
"Karena Tante udah kenal baik sama Rani, dan keluarganya juga."
"Keira bahkan sudah lama kenal sama Dika, dia nggak pernah ngijinin Keira untuk masuk kecuali di ruang tamu aja."
Monika hanya bisa menghela napas panjang, dirinya bahkan sedari tadi sibuk memperhatikan Rani yang diam-diam mendengarkan ucapan keduanya di balik furniture penyekat antara ruang keluarga dan juga ruang tamu.
"Dika kok bisa temenan sama manusia sebangsa itu sih, heran gue," gerutu Rani sambil mengintip Keira yang kelihatan mencoba bernegosiasi dengan Monika.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅
Teen Fiction[Sudah tersedia di shopee] Maharani dan Mahardika dijodohkan, lalu menikah selepas wisuda kelas 12. Kehidupan setelah menikah, dilalui keduanya dengan santai layaknya teman biasa. ----- "Kamu apain leher aku?" Rani bertanya sambil menatap Dika yang...