Huaaa.. Dika ulang tahun dong kemarin. Ada yang mau ngucapin selamat, mungkin?😭
Nanti aku sampein
-----
Buku-buku yang berserakan di meja ruang tamu rasanya membuat tangan Rani gatal untuk segera membereskannya. Dia tidak suka melihat barang-barang tersebar kemana-mana seperti sekarang ini.
Tapi, apalah daya saat dirinya mendapat mandat dari Dika untuk menjaga barang tersebut dengan baik, selagi cowok itu masih di kamar mandi.
Rani hanya mengangguk ... mengatakan, "Iya." Saja tidak sempat lantaran Dika yang segera berlari ke belakang.
Manejemen Keuangan.
Ia membuka satu buku yang judulnya bertuliskan matkul tersebut. Rani penasaran mengenai materi yang Dika pusingkan kemarin, hingga makan saja rasanya tidak minat.
Rani menelisik lebih jauh lagi tentang buku tersebut, rasanya ia ingin sekali mencoba mempraktekan apa yang menjadi tugas Dika saat ini.
Alhasil, mencoret-coret selembar kertas menjadi pilihannya. Walau tidak mengerti sama sekali, apa susahnya untuk sekedar menyibukkan diri?
Rani tidak mengerti mengenai ekonomi, bahkan sewaktu SMA ia mengambil jurusan yang menyimpang dari jurusan yang dipilih Dika saat ini. Rani dulu berada di kelas IPA, sedangkan Dika yang notabene memang anak pembisnis ... langsung bergabung dalam kelas IPS.
Rani baru menyadari, setelah beberapa hari ini mereka dekat.
Baginya dengan begitu, ia bisa mengetahui tentang Dika. Termasuk, kebingungannya saat mendapat tawaran dari Fadli untuk ikut lomba fotografi festival musik dua minggu lagi.
"Ikut aja Ka, katanya pengin," ucap Rani saat Dika sudah kembali dari kamar mandi seraya menyambar ponselnya di atas meja, dan mendapat pesan dari Fadli.
"Mana mungkin Papa setuju."
"Bukannya Papa pernah bilang kalau kamu harus bisa membagi kedua hal yang kamu sukai?"
Dika terlihat menimang, "Papa nggak bakal marah Ka, kamu juga pernah ikut lomba nulis artikel. Selama ini Papa nggak marah kan?"
"Beda lagi Ran, karena yang ditulis itu soal ekonomi.. makanya Papa girang banget waktu tahu anaknya menang."
Sepertinya, Rani harus bicara dengan Anjas setelah pengakuan Dika barusan. Ia ingin mencari tahu kebenaran apa yang sudah Dika bicarakan, benar-benar tidak diijinkan ... atau justru Dika lah yang malas ikut lomba walaupun itu akan mengasah skill-nya.
"Mau ikut nggak?"
Rani menoleh ketika mendengar pertanyaan dari Dika tersebut, dirinya tadi larut dalam lamunan sampai-sampai saat Dika menyenggol pelan lengannya pun Rani baru bisa tersadar. "Hm.. gimana?"
"Mau ikut?" ucap Dika lagi sambil membereskan buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tas.
Rani mengernyit, yang dia bingung kan saat ini ... Dika tiba-tiba saja menarik tangannya tanpa ada persetujuan dari pihak lawan, hingga untuk sekedar bertanya ataupun bersiap pun Rani hanya bisa menunggu Dika mengatakan sesuatu padanya.
"Ke kampus ku, siapa tahu bakal minat ikut seleksi tiga bulan lagi."
-----
Universitas Trijaya memang tidak ada duanya bila disandingkan dengan Universitas lain yang berada di kota tersebut. Dika merasa tidak salah jika harus direkomendasikan untuk kuliah di sini dengan gurunya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅
Novela Juvenil[Sudah tersedia di shopee] Maharani dan Mahardika dijodohkan, lalu menikah selepas wisuda kelas 12. Kehidupan setelah menikah, dilalui keduanya dengan santai layaknya teman biasa. ----- "Kamu apain leher aku?" Rani bertanya sambil menatap Dika yang...