3. Obrolan Pagi Hari

18.4K 1.1K 14
                                    


Kalimat perintah yang dilontarkan Dika kemarin, jelas sudah terpatri di benaknya. Cowok itu menyuruhnya untuk membangunkan jika ada jam kuliah pagi. Dan setelah mengamati jadwal Dika yang sengaja Rani tempel di dinding dekat meja riasnya, ia berjalan ke arah seseorang yang masih tertidur pulas itu.

Iya, Dika ada kuliah pagi. Pukul setengah sembilan lebih tepatnya. Dan ini masih pukul tujuh, apa salahnya Rani bangunkan Dika sekarang. Toh, ia nanti akan berangkat kerja dan otomatis Dika tidak ada yang membangunkan.

"Ka, ada kuliah pagi---hari ini. Buruan bangun." Rani menggoyangkan bahu Dika pelan, dengkuran lirih yang dapat Rani dengar itupun akhirnya berhenti. Bakat membangunkan orang ternyata sudah ada dalam diri gadis itu, kenapa Rani baru tahu sekarang.

Dika masih menguap, sesekali ia menggeliat. Namun tidak lama, dan setelah itu langsung menegakkan tubuhnya ketika mendapati Rani sudah ada di hadapannya dan sudah siap dengan seragam kerjanya.

"Ka, mau sarapan di sini atau di bawah?"

Dika masih mengumpulkan kesadarannya, terlihat jelas kedua matanya yang memerah akibat aksi Dika yang menguceknya begiu kasar, nyaris tidak bisa pelan.
Melihat Dika tidak merespon ucapannya, dan malah memilih untuk membersihkan belek di matanya. Rani menghela nafas, serta menghentikan tangan Dika yang lagi-lagi hendak mengucek matanya.

"Ka? Mau makan nggak nih?" Sebenarnya Rani sudah emosi, tidak digubris seperti ini bukanlah kemauannya. Tapi Dika malah seenak jidat mementingkan beleknya itu.

"Iya Ran, disini. Sama kamu."

Rani melongo sesaat, Dika sedang meracau? Tapi---sepertinya tidak. Cowok itu membuka matanya lebar-lebar kok, dan bisa Rani tebak jika dirinya mengucapkan hal itu secara sadar.

Tidak mau ambil pusing, Rani segera beranjak dari kamar untuk mengambil makanan.

"Mbak, hari ini aku bawa makanannya ke kamar ya," ucap gadis itu pada Mbak Yana yang masih sibuk mengepel lantai. Wanita paruh baya itu pun menoleh---menghampiri Rani. "Loh, kenapa nggak makan disini non?"

Rani masih fokus dengan kegiatan mengambil nasi serta lauk itu. "Dika nggak mau turun, katanya mau makan diatas aja." Mbak Yana hanya ber-oh ria seraya mengangguk, lalu kembali dengan aktifitasnya.

Rani langsung masuk ke kamarnya, tanpa kesulitan karena ia sengaja membuka pintu dari awal agar mudah saat kembali dari ruang makan nanti. Kamar mandi yang berada di dalam ruangan itupun terdengar suara gemercik air, Rani tebak---Dika pastilah sedang mandi. Ia pun memilih untuk menaruh nampan itu di atas nakas.

Benar saja, tidak lama setelah ia kembali dari lantai bawah tadi. Dika keluar dari kamar mandi, Rani hanya melihatnya sekilas. Lalu ia berjalan kearah balkon untuk melihat kondisi sepatunya yang masih basah kemarin.

Sebelum langkahnya benar-benar terealisasikan, Rani berhenti begitu saja saat panggilan dari Dika terdengar ditelinganya. "Maharani." Serasa namanya dipanggil, gadis itu menoleh. "Ada apa, Mahardika?"

"Kok piringnya cuma satu?"

"Iya, memang satu."

Setelah berucap demikian, Rani beranjak dari sana. Namun lagi-lagi ia mengurungkan niatnya itu karena Dika sudah menahannya kembali dengan perkataan yang ia lontarkan.

"Oh, mau makan sepiring berdua?" Rani kembali melongo, Dika yang melihat ekspresi gadis itu lantas tersenyum miring---tidak lupa terkekeh dan membuat Rani tersadar atas aksinya.

Cowok itu mengambil piring yang berada di nakas, lalu menarik lengan Rani pelan agar ikut duduk berhadapan dengannya di ranjang. Rani hanya menurut, tanpa memprotes Dika yang sekarang sudah menyendokkan nasi untuk dirinya.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang