Baru saja ngajak Rani sama Dika liburan nih, hehe. Sekali-sekali kan ya liburan bareng mereka, wkwk. Nih ... btw, warnanya hijau dong.An : kalau kurang jelas, biarkan ya.. soalnya panas banget tadi. Rani sampe ngeluh.
------
Dika menggeram saat Fadli terus saja berceloteh mengenai kencan pertamanya dengan Risa kemarin malam. Ingin rasanya, mulut Fadli yang sudah mencerocos tidak jelas itu Dika sumpal dengan kaus kaki yang baru saja ia lepas ketika masuk kost area dalam.
Fadli membanting pintu saat sudah sampai di depan kamarnya, ia baringkan begitu saja tubuhnya. Bahkan tidak peduli dengan Dika yang mencoba menatap temannya dengan pandangan sumringah. Dika akan mencoba itu. Tapi, tetap saja tidak bisa.
Dirinya tidak bisa memandang Fadli dengan raut gembira kali ini. Cowok itu sudah membuatnya kesal, hingga tidak sadar jika saat ini ia kembali menjadi tempat curhat Fadli.
"Gila sih, nggak nyangka banget kalau Kak Risa kemarin nerima ajakan gue."
"Nggak sadar kali dianya," tebak Dika yang langsung membuat Fadli menoleh dengan cepat sambil menjitak Dika. "Mulut lo! Sembarangan aja kalau ngomong!"
Fadli memang sering curhat dengan Dika akhir-akhir ini, terlebih ini menyangkut Risa. Cowok itu selalu gas pol jika saja ada kabar baik mengenai hubungannya dengan gadis itu. Sungguh, Fadli ingin menceritakannya dengan Dika.
Namun apalah daya, jika seorang Dika yang notabene sangat malas jika mendengarkan ocehan yang ia anggap tidak berguna dari Fadli, syukur bila Dika hanya diam. Tidak protes ataupun menegur Fadli.
Beruntung, Dika bisa menahan kesalnya ... walau terkadang masih menggerutu, menyumpahi Fadli kapan saja.
"Iya tahu, lo habis kencan sama Kak Risa.. iya Fad."
"Lo kenapa kaya gitu dah? Maksud gue tuh, iri bilang bos."
Dika menggeleng, punggungnya ia sandarkan ke tembok sambil mengambil toples milik Fadli dengan isi nastar yang kemarin sempat diberi oleh Ibu kost secara cuma-cuma. Kata Fadli demikian.
"Gue nggak iri Fadli," ucap Dika, masih mencoba bersabar menghadapi Fadli yang nampaknya kian mengerjainya dengan sesekali menggoda jika Dika tidak pernah kencan dengan Rani.
What the hell? Mungkin Dika akan tertawa begitu kencang saat Fadli beranggapan demikian. Baginya, untuk apa kencan ... jika bisa bertemu setiap hari?
From : Maharani
Dika, lagi di kost Fadli ya?
Dika mencoba mempertajam penglihatannya kala satu motif dari Rani muncul di layar ponselnya. Cowok itu mencebik, lalu menaruh kembali toples yang ia genggam tadi ke tempat semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅
Fiksi Remaja[Sudah tersedia di shopee] Maharani dan Mahardika dijodohkan, lalu menikah selepas wisuda kelas 12. Kehidupan setelah menikah, dilalui keduanya dengan santai layaknya teman biasa. ----- "Kamu apain leher aku?" Rani bertanya sambil menatap Dika yang...