12. Supermarket

8.4K 617 13
                                    

AKU USAHAIN BAKAL UPDATE SETIAP HARI.

----

Satu hal yang membuat Rani tidak henti-hentinya mengucap syukur di pagi hari. Selain masih diberikan nafas oleh sang pencipta. Rani merasa jika ketidak hadiran Viana membuat hari-harinya di toko akan dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran.

Sungguh, menyejukkan.

Jika biasanya Rani berpikir jika AC tidak pernah menyala lantaran efek terlalu dekat dengan Viana yang membuatnya sama sekali tidak merasakan kesejukan atau pun dingin membelai tubuhnya. Dan juga hawa panas setiap kali ucapan pedas dari Viana terlontar. 

Tapi kali ini, Rani bisa bernapas lega. Tidak lupa pula dirinya merasa bahagia karena bisa merasakan dinginnya AC tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

"Ran, nenek sihir lagi off ya?" tanya Dimas ketika sengaja ingin mengobrol dengan Rani di kasir, kebetulan toko baru buka dan hanya beberapa orang saja yang singgah di dalam.

Rani menoleh ke arah Dimas yang tengah belagak mengepel lantai samping gadis itu.

"Kata Rere, nenek sihir lagi sakit Dim."

Dimas melongok, mulutnya tidak mampu lagi menyembunyikan semburan tawanya hingga karyawan lain memperhatikan keduanya.

"Serius dia sakit?"

Rani mengangguk cepat.

"Gue kira, cuma manusia yang bisa sakit. Ternyata bunglon berkepala kadal juga bisa."

Keduanya kompak terbahak, bagi sebagian orang mungkin merasakan jika menertawakan orang lain yang sedang kesusahan merupakan cara ampuh untuk sekedar balas dendam secara tidak langsung. Seperti, Rani dan juga Dimas yang sudah tertawa begitu nyaring di atas penderitaan Viana.

Benar-benar tidak patut ditiru.

"Ya ampun Rani, kamu dimodusin sama Dimas ya?"

Kedua remaja yang asik tertawa tadi langsung terdiam begitu saja saat suara Rere ikut nyembul di antara keduanya.

Dimas yang sadar jika Rere sudah mencoret nama baiknya merasa tidak terima dan memilih untuk berjalan ke arah Rere yang kini sedang sibuk men-disply beberapa cokelat di rak samping kasir.

"Eh, ngapain deket-deket. Pasti mau modusin gue, iya kan?!"

"Dih, geer banget. Kalau ngomong tuh jangan sembarangan ya jamur tiram!"

Rere mengusap-usap keningnya yang terkena jitakan dari Dimas. Sangat sakit walau bagi cowok itu hanyalah sekedar menyenggolnya saja.

"Lo kan emang mau modusin Rani!"

Tangan Dimas di arahkan ke udara seakan terlihat jika cowok itu akan menerkam seorang gadis yang kini justru memeletkan lidahnya sambil melengos begitu saja melewati Dimas yang sudah menggerutu tidak jelas.

"Kalian berdua hati-hati loh ya, benci bisa jadi cinta. Haha.."

Rere dan juga Dimas kompak saling pandang saat Rani mengucapkan kalimat horor tersebut. Bahkan kini mereka sudah merasa mual hanya dengan melihat satu sama lain.

-----

Sungguh tenang. Saat jam masuk hingga istirahat tiba, Rani seolah menjadi orang paling bahagia di toko ini. Bebas dari Viana satu hari ternyata berdampak besar pada mood-nya.

Bukan hanya dirinya saja yang merasakan hal serupa, Rere dan juga Dimas yang biasanya kena omel juga merasa begitu lega setengah hari ini.

"Eh, katanya nanti Bang Heru sama yang lain mau jengukin Mbak Via. Enaknya kita ikut nggak?" ujar Dimas saat ketiganya sudah mendudukkan diri di Cafe Kusuma.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang