Bertemu Bunda

58 21 7
                                    

Don't forget to vote and comment.

Happy Reading ❤
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Setelah menghabiskan semua makanan. Anggara memutuskan untuk membawa adiknya dan Rara pulang kerumah. Yap, Rara malam ini akan tidur dirumahnya.

"Ohh, lo kalau mau tidur ke kamar yang tempat lo ganti baju tadi aja" Kata Anggara kepada Rara. Rara mengangguk.

"Good night!" Lanjut Anggara lalu pergi menuju kamar adiknya. Anggara menggendong Afika karena Afika telah tertidur sejak tadi.

.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Pagi pagi sekali Rara telah bangun. Ia berencana membuat sarapan untuk nya, Anggara, Afika dan Bi Inah.

Rara menuju ke dapur rumah Anggara dan betapa terkejutnya Rara karena bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang sangat tidak Asing baginya.

"Loh, bun-bunda??" Rara membulat kan matanya terkejut.

Wanita paruh baya yang sekarang berada di depan Rara adalah orang yang membantu Rara waktu kecil saat Rara di hukum karena di fitnah memecahkan vas. Rara ingat itu.

"Ini Rara bunda!" Lanjut Rara karena wanita tersebut masih terdiam.

"Amora? Anak pak Saditya?" Tanya wanita tersebut. Rara mengangguk cepat.

Segera wanita tersebut memeluk Rara sangat erat, hal itu membuat Rara merasa kesakitan pada tangan kirinya. Wanita tersebut adalah Fransiska Lewis, ibu Anggara. Dari dulu memang Rara terbiasa memanggil Siska dengan panggilan bunda.

"Astaga, kamu udah besar ya! Cantik banget!" Kata Siska sambil membekap wajah Rara, Rara hanya tersenyum.

Mereka berdua duduk di kursi meja makan.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya Siska lembut.

"Rara di bawa Anggara ke sini Bunda, Anggara anak bunda?"

"Iya Anggara anak bunda" Kata Siska. "Ini, kenapa tangan kamu bisa kayak gini?" Lanjutnya bertanya sambil menunjuk tangan kiri Rara.

Rara menceritakan semua kejadian yang ia alami kemaren karena Siska adalah orang pertama yang percaya tentang kemampuan Rara. Jika kalian bertanya kenapa saat itu Rara bilang Sisi adalah orang ke dua setelah Cica yang percaya tentang kemampuannya? Mungkin Rara-nya lupa. Aslinya tu, yang pertama kali percaya adalah bu Siska, yang kedua adalah Cica lalu baru Sisi.

"Ya ampun, nanti bunda ikut nge-besuk Kakak kamu ya?!" Kata Siska. Rara mengangguk lalu tersenyum.

Dilainsisi, Anggara yang baru bangun dari tidurnya langsung mencuci muka dan segera kebawah untuk menuju ke kamar tempat Rara tidur. Anggara berniat membangunkan Rara karena mereka harus pergi ke sekolah.

Namun saat menuju ke sana, langkahnya terhenti karena mendengar pembicaraan dua orang dari arah dapur. Anggara mengubah tujuannya ke arah dapur.

"Ekhmm" Deham Anggara sengaja ia keraskan.

Siska dan Rara menoleh ke arah Anggara.

"Asikk bener bicaranya" Kata Anggara lalu ikut duduk. "Kapan bunda datang?" Lanjutnya.

"Tadi mal-eh subuh, sekitar jam dua" Kata Siska. Anggara ber-oh ria.
"Oh iya kamu sama Rara jangan pergi sekolah dulu ya istirahat aja dulu, biar bunda izinin"

"Dan Anggara, bunda bangga sama kamu udah ngebantuin lawan perampok" Kata Siska.

Anggara tersenyum bangga atau lebih tepatnya tersenyum sombong Sedangkan Rara tersenyum tipis.

.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Sekarang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Rara menghela napasnya gusar, kenapa dia belum di izin kan untuk ke rumah sakit, tanya Rara dalam hatinya.

"Bentar lagi gue anter ke rumah sakit, nungguin temen gue sama temen lo dulu, mereka mau kesini!" Jelas Anggara lalu duduk di sofa di samping Rara.

Teman teman Anggara dan Rara akan datang ke rumah Anggara. Mereka telah mendapat izin dari sekolah untuk membesuk Anggara, Rara dan Cica. Yaa tentu berkat Harry, ketua OSIS.

Anggara menaruh kepalanya kepuncak Rara. "Bentar lagi, gue janji!" Lanjut Anggara lalu menutup matanya.

Dilainsisi, Leo, Tio, Sisi dan Harry sudah berada di depan rumah Anggara namun mereka belum menekan bel rumah tersebut. Mereka malah membuat keributan.

"Assalamu'alaikum, Leo yang ganteng datang, buka pintu nya woi!" Teriak Leo dari luar, setelah itu terdengar suara rintihan.

Tio memukul kepala Leo. Sisi dan Harry yang berada di sana tertawa.

"Diam oi, lo kata ini rumah nenek moyang lo!" Kata Tio.

"Sakit bego! Dipukul mulu gue!" Kata Leo mengusap kepalanya.

"Udah udah berantem mulu! Gue nikahin lo berdua baru tau rasa!" Sekarang giliran Sisi yang berbicara.

"Apa lo bilang?!!" Bentak Tio dan Leo secara bersamaan kepada Sisi membuat Harry membesarkan matanya.

"Berani ya lo pada bentak Pacar gue!" Ancam Harry membuat nyali Tio dan Leo menciut.

"Ga ketua, ampun" Ucap Leo.

Tiba tiba dari arah belakang mereka datang lagi satu orang. Siapa lagi kalau bukan Refaldo alias Aldo.

"Hai bro" Sapa Aldo.

"Ohh ini dia yang berani nampar Rara kemaren! " Kata Sisi terbawa emosi karena teringat kejadian saat di kantin.

"Aelah, gue udah minta maaf" Ucap Aldo. "Lagian gue udah tobat, serius" Lanjutnya.

"Mantap bang, biar gue ajarin cara buat tobat!" Kata Leo mengangkat tangan nya ke bahu Aldo.

"Gue juga dukung lo bang!" Gantian sekarang Tio yang meletakkan tangannya ke bahu Aldo.

Sisi menatap tajam ke arah Aldo sedangkan Aldo yang ditatap hanya acuh. Harry yang mulai risih akhirnya menekan bel rumah Anggara.

Beberapa detik setelah itu Anggara membuka kan pintu untuk mereka. Anggara mempersilahkan mereka semua untuk masuk.

Bersambung
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.














Selamat malam!
Gimana kesannya sama part ini??
Boleh dikomen ya!
ヾ(❀╹◡╹)ノ゙

Seperti biasa aku minta saran dan kritikan kalian yang sifatnya membangun ehe

Jangan lupa vote dan komen
Follow juga akun author
Deanagatha

Sampai jumpa
💕💕💕

Kamis,
4 Juni 2020

✤HEAR!!✤ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang