Rampok (dua)

63 24 11
                                    

Don't forget to vote and comment.

Happy Reading ❤
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Rara berjalan cepat atau bisa dibilang berlari ke lantai dua menuju kamar kakaknya. Suara minta tolong kakaknya pun semakin jelas ia dengar.

"To-tolong"

Sesampai di depan pintu kamar Cica, Rara mencoba membuka pintu namun tidak bisa karena terkunci. Berusaha Rara dobrak, Tidak bisa juga.

"To-tolong dek"

Rara akhirnya teringat akan kunci cadangan yang disimpan oleh ayahnya di laci sebelum tangga. Rara segera mengambil kunci tersebut dan kembali ke depan pintu kamar Cica.

"To-tolong" Lirih Cica dari dalam kamar.

Rara berhasil membuka pintu kamar Cica, terlihat Cica telah tergeletak bersimpah darah dibagian perutnya akibat di tusuk dengan pisau namun masih sadar.

Pisau tersebut tertancap di perut Cica. (Bayangin aja perut kalian tertancap pisau dan kalian ga bisa keluarin pisau itu dari dalam perut karena tenaga kalian dah habis)

"De..k" Lirih Cica setelah itu dia tidak sadarkan diri.

"Kakk!!" Teriak Rara sambil mencoba menahan tangisnya. Karena Rara berteriak, perampok yang tadinya menghadap ke arah Cica beralih menghadap ke arah Rara.

Dengan modal tongkat bisbol, Rara langsung berjalan cepat kerah perampok dan memukul perampok tersebut, dan ya satu kali pukulan kena namun perampok tersebut masih terlihat kuat.

Pukulan kedua pun meluncur. Kali ini perampok tersebut dapat menahannya dengan memegang cepat tongkat bisbol milik Rara dan merebutnya.

Rara semakin panik. Bagaimana caranya sekarang. Dia tidak memiliki apa apa untuk bertahan. Perampok tersebut terus mendekat ke arah Rara dan dengan cepat mengarahkan tongkat bisbol tersebut ke arah kepala Rara namun Rara melindungi nya dengan tangan sehingga tangan Rara lah yang kena. Lebih tepatnya tangan kiri.

"Aaaww!!" Rara terpekik karena sekarang tangan kirinya terasa sangat sakit. Sekarang ia terduduk, berdoa supaya mendapatkan pertolongan.

Tidak puas dengan perbuatannya, perampok tersebut kembali ingin memukul Rara pada bagian kepala.

Bug...

Tidak!! Rara tidak terkena pukulan tersebut melainkan perampok itu jatuh tersungkur karena seseorang menendangnya sangat kuat. Orang itu adalah Anggara.

"Lo baik baik aja Ra?" Tanya Anggara cemas, Rara mengangguk berusaha meyakinkan dirinya dan Anggara.

Perampok itu kembali berdiri dan menyerang Anggara. Anggara yang merasa diserang pun ikut membalas si perampok.

Dilainsisi, Rara segera berdiri dan menyusul ketempat kakaknya. Rara menangis. Rara segera mencabut pisau yang tertancap di perut Cica. Sangat banyak darah yang keluar.
Dengan cekatan Rara merobek baju sekolah yang masih ia pakai dan menahan darah yang keluar menggunakan robekan baju tersebut.

"Pliss kak!! Hiks Tahan!! Gue mohon!! Hiks" Kata Rara menangis. Segera ia menelpon mobil ambulan.

Beberapa detik setelah itu, Terdengar suara mobil polisi sudah datang. Sebagian polisi mengepung rumah Rara dan sebagian yang lainnya masuk ke dalam rumah. Para perampok sudah tidak sadarkan diri karena pukulan Anggara.

Tidak lama setelah itu pun, ambulan datang.

.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.

Rara dan Anggara sekarang berada dirumah sakit. Cica? Dia juga sudah dirumah sakit dan masih menjalankan operasi karena ada sesuatu yang berada didalam perutnya.

Rara mengalami tulang retak pada tangan kirinya. Sedangkan Anggara mengalami luka memar di bagian mulut dan beberapa di tubuhnya karena pukulan perampok. Rara dan Anggara sudah di obati.

Sekarang mereka sedang terduduk di depan ruang operasi Cica. Rara terus saja menangis karena ia khawatir dengan kakaknya sementara Anggara hanya diam

"Maaf" Kata Rara membuat Anggara menoleh kepadanya. "Maaf, ga-gara gara gue lo ju-juga jadi babak belur" Lanjunya sesegukan.

"Gapapa kok, gue senang bisa bantu lo" Jawab Anggara tulus.

Karena perkataan Anggara tersebut, Rara langsung memeluknya dengan satu tangan. Awalnya Anggara terkejut namun akhirnya ia membalas pelukan Rara.

"Ma-makasih" Kata Rara menangis. "Gue ga tau ha-harus bilang apa la-lagi selain maaf dan makasih" Lanjutnya.

Anggara tersenyum dan mengangguk lalu menepuk-nepuk pelan punggung Rara. Berusaha menenangkan Rara.

Tap tap tap
(Anggap aja suara langkah orang jalan di lorong rumah sakit ehe)

Anggara dan Rara melepaskan pelukan mereka.

Ibu Cica dan ayah Rara datang dengan wajah panik. Ibu Cica yang bernama Yona itu berjalan tergesa gesa kearah ruang operasi dan menggedor gedor pintu ruangan tersebut.

"Buka!! Saya mau hiks liat anak saya!! Hiks" Kata Yona menangis sambil menggedor-gedor pintu tersebut.

Hal tersebut membuat beberapa staff keamanan dan beberapa suster berusaha menenangkan Yona.

Dilainsisi, ayah Rara yang bernama Saditya segera memeluk Rara. Dengan rasa bersalah, beberapa kali ia meminta maaf kepada Rara karena tidak bisa menjaga kedua putrinya dengan baik.

Bersambung
.•♫•♬•HEAR!!•♬•♫•.














Halllooooo
Waduhh maaf ya kalau feel nya kurang dapet 😿

Gimana kesannya sama part ini??
Boleh dikomen ya!
(❁'◡'❁)

Seperti biasa aku minta saran dan kritikan kalian yang sifatnya membangun ehe
(≧∇≦)/

Jangan lupa vote dan komen
Follow juga akun author
Deanagatha

Sampai jumpa guys
💕💕💕

Senin,
1 Juni 2020

✤HEAR!!✤ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang