02. [Part revisi]
Raya pergi memesan makanan, sedangkan Dira pergi menyusul abangnya yang kini duduk di meja kantin bersama tiga orang lainnya yang sudah Dira kenal pada hari kemarin.
"Mana makanan kamu?" tanya Davin dengan kening mengerut.
"Proses, Bang," jawab Dira.
Sedetik kemudian, sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asap hadir di hadapan Dira. "Thanks, Ray."
"Sama-sama," jawab Raya singkat.
Mereka mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kecuali Agy dan Boby yang diam-diam mengamati gerak-gerik Arlan. Keduanya kini menyadari, kalau laki-laki itu selalu melirik ke arah Dira, walau hanya sebentar.
Senyum menggoda muncul di kedua sudut bibir Agy. Lengannya menyenggol Boby membuat laki-laki itu menoleh. "Keknya Arlan suka sama Dira deh, iyekan?" bisiknya.
"Pemikiran kita sama banget, Bro," balas Boby, mengacungkan jempol.
Kedatangan seseorang mengalihkan perhatian mereka. Boby langsung membuka suara. "Ke mana aja lo Ken, bolos lo ya?"
"Hm, gue tadi di roftoop," ujar Kenzo, sembari menyomot batagor milik Davin dan dibalas dengusan kasar.
Dira mengerjap, mencoba mengenali sosok laki-laki yang sepertinya pernah ia lihat. Ah--sekarang Dira mengingatnya, dia adalah manusia yang tadi pagi memintanya untuk mengambilkan sebuah paku yang terjatuh di lantai koridor.
Merasa diperhatikan Kenzo lantas memandang Dira bertanya-tanya. "Ada yang salah sama gue?"
"Eng-enggak Kak," Dira menggeleng cepat.
Kenzo manggut-manggut. "Dia murid baru?" tanyanya pada Davin.
"Yo'i, adek gue nih." Davin merangkul bahu Dira, tak segan mencium pipi adiknya itu di depan teman-temannya.
"Oh, gue baru tau" sahut Kenzo lagi.
"Ya iyalah, lo 'kan gak sekolah kemarin," ucap Agy.
"Eh, ngomong-ngomong, gue jarang banget liat adek lo di rumah Vin, padahal kita-kita 'kan sering main ke sana."
Davin terkekeh. "Ni anak emang hobi ngurung diri di kamar. Bang Kevin juga masih larang dia buat main keluar karena takut kenapa-napa," jelas Davin. "Lo pasti taulah alasannya."
Agy dan Boby ber'oh'ria. Sangat paham apa yang dimaksud dari perkataan Davin barusan, karena laki-laki itu pernah bercerita pada mereka sebelumnya.
"Oiya, Bang Kevin-nya mana?" tanya Dira, celingukan.
"Bentar lagi juga datang."
"Nah tuh dia," tunjuknya pada Kevin dan juga Rendy.
"Kok lama Bang?"
"Maaf ya, tadi Abang ngumpulin tugas dulu ke kantor."
Dira mengembungkan pipinya, lalu mengangguk. Matanya menatap orang yang berada di samping Kevin. "Hai Kak Rendy!" sapa Dira.
"H-hai..." balas Rendy nampak kikuk dan senang sekaligus. Entah kenapa, Rendy merasakan sesuatu yang berbeda, sejenis dejavu yang berhasil membuat Rendy terbayang masalalu.
Arlan refleks menghempaskan sendok dan garpu ke atas piring hingga menimbulkan bunyi dentingan, kemudian dia beranjak dari sana tanpa berbicara barang sepatah kalimat.
🍊🍊🍊
Dira duduk sendirian di bangku tribun sebelah kiri, tidak lama kemudian, datang Amy, Rain dan Raya yang membawa banyak minuman serta cemilan dari berbagai jenis dan nama.
"Kalian yakin bisa ngabisin itu?" tanya Dira mengernyit.
Ketiganya menganguk keras. "Malahan kurang Ra." Amy menyengir. Bukan masalah besar bagi Amy kalau hanya berurusan dengan semua makanan itu, alih-alih menolak, Amy akan menerimanya dengan senang hati. Tentang berat badan, bisa dibicarakan nanti, lagian Amy memiliki berat badan yang lumayan kurus, makan sebanyak apapun tidak akan membuat bentuk tubuhnya menjadi gempal.
"Eh-eh, tuh udah mau mulai," tunjuk Rain ke arah tengah lapangan indoor SMA Dirgantara.
Pertandingan sahabat antara kelas IPA dan IPS segera dilaksanakan. Bukan bertujuan untuk saling bersaing, tapi hanya sekedar latihan saja. Kalah ataupun menang tidak ada bedanya bagi mereka.
Suara peluit menggema, dari atas sini, Dira dapat melihat Arlan, Davin, Agy, Boby dan Kenzo yang bermain lincah di sana, Dira sendiri mengakui kalau tim mereka sangat hebat.
Dira tersenyum saat Davin memberikan kiss bye padanya. Para cewek-cewek caper yang sedari tadi heboh kembali menjerit hingga membuat Amy yang duduk tidak jauh dari mereka menggeram kesal.
Mata almond Dira berpandangan dengan mata elang milik Arlan, Dira hanya bisa melempar senyum manis karena ia bingung harus melakukan apa.
Beribu detik berlalu, pertandingan pun selesai. Dira mematri langkahnya menuju di mana Davin berada dengan membawa sebotol minuman yang tadi dibelikan oleh Amy.
"Selamat Bang." Dira memberi jeda, "Minum dulu nih," lanjutnya menyodorkan botol minuman itu.
"Makasih sayang." Davin menggandeng Dira, mengajaknya menjauh dari kerumunan karena Davin tidak suka kalau adiknya menjadi sorot perhatian.
.
.
.
Note : Btw, hasil revisinya gak bagus² amat, tpi lumayan lah ya🤣Tanda part, yg sdh direvisi 🍊 buah jeruk.
Tgl revisi.
3. April. 21
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLANDIRA (OTW REVISI)
Teen Fiction[Part bertanda 🍊 berarti itu part revisi] MAAF, JIKA MASIH BANYAK KATA & TANDA BACA YG TDK SESUAI KBBI/EYD/PUEBI.🙏🏻 [Cerita pertama] . . . "Tidak pernah bagiku untuk memberikan dirimu pada orang lain. Kamu diciptakan Tuhan khusus untukku, bukan...