Happy Reading :)
.
.
.Lo bermain dengan orang yang salah! -Reynar
.
.
.Pulang sekolah hari ini Dira ada jadwal ekskul musik, baru seminggu ia mengikutinya karena bujukan oleh Salsa teman sekelasnya. Kak Tirta-sang pelatih ekskul musik mengatakan bahwa ekskul itu kekurangan anggota, jadi karena Salsa mengetahui kalau suara Dira lumayan bagus akhirnya mengajak Dira untuk bergabung. Lagi pula Dira juga sedikit bisa bermain gitar, jika dilatih lebih serius mungkin nanti akan lebih baik.
"Maaf saya telat," ucap Dira saat memasuki ruangan musik, ia telat lima menit karena tadi harus piket kelas terlebih dahulu.
"Masuk aja gak papa!" jawab Kak Tirta, umur laki-laki itu masih muda mungkin sekitar 20 tahunan.
Waktu berlalu, kini jam sudah menunjukan pukul 16:27 yang berarti latihan ekskul musik telah selesai.
Dikarenakan Arlan sedang sibuk ada tamu di rumah nya, maka Dira akan pulang menggunakan ojek online hari ini. Awalnya Arlan bersikeras untuk menjemputnya, tapi tidak enak juga menurut Dira kalau ia terus-terusan meminta bantuan Arlan. Pulang sendiri apa susahnya, iyakan?
Sesampai di rumah, Dira meletakan kotak yang tadi ia bawa diatas kasur, kotak yang ia temukan diatas meja belajarnya dikelas tadi pagi. Entah dari siapa itu, nama ataupun alamat tidak ada satupun disana.
Dengan ragu Dira membuka kotak itu. Lembar demi lembar foto Dira dapatkan, tangannya bergetar sambil mengambil salah satu di antara foto itu, foto yang memperlihatkan seorang gadis yang sedang memegang permen kapas sambil tertawa, di sampinya ada seorang laki-laki yang menggigit permen kapas kepunyaan gadis itu.
Dada Dira mendadak sesak tak keruan, perasaan apa ini? Kenapa ia menjadi takut dan gelisah?
"Gak....gak mungkin dia ada di sini," lirih Dira lalu meletakan foto itu kedalam kotak dan melemparnya ke sembarang arah.
"Gakkk...gakkk..." ucap Dira lagi dengan nada sedikit tinggi.
Dira meremas rambutnya sendiri, kepalanya mendadak pusing. Bayangan-bayangan kejadian kembali berputar.
Kevin yang baru datang dari tempat les-nya panik ketika mendengar teriakan dari arah kamar Dira.
"Dek?" panggil Kevin sembari mengetuk pintu kamar adiknya. Merasa tak ada jawaban Kevin mengambil kunci cadangan kamar Dira di dalam sebuah guci.
Cklek
Hal yang pertama kali Kevin lihat adalah sebuah kotak yang tidak terbentuk lagi. Kotak itu mengeluarkan beberapa isinya, tangan Kevin mengepal, matanya menggelap, ia kembali menatap Dira yang sudah menangis terisak di samping kasur.
"Dek?" panggil Kevin lalu menghampiri Dira.
Dira mendongak, matanya memerah mengeluarkan cairan bening. "Abang..." Kevin tak sampai hati melihat adiknya saat ini, laki-laki itu langsung merengkuh tubuh adiknya yang sudah melemah, ini yang Kevin takutkan.
"Ke-napa di-a kem-bali, Bang..." lirihnya dengan suara yang serak dan terbata-bata. Sakit memang, orang yang dulu pernah menyakiti hati atau fisik kita kembali lagi membawa seribu kenangan yang sudah lama dilupakan, kadang skenario Tuhan tak dapat kita tebak.
Kevin mengusap punggung Dira, hatinya ikut teriris melihat adiknya seperti ini lagi, ingin rasanya Kevin memukul Rey sampai laki-laki itu merasakan apa yang dirasakan oleh adiknya.
"Sstttt, jangan dipikiran, oke?" ucap Kevin menenangkan.
Beberapa sekon berlalu Dira sudah berhenti menangis. Hanya dengkuran halus yang Kevin dengar, itu adalah pertanda bahwa Adik kecilnya ini tertidur. Syukurlah ini lebih baik dari pada Dira menangis seperti tadi.
Kevin memindahkan Dira keatas kasur lalu menyelimutinya. "Jangan sedih lagi Adek kesayangan, Abang," bisik Kevin sembari mengelus kepala Dira dengan pelan.
***
Ada seorang Laki-laki yang kini sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, kacau, wanita licik itu membuat alur kehidupannya yang sungguh luar biasa.
Tak lama kemudian datang lah seorang wanita yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya. Rey sengaja mengundangnya ke sebuah caffe dan memesan ruang VIP khusus untuk dua orang.
Wanita itu duduk tepat di hadapan Rey, ia memakai baju pendek yang berwarna coklat muda dengan balutan make up yang cetar, apalagi bagian alis yang diukir sedemikian rupa juga bulu mata yang lentik membahana. Bibir berwarna merah buatan itu sedari tadi tidak berhenti tersenyum membuat Rey lagi-lagi bergidik ngeri.
"Ada apa, Rey?" ucap wanita itu dengan nada serak-serak manja.
Rey tak menjawab. "Rey?" tanya wanita itu lagi sembari melambaikan tangan nya didepan wajah Rey. Ia berpikir jika sekarang Rey sedang terpesona dengan kecantikan dirinya. Pede najis, anjrit muka lu itu anjirit!
Rey mengetuk-ngetukan jari-jemarinya di atas meja. Ngomong-ngomong mereka berdua belum memesan makanan apapun, hanya ada dua gelas jus apel yang ada di sana.
"Maksud lo apa?" ujar Rey membuat wanita itu mengerutkan alis cetarnya pertanda tidak mengerti.
"Maksud lo apa ngasih foto-foto itu ke Rasya, hah?" Wanita itu tersenyum paksa, sekarang ia tau apa alasan laki-laki ini mengajaknya untuk bertemu. Bukan untuk dirinya melainkan untuk gadis yang sangat ia benci.
"Kok bahas dia sih, Rey," jawab wanita tadi sambil membenarkan posisi duduknya agar tampak lebih menggoda.
Rey tersenyum sinis. "Gue tanya sekali lagi apa maksud lo ngirim foto itu ke Rasya?"
Jengah sekali wanita itu mendengar nama Rasya! Rasya! Rasya! Tidak adakah perempuan lain selain Rasya yang dibahas disini?
"Kamu kenapa sih? Rasya mulu, kamu itu pacar aku Rey!"
"Pacar? Kita udah putus, lo lupa?" ucap Rey sengit dan tentunya menohok. "Kita berdua pacaran sebab Ibu lo yang mohon-mohon sama gue dan itu karena suruhan lo sendiri. Bener 'kan?"
Wanita itu mengepalkan tangannya dibawah meja, 'kenapa Rey bisa tau?' tanyanya dalam hati.
"Gue tau semuanya, Vi!" ujar Rey.
Tanpa aba-aba wanita itu langsung pergi dari sana meninggalkan Rey tanpa menjawab apapun.
"Lo bermain sama orang yang salah Sevie!"
.
.
.
Tbc🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLANDIRA (OTW REVISI)
Teen Fiction[Part bertanda 🍊 berarti itu part revisi] MAAF, JIKA MASIH BANYAK KATA & TANDA BACA YG TDK SESUAI KBBI/EYD/PUEBI.🙏🏻 [Cerita pertama] . . . "Tidak pernah bagiku untuk memberikan dirimu pada orang lain. Kamu diciptakan Tuhan khusus untukku, bukan...