19. kesel!

13.9K 995 23
                                    

Happy Reading :)
Typo bertebaran!
.
.
.
Aku tidak akan pernah berpaling darimu :)

.
.
.

"Kak Arlan ngapain berduaan sama dia?" gumam Dira, ia melihat Arlan bersama Amel yang sepertinya sedang berbincang. Tapi hanya Amel saja yang nampak terlihat berbicara, sedangkan Arlan terlihat lebih banyak diam.

Dengan langkah seribu Dira ke luar dari perpustakaan lalu berjalan ke arah Arlan dan Amel berada. Sedangkan Raya, Amy dan Rain menatap kosong kepergian Dira. Mereka bertiga memutuskan tidak ikut campur.

"Ekhem!" Arlan nampak terkejut saat melihat gadisnya ada disini, ia seperti tercyduk sedang berselingkuh.

"Dira?"

"Seru banget ya kayaknya dua-dua'an," sindir Dira, "Sama cowok orang lagi," sambungnya.

Amel yang tak terima akhirnya bersuara.  "Ngapain sih lo, ganggu orang pacaran aja!" ujarnya sinis. Dira terkekeh lalu pergi dari sana, sebelum itu Dira menatap Arlan sejenak, hanya tatapan datar tidak lebih.

Arlan langsung panik karena takut kalau Dira marah padanya, ia segera berlari menyusul gadis itu secepat mungkin. Lagipula langkah Dira masih belum terlalu jauh.

Amy, Rain dan Raya yang mengintip di sela-sela pintu perpustakaan berusaha menahan tawa mereka, apalagi saat melihat wajah Amel yang nampak kesal ketika ditinggal oleh Arlan.

"Tu pocong cari masalah banget," celutuk Amy lalu mendapatkan tatapan bingung dari Raya yang tidak tau apa-apa.

"Pocong apa'an?" tanya Raya.

"Noh si Amel, pocong kata Amy," jawab Rain. Raya mengangguk paham, ada benarnya juga. Amel 'kan bukan manusia.

"Pocong-pocong apa yang disukai perempuan?" ucap Amy serius, kedua alisnya ia naik turunkan.

Raya masih diam berpikir, ia sebagai perempuan tidak mengetahui pocong apa itu. Begitu juga dengan Rain yang masih bergeming, mencoba untuk menjawab pertanyaan Amy yang rada bego tersebut. Jika diberi soal Bahasa Indonesia, maka Rain akan lebih memilih menjawab soal bahasa Indonesia itu dari pada soal Amy saat ini.

Kesal karena menunggu lama akhirnya Amy menjawab pertanyaannya sendiri.

"Pocongan harga!"

***

"Ra!" panggilnya tapi tak dihiraukan gadis itu, Arlan mempercepat langkahnya.

"Ra, dengerin dulu!" panggilnya lagi sambil berusaha meraih tangan Dira.

"Apa'an sih."

"Dengerin dulu."

Untung saja di koridor ini lumayan sepi dan jauh dari kantor guru, hingga mereka berdua tidak akan menjadi pusat perhatian.

"Aku gak ada apa-apa sama dia!" Dira memutar bola matanya, cemburu? Sudah pasti, bahkan cemburu Dira kali ini sudah sangat melebihi ukuran standar.

"Hm," jawab Dira lagi, cuek. Arlan menarik bahu gadis itu jadi saling berhadapan, tapi saat Arlan ingin bersuara tiba-tiba Dira langsung memeluknya erat dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Arlan, hampir saja Arlan jatuh ke belakang jika dirinya tidak kuat menahan tindakan Dira yang mendadak.

Arlan membalas pelukan Dira, sehingga melupakan di mana kawasan mereka berdua saat ini.

Terdengar isak tangis yang membuat Arlan keheranan, ia menjauhkan sedikit posisi tubuhnya pada Dira, lalu menatap mata gadis itu yang sudah menangis.

ARLANDIRA (OTW REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang