03. Pertolongan🍊

42.1K 2.5K 121
                                    

03. [Part revisi]

Sejak pertemuan pertama mereka, Dira sudah diundang masuk ke dalam sebuah grup -Cewek Kece- yang menggunakan emoticon jari tengah di sisi kirinya. Beranggotakan empat orang makhluk hidup yang terdiri dari Rain, Raya, Amy dan termasuk Dira sendiri.

Bosan dengan obrolan yang unfaedah dari teman-temannya, Dira lantas meletakan hp-nya, sejenak ia mulai berpikir.

"Gue mau jalan-jalan ke luar, dibolehin gak ya?" Dira mengembuskan nafas kemudian bangkit dari tempat tidur, melangkah pelan menuju taman belakang rumah, berniat meminta ijin pada kedua abangnya, walau Dira sangat amat yakin seratus persen kalau dia tidak akan diperbolehkan pergi ke mana-mana.

"Abang!! Dira mau jalan-jalan..." rengek gadis itu. "Bosen di rumah terus," lanjutnya berusaha membujuk rayu.

Kevin dan Davin yang sedang bermain catur serempak menoleh. Saling menatap sedetik, lalu mengangguk setuju dalam waktu singkat, namun bersamaan dengan kata syarat yang terlontar di mulut keduanya.

"Kita berdua juga ikut."

Dira mendengus lelah tapi tak urung menolak.

🍊🍊🍊

"Bang, ke sana yuk?"

"Ayo."

Davin mengiakan semua kemauan dari adiknya itu. Mulai dari bermain timezone sampai ke toko sepatu. Sudah menghabiskan waktu dua jam lamanya mereka jalan-jalan mengelilingi mall.

"Dek, bagus yang hitam apa yang abu-abu?" tanya Davin, mengangkat kedua sepatu yang berbeda warna.

"Sukanya warna apa?"

"Abu-abu sih."

"Ya udah abu-abu aja," jawab Dira.

"Okelah abang pilih warna hitam," ucap Davin, melenggang pergi membawa sepatu yang berhasil memikat hatinya ke tempat kasir.

Kevin yang mendengar itu hanya memandang datar tanpa ekspresi. Kelakuan Davin adalah hal yang biasa saja tapi mampu membuat seseorang naik darah hingga memicu timbulnya ledakan emosi.

Perut Dira berbunyi, gadis itu menyengir lalu mengerjapkan kedua matanya. "Lapar, hehe."

"Ayo, kita cari caffe."

"Bang Davin, gimana?" tanya Dira, pasalnya Davin belum juga kembali.

"Dia bisa sendiri, Dek." Kevin langsung menarik lengan Dira ke keluar ruangan, matanya meliar mencari tempat makan yang menurutnya menarik.

.

Kevin terpaksa meninggalkan Dira sendirian karena dia harus mengambil pesanannya, sebab para pelayan di sini sedang sibuk semua. Caffe yang mereka kunjungi memang sekarang ramai sekali, letaknya yang strategis dan instagramable membuat caffe ini lebih diminati oleh kaum anak muda, lumayanlah karena bisa berfoto ala selebgram yang terkenal tanpa memungut biaya.

Kepala Dira refleks bergerak mengikuti alunan lagu yang terputar, sesekali bersenandung kalau ada lirik yang ia hapal.

Rupanya, gerak-gerik Dira itu menarik perhatian seorang pria yang duduk berdekatan dengannya.

Bunyi decitan kursi yang tertarik dan susulan aroma menyengat dari asap rokok yang mengandung banyak zat berbaya, antara lain nikotin dan karbon monoksida. Kedatangan pria itu berhasil membuat Dira sedikit terperanjat, juga menelan kasar salivanya yang seperti tersangkut di tenggorokan.

"Cuma sendirian?"

Tangan pria itu lancang menyentuh dagu Dira, gerakannya yang begitu cepat sampai Dira tidak sempat menghindar. Bibir Dira terasa kelu kala melihat penampilan menyeramkan dari pria itu, bahkan lebih menyeramkan daripada Boby yang hanya memakai anting-anting di telinganya.

"Kenapa diam aja?"

"Cantik juga, kira-kira sejamnya dibayar berapa?"

"1 juta? 2, 3, 4, atau 5 juta?"

"Aku tidak masalah dengan harganya, yang penting kau bisa memuaskan ku."

Nafas Dira tertahan, panick attack mendadak menguar di dalam dirinya. Gadis itu menunduk dan memejamkan matanya sejenak, berusaha mengontrol emosi dan pikiran yang mulai berayun-ayun.

Hingga satu decitan lagi terdengar.

Dira mendongak, laki-laki dengan balutan khas anak muda itu memandangnya lekat. Matanya berwarna hitam pekat, yang sialnya hampir membuat Dira terpikat.

"Satu menit ke depan, kalau anda masih berani duduk di sini, saya tidak segan menyeret anda ke pihak berwajib atas tuduhan pelece---"

"Heh--mana bukti---"

Mata Arlan menatap CCTV. Tersenyum mengejek. "--Anda sudah berani menyentuh dia, yang bahkan tidak anda kenali sama sekali."

"Ditambah dengan menawarkan hal-hal tidak pantas untuk seorang gadis yang masih berstatus sebagai murid SMA."

"Bukankah itu tetap termasuk sebuah pelecehan?"

Arlan menuntut jawaban, alisnya menukik dengan jemari-jemari yang mengetuk-ngetuk meja.

Pria itu berdiri seraya berdesis, nampak kesal lalu kemudian meninggalkan Arlan dan Dira dalam kecanggungan penuh.

.
.
.
.
.

🍊🍊🍊

ARLANDIRA (OTW REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang