MARAH.

1.2K 141 6
                                    

Keadaan semakin canggung antara keduanya. (Namakamu) yang sedari tadi bersama Iqbaal pun tampak nya ia sedang sendiri. Ia sama sekali tidak memperdulikan Iqbaal yang ada di samping nya. Iqbaal berkali-kali mencuri pandangannya namun tak membuat (Namakamu) menoleh kearah nya.

Iqbaal memegang tangan lembut milik (Namakamu) dan berkata, “Dear. Kamu kenapa cuekin aku gini? Baikan aja ya, aku gak bisa kaya gini terus,”

(Namakamu) menepis tangan Iqbaal yang membuat lelaki itu mengerutkan dahinya, “Plis, dear. Aku salah, aku minta maaf.”

Sama hal nya seperti tadi. (Namakamu) masih terus memandang kearah depan dan tak memperdulikan Iqbaal yang berada di sampingnya. Hati (Namakamu) terasa di tusuk-tusuk oleh ribuan pisau tajam yang habis di asah.

Iqbaal mengambil paksa tangan (Namakamu), dan lagi-lagi tenaga (Namakamu) lebih kuat dari pada Iqbaal. Menurutnya ia tidak boleh selemah yang lain, (Namakamu) membenci yang namanya menangis.

“Plis Iqbaal. Jangan gila. Kita lagi di bandara!” tegas (Namakamu) yang membuat punggung Iqbaal perlahan turun. Gadis itu melihat nya sendiri, tanpa berfikir panjang pun (Namakamu) pergi meninggalkan Iqbaal seorang untuk menuju pintu keluar warga negara Indonesia dari luar negeri.

Langkah (Namakamu) terhenti saat Iqbaal menahannya. (Namakamu) menepisnya dengan kasar, tidak seperti tadi. Gadis itu sudah muak dengan nya. Mengapa lelaki itu tidak sadar.

“Plis. Gue kesini mau jemput Jefri dan yang lain. Bukan buat berantem sama lo, Baal,” ucap (Namakamu).

“Kasih aku kesempatan buat jelasin semua ini, dear. Aku gak ada apa-apa sama Zidny, aku cuma enggak sengaja ketemu.”

“Terus kenapa lo bohongin gue, Iqbaal? Gue pernah bilang sama lo sendiri. Gue gak suka. Semua orang juga gak suka diginiin, enggak gue doang!”

“Maaf. Aku ta--”

“Apa? Apa salahnya lo jujur sama gue? Gue gak akan marah. Kalau lo semisalnya jujur kita gak akan kaya gini, Baal.”

“TERILI!” panggil seorang lelaki yang membawa kedua kopernya di tangan sebelah kanan dan kiri.

“Baru kemarin ketemu udah rindu aja,” ujar Jefri yang kemudian menghampiri (Namakamu) bersama Iqbaal.

(Namakamu) tanpa aba-aba segera memeluk Jefri sangat erat. Rasanya ia ingin menceritakan semuanya tapi (Namakamu) tidak ingin Jefri tahu akan hal ini. (Namakamu) bisa menyelesaikan ini semua sendiri.

“Kangen jugaaa!” jawab (Namakamu). Jefri mengelus rambut hitam milik (Namakamu) sedangkan wanita itu hanya terdiam di dada bidang milik Jefri.

Iqbaal tersenyum tipis melihat nya. Memang pantas semua ini Iqbaal rasakan. Tidak, ini bukan salah (Namakamu). Lelaki itu yang sudah membohongi wanita yang sangat di sayangi oleh Jefri.

"TERILI GUE JUGA MAU PELUK KALI!!” rengek Dianty yang membuat keduanya melepaskan pelukannya dan (Namakamu) beralih memeluk Dianty yang berada disampingnya Rizky.

“Ayo langsung pulang. Cape gue,” lirih Amanda yang membuat semuanya mengangguk.

****

“Jefri makasih ya. Lo jangan lupa istirahat,” ucap (Namakamu) saat keluar dari mobil hitam milik Iqbaal. Ia melirik lelaki tersebut yang juga memandang nya.

“Makasih. Hati-hati,” ucap (Namakamu) kepada Iqbaal yang membuat lelaki itu tersenyum kecil kearahnya.

Jefri melambaikan tangannya kepada (Namakamu) kemudian menutup kaca mobil tersebut. Iqbaal segera menancapkan gas nya keluar dari halaman rumah besar kekasihnya.

ITCHY [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang