DUAPULUHSATU

2.3K 175 70
                                    

Happy Reading!!!
Cek typo ❤







"Ge! Ge!! Pliss tungguin gue"

Gea menghentikan langkah kakinya karena lengan Gea dicekal seseorang yang sejak tadi mengejar dan  memohon padanya. Ia membalikan badan menghadap orang itu. Orang itu adalah Eza. Tak salah lagi.

"Gue tau lo dari tadi pagi ngehindar dari gue" Ucap Eza lirih. "Lo marah sama gue Ge? Kalo iya, gue minta maaf ya" Tanya Eza, tatapannya begitu sendu menatap manik mata Gea.

Gea masih bergeming. Tidak menjawab semua pertanyaan Eza, Gea hanya menatap lekat mata Eza, mencari ketulusan dari mata Eza

"Jangan kayak gini Ge" Eza menurunkan cekalannya menjadi menggenggam tangan Gea, ia semakin erat menggenggam tangan Gea. Gea masih tetap tidak mengeluarkan suara.

"Plis ngomong ge"

Gea masih tidak menjawab, Gea berusaha melepas genggaman Eza dari tangannya. Namun apa daya, genggaman Eza semakin erat, Gea masih tetap memaksa melepaskan genggaman Eza hingga akhirnya ia menyerah. Tenaga Eza lebih kuat darinya. Dan air mata Gea seketika turun dari pelupuk matanya. Gea menangis.

Melihat Gea yang menangis, Eza segera menarik Gea kedalam pelukannya. Eza berusaha menghentikan dan menenangkan Gea. Bukannya tenang, tapi malh is akan Gea semakin menjadi.

"Lo tega kak, lo tega! Lo lebih pilih anterin Risa daripada gue yang nunggu sendirian di depan sekolahan malem malem! Lo tega! Hisk, hisk" Gea  semakin terisak dipelukan Eza dan memukul-mukul dada Eza dengan satu tangan karena satu tangannya masih Eza genggam

"Iya, iya, ssstt udah. Gue minta maaf ya" Ucap Eza lirih sambil mengelus-ngelus punggung Gea, menenangkannya.

"Lo tega... Hisk, hisk" Isak Gea

"Gue minta maaf ge. Gue gak akan ulangin lagi. Gue janji"

Isakan Gea mulai mereda kalau mendengar janji yang Eza lontatkan. "Lo janji?"

"Janji" Ucap Eza yakin.

Gea sudah lelah menagis. Yang skarang ia inginkan hanyalah pulang kerumahnya "Gue mau pulang"

"Iya, gue anterin ya"

Gea ingin menolak, hati dan otaknya bertolak belakang. Di saat hatinya menolak, si otak malah mengiyakan. Jika dalam sebuah percakapan makan akan jadi seperti ini

Hati : aku nggak mau di anter sama Eza, aku masih marah.

Otak : udah, Terima aja. Lagian lumayan kan hemat duit.

Gea mengagguk mengiyakan tawaran Eza. Lalu Eza menarik lengan Gea lembut menuju parkiran tempat motornya terparkir.

"Pegangan" Ucap Eza saat Gea sudah duduk dibelakangnya. Gea menurut, ia memegangi dua sisi kemeja seragam di pinggang Eza. Namun gerakan tiba-tiba Eza membuat mata sembapnya membulat. Eza menuntun kedua tangan Gea memeluk perut Eza.

Tanpa Eza tau kini wajah Gea sudah seperti kepiting rebus.

'Romantisnya bisa pending gak sih. Kalo gini kan gue gak bisa marah lama-lama' batin Gea.

****

Bukan mengantarkan Gea kerumahnya, Eza malah membawa Gea ke depan gedung apartemen. Jujur Gea tidak tau apa Maksud Eza membawanya kemari.

'Apa Eza bawa gue ke apartemennya?' batin Gea bertanya-tanya.

'Eh, tapi apa bener ini apartemennya Eza?' Gea masih bergulat dengan pikirannya.

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang