SEMBILANBELAS

2.3K 210 20
                                    

Happy reading!!!
Cek typo:)






Latihan hari ini telah usai, anggota yang lainpun sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Di sini tinggal tersisa Gea, Fano, Titan, Davin, Milan dan Imel. Mereka masih berkemas di tribun, lebih tepatnya Milan dan Imel yang menunggu keempat orang itu berkemas.

"Ayo cepetan! Udah sore nih!" Kesal Imel. Karena ia terlalu lama menunggu keempat orang itu berkemas, sedangkan anak-anak yang lain sudah pulang.

"Sabar!" Sahut mereka bersamaan, bahkan Milan juga ikut-ikutan.

Imel mencebikan bibirnya kesal. Inilah mengapa ia selalu malas menonton mereka latihan basket. Menunggu mereka sampai sore adalah hal yang melelahkan, meskipun dia hanya duduk menonton. Waktunya hanya terbuang sia-sia, lebih baik waktunya diisi dengan tidur di atas kasur kesayangannya. Itu lebih menyenangkan daripada duduk diam menonton mereka yang berlarian saling merebut bola.

Tak disangka, tiba-tiba saja suara bang Gibran terdengar berada dibelakang Imel. Sontak saja Imel berjenggit kaget.

"Kalian belum pada pulang?" Tanya bang Gibran yang kini berada di sebelah Imel.

Mereka tidak menjawab. Karena menurut mereka bang Gibran tidak melayangkan pertanyaan, melainkan pernyataan. Jadi untuk apa mereka repot-repot menjawab.

"Dek Imel. Pulang sama siapa? Bareng Abang aja, mau nggak?" Tanya bang Gibran menggoda Imel. Sedangkan yang digoda bergedik geli mendengar nada genit dari bang Gibran.

"Gak" ketus Imel

"Kok gak mau? Nanti dek Imel pulangnya sama siapa dong? Gak baik lho anak gadis pulang sendirian. Mana udah mau gelap lagi" ucap bang Gibran. Ia terus menggoda Imel.

"Ngomongnya gak usah kayak gitu bisa? Jijik gue dengernya" tegas Imel pada bang Gibran. Bang Gibran melotot melihat reaksi Imel. Apa? Dia jijik pada Gibran? Selama ia mengenal mahkluk bernama perempuan, baru pertama kali ia dibilang jijik. Kebanyakan dari mereka tersipu-sipu saat Gibran menggoda mereka atau mengatakan hal yang semacam itu.

Sedangkan teman-teman Imel hanya diam. Mereka sudah biasa mendengar kalimat kalimat pedas yang dilontarkan Imel. Mereka menahan tawa saat melihat reaksi yang ditimbulkan Bang Gibran, wajahnya antara menampilkan terkejut dan malu.

Karena memang sudah tidak sanggup lagi menahan. Akhirnya tawa mereka pecah.

"HAHAHAHAHAHAAAA"

"Sialan kalian" umpat bang Gibran.

****

Milan dan Davin sudah pulang duluan. Fano dan Gibran pun sudah bersiap untuk menjalankan motornya, namun terhenti karena melihat Gea yang masih berdiri didepan gerbang.

"Oy Ge! Gak pulang Lo?" Tanya bang Gibran.

"Nggak bang, lagi nunggu jemputan nih" sahut Gea. Memang sekarang dirinya sendang menunggu jemputan dari Eza. Saat ia ingin memesan ojol, Eza tiba-tiba saja menelfon. Katanya dia akan menjemput Gea.

"Yakin? Kalo nggak balik bareng Fano lagi aja" usul Gibran mengarahkan kepalanya pada Fano.

Dibalik helmnya Fano melotot. "Apaan bawa-bawa gue?!"

Bang Gibran terkekeh. hingga kekehannya terhenti saat motor Titan yang hendak melintasi mereka. Bukan masalah Titannya, tapi orang yang dibonceng Titan yang menjadi masalah. Orang itu adalah Imel. Pantas saja Imel tidak mau diajak pulang bersama Gibran. Ternyata Imel pulang bersama Titan.

Gea dan Fano pun melongo melihat Imel yang dibonceng Titan. Sebenarnya tidak ada masalah sih, tapi terasa aneh saja. Karena Titan dan Imel seperti tidak mengenal satu sama lain meski mereka sering bertemu. Saat mereka bertemu pun mereka hanya diam-diaman. Dan sekarang? Mereka melihat Imel dan Titan berboncengan.

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang