DUAPULUH

2.3K 214 86
                                    

Happy Reading!!!

Cek typoo!!!













Gea berjalan santai di lorong menuju kelasnya. Hari ini ia merasa tidak semangat sekolah karena ia tidak ingin bertemu dengan Eza.

Semalam, saat Eza menghentikan motor di depan rumahnya. Eza menjelaskan alasan mengapa ia begitu terlambat menjemput Gea. Eza bilang, ia terlambat karena bertemu dengan Risa di pinggir jalan dengan keadaan menangis. Eza menghampiri Risa, dan saat itu Risa memeluk Eza secara tiba-tiba dan meraung dipelulan Eza. Eza yang tidak tega kemudian menenangkan Risa hingga tangisannya reda dan Risa merasa tenang. Karena hari sudah mulai gelap Eza kemudian mengantarkan Risa pulang. Jarak antara tempat itu dengan rumah Risa terbilang jauh hingga Eza memutar balik jalan. Dan setelah itu Eza kembali menjalankan motornya untuk menjemput Gea di sekolah, karena jarak antara rumah Risa dengan SMA Tunas Harapan sangat jauh Eza akhirnya telat menjemput Gea.

Gea mengela nafas berat ketika teringat penjelasan Eza semalam. Ia merasa sesak, ternyata Eza lebih memilih Risa ketimbang Gea yang notabenenya adalah pacar Eza sendiri. Ia bahkan berfikir ucapan Risa memang benar, bahwa Gea hanya pelampiasan bagi Eza.

Puk

Gea merasakan sebuah tangan bertengger di bahunya. Ia melirik singkat pada pemilik tangan itu. Orang itu adalah Fano. Kenapa Fano muncul saat seperti ini, sungguh hari ini Gea tidak semangat untuk beradu cekckk dengan siapapun termasuk dengan Fano.

"Napa lo" Fano bertanya heran. Karena tidak biasanya Gea seperti sekarang ini.

Gea tidak menjawab pertanyaan Fano. Banhkan untuk menoleh saja Gea enggan.

"Woy gue nanya!" Fano merasa geram karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Gea. Bahkan Gea terlihat acuh.

"Helloooo lo bukan Gea ya? Lo jin penghuni sekolah ya?" Pertanyaan absurd itu terlontar begitu saja dari mulut Fano. Namun Gea masih saja tidak membalas.

"WOY!!!" Karena saking geramnya, Fano sampai mendorong bahu Gea keras. Sehingga Gea hampir saja terjerembab jatuh.

"Lo apaan sih!" Mood Gea benar-benar hancur karena adanya Fano. "Gue benci sama lo!!" Setelah mengatakan itu Gea bergegas pergi menghiraukan Fano di sana.

Sedangkan Fano bergeming. Ia bingung sekarang. Tidak menyangka jika Gea menaggapinya sepeti itu padahal Fano hanya bercanda. Ah, tapi Fano bodo amat. Ia mengedikan bahu dan melangkahkan kakinya pergi menuju kelasnya.

"Kesurupan kali tuh orang"

****

Fano berjalan beriringan bersama kedua temannya, Titan dan Davin. Mereka memasuki kawasan kantin yang sudah mulai ramai. Mereka bertiga mengedarkan pandangannya mencari tempat yang kosong untuk mereka tempati. Semuanya sudah tetisi, hanya di tempat tiga orang perempuan saja yang masih agak kosong. Tempat itu adalah tempat yang di duduki oleh Gea dan kawan-kawan.

Tak butuh waktu lama, Titan, Fano, dan Davin menghampiri ketiga perempuan itu. Terlebih lagi Davin yang mendahului karena ia sudah tidak sabar untuk bermanja-manja dengan pacarnya.

"Bebebb!!!!!" Seru Davin merentangkan kedua tangannya dan berlari menuju Milan.

"Honneyyyy!!!" Sahut Milan juga merentangkan tangannya. Dan saat mereka sudah berhadapan, mereka berdua berpelukan seperti teletubies.

"Kangennnn" Ujar mereka bersamaan berpelukan sangat erat.

Sedangkan teman-teman mereka hanya menatap jijik dan geli, kecuali Gea. Ia hanya menatap Milan dan Davin datar.

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang