DUAPULUHSEMBILAN

1.7K 193 69
                                    

Hai! Apa kabar? Kira kira udah berapa lama gue gak buka lapak ini. Masih ada yg nunggu cerita ini ngga ya, alurnya masih pada inget nggak? Maaf kalo selama ini gue ngilang gitu aja wkwk. Dan sori banget buat yang bulan kemarin minta up tapi gue malah gak up hehe. Bukan karena males atau apa, tapi dunia gue bukan soal wattpad aja. Gue punya banyak kegiatan dan masalah yang harus gue selesaikan. Jadi, gue minta maaf banget banget sama kalian semua.

Happy Reading!

Entahlah apa yang terjadi beberapa saat lalu, saat tiba-tiba ia memeluk Fano. Dan yang Gea tak habis pikir adalah, mengapa Fano bisa ada di sana?!

Gea menggeleng-geleng kan kepalanya, tak ingin mengingat kejadian tadi. Sekarang yang dia inginkan adalah istirahat, dan menenangkan pikirannya. Ya, Gea istirahat di tempat di mana Fano mengantarnya tadi. Yaitu apartemen Imel.

Imel memang tinggal di apartemen. Dan ia akan pulang ke rumahnya saat weekend dan jika ada acara tertentu saja.

"Inget Ge, lo belum cerita apapun tentang masalah lo ke gue," ucap Imel yang datang dari dapur membawa segelas air untuk Gea.

Gea menghela nafas, menerima gelas dari Imel dan meneguknya hingga tersisa setengah gelas. Gea memang belum menceritakan apa-apa pada Imel. Ia baru menceritakan masalah ini pada Milan.

"Gue dan Kak Eza ... Huhh, kita udahan." Gea menghela nafas, dan menceritakan semua kejadian dari awal permasalahan terjadi. Bayangan kejadian tadi pun tidak dapat Gea hentikan. Air matanya kembali keluar dari tempatnya.

Imel membawa Gea ke pelukannya. Ia tau sahabatnya sedang butuh ketenangan sekarang. "Gak apa-apa Ge, nangis aja lagi. Air mata lo masih banyak, kan?" Gea langsung mendorong dan menggeplak tangan imel yang tadi mengusap punggungnya.

"Garing tau gak." Bisa bisanya Imel masih menanyakan kadar air matanya. Harusnya Imel menyuruhnya untuk berhenti menangis, bukannya malah menyuruhnya terus menangis. Teman macam apa Imel ini.

Imel terkekeh kecil. "Ya udah, gue ke dapur lagi deh. Gue mau ngambil camilan. Kali aja kan cerita cinta lo sama Eza kayak film film romance sad ending gitu. Haha," ucap Imel berdiri dan pergi ke dapur.

"Sialan lo." Tapi emang bener sih. Malah lebih sad, lanjut Gea dalam hatinya.

Seperginya imel ke dapur, Gea terdiam merenungi semua kejadian sebelum ini. Eza yang begitu sangat Gea kagumi. Terlebih lagi sikap Eza yang seakan benar-benar mencintainya. Ralat, Gea yang benar-benar merasa dicintai oleh Eza. Dan entah apakah Eza juga benar mencintainya? Gea tidak tahu. Melihat kejadian yang sudah ia lewati selama ini. Ia yakin Eza memang tidak mencintainya.

Ting tong...

Gea menoleh ke pintu unit apartemen ini, sepertinya ada yang datang. Siapa yang malam-malam datang mengunjungi Imel.

"Mel! ada yang dateng!" teriak Gea pada Imel yang masih di dapur.

"Bukain aja Ge! gue abis nge-Gofood tadi, mungkin udah dateng," sahut Imel dari dapur.

Gea bangkit dari duduknya, melangkah menuju pintu dan  membukanya.

Ting tong...

"Sebentar...," sahut Gea saat bel kembali berbunyi.

"Iya— Titan?"

"Gofoodnya gak usah lo bayar lagi Ge, gue ud—"

Gea menoleh ke belakang, Imel yang baru muncul dari dapur seketika menghentikan kalimatnya. Terpaku melihat bukan ojek online yang mengantarkan pesanannya.

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang