DUAPULUHLIMA

1.2K 162 5
                                    

Hai Hai hai!!!
Yeyy!!!
Up! Up! Up!
Kangen gue gak?! Harus kangen pokoknya!!
Ini gue udah up. Up nya pun beda ya gaes!! Hahaha.

Gue gak mau tau, gak pengen tau, tidak ingin tahu, i don't wanna know, ra pengen weru, teu palay nyaho!!
Pokoknya kalian harus Vote dan komen yang banyak, biar guenya juga semangat up terus!!

Minimal 100 vote per Chap nya ya!!
Maksa banget dah gue:v
BODO AMAT!!!
Pokoknya
KALIAN HARUS VOTE + KOMEN!!!

Dah lah. Gak usah kelamaan bacot. Sekarang cuss langsung baca aja.
yuhuuu!!!


HAPPY READING
AND
CEK TYPO!!




↓↓↓





Bang Gibran harus segera pergi ke rumah sakit, menyusul para tenaga medis yang membawa Fano duluan. Kini Bang Gibran berlari ke parkiran untuk mengambil motornya.

"Bang Gibran!"

Ketika Bang Gibran akan memakai helmnya, seseorang berseru memanggilnya. Bang Gibran menoleh ke arah suara itu, di sana ada dua orang perempuan yang berlari kecil kearahnya.

"Bang Gibran, pertandingannya udah di mulai?" tanya salah satu dari mereka, Tania. Ya, kedua perempuan itu adalah Tania dan Rea.

"Udah dari tadi."

Tania dan Rea mengernyitkan dahinya, jika pertandingan sudah mulai, mengapa Bang Gibran pergi?

"Lah kok, emang Abang mau ke mana?" tanya Rea.

"Gue mau ke rumah sakit. Kalian minggir sana, gue buru-buru," ucap Bang Gibran mengibaskan tangannya.

"Eh bentar-bentar. Siapa yang sakit? Bukan salah satu anggota timkan?" Rea dan Tania menahan motor Bang Gibran yang akan melaju.

"Minggir."

Rea dan Tania menggeleng cepat, "jawab dulu Bang," desak Rea.

"Minggir, ngga. Gue tabrak nih!" ancam Bang Gibran bersiap dengan pedal gasnya.

"Nggak!" seru keduanya bersamaan.

"Gue buru-buru. Awas!"

"Jawab dulu!"

Bang Gibran mendengus kasar, ia harus buru-buru sekarang dan dua cecunguk ini menghalangi jalannya, "Fano yang ke rumah sakit. Puas!"

"Apa?! kok bisa bang?" Rea terkejut dengan apa yang bang Gibran katakan.

"Ya mana gue tau. Makanya sekarang gue mau ke rumah sakit, lo berdua malah ngalangin gue," ujar Bang Gibran.

Rea dan Tania berdiam sejenak. Melihat mereka berdua yang melamun dan melongo, Bang Gibran menarik gasnya bergegas pergi, namun mereka kembali menahan motornya.

"Apa lagi sih?!" geram Bang Gibran.

"Rea ikut sama lo ya Bang," ucap Tania dan diangguki oleh Rea.

Demi pergi dari sini dan harus berada  di rumah sakit sesegera mungkin, Bang Gibran langsung mengiyakan saja. Karena jika ditolak pasti mereka berdua akan menahannya lama.

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang