SEPULUH

2.7K 205 5
                                    

Happy Reading my readers♥

Jangan lupa buat koreksi typo, kalo ketemu sama typo coment aja ya gaiss!!!







Pagi ini Gea bangun dengan semangat. Tidak perlu alarm dan suara cempreng Jani untuk membangunkannya, kali ini gea bangun sendiri pagi-pagi sekali. Alasannya karena tidak mau Eza lama menunggunya.

Ya, Beberapa hari belakangan ini setelah kejadian di halte, Eza selalu mengantar dan jemput Gea baik pulang maupun berangkat sekolah.

Gea menuruni tangga menuju ruang makan. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul untuk sarapan.

"Pagi semuanya!!" Sapa Gea dan mencium pipi kedua orangtuanya, tanpa mencium pipi Tinggi.

"Lo mah gitu Ge sama Abang sendiri. Durhaka Lo" ucap Tinggi mencebikan bibirnya.

"Elah, sok drama banget Lo"

"Gea gak boleh gitu sama Abang mu" Gilang bersuara membela Tinggi.

Tinggi yang merasa di belapun melirik kearah Gea dan menjulurkan lidahnya seolah mengejek Gea. Sedangkan Gea hanya memutar bola matanya jengah.

'dasar manja' umpat Gea dalam hati

Tinggi memang manja. Padahal umurnya sudah 23 tahun. Arsitek muda itu terlalu banyak tingkah dan manja, mungkin itu juga yang membuat para wanita tidak ada yang tertarik padanya.

"Udah, udah yuk makan aja" ucap Jani mengentikan tingkah laku kedua anaknya tersebut.

Tin.. tin..

Suara klakson motor, mengehentikan kegiatan makan Gea. Ia tau pasti itu suara klakson motor milik Eza.

"Ma, Pa, bang. Gea berangkat dulu ya udah di jemput" Gea bangkit dan mnecium punggung tangan kedua orangtuanya dan Tinggi.

"Di jemput siapa Ge?" Tanya Jani tiba-tiba.

"Itu loh mah, yang biasa antar-jemput Gea tiap hari" sela Tinggi ketika Gea akan menjawab pertanyaan Jani. Jani hanya ber oh ria sambil mengangguk-anggukan kepalanya kecil.

"Gea berangkat. assalamualaikum" Gea kemudian pergi meninggalkan rumah.

"Waalaikumsalam" sahut orang di dalam rumah serempak.

Gea menghampiri Eza yang sedang menunggu sambil memainkan handphonenya

"udah lama nunggu kak?" Tanya Gea pada Eza. Eza mendongak dan kemudian tersenyum.

"Nggak kok. Baru aja nyampe" jawab Eza. "Yaudah yuk, berangkat" lanjutnya.

"Hayuk"

Gea kemudian naik keatas motor Eza. "Udah belum?" Tanya Eza.

"Udah"

Eza melajukan motornya meninggalkan pemukiman rumah Gea.

****

Gea dan Eza sudah sampai diparkiran sekolah, Eza membantu Gea melepaskan helmnya.

"Kak nanti gak usah nungguin gue ya. Soalnya gue ada latihan buat tanding nanti" ucap Gea.

"Oh gitu. Yaudah, padahal gue mau minta temenin ke toko buku" ucap Eza dengan nada kecewa.

"Yah, maaf deh kak. Gue gak bisa nemenin. Lain kali aja ya" ucap Gea dengan nada menyesal

"Gak apa-apa kok. Gak usah nyesel gitu, bisa lain kali ini. Oh iya, semangat ya latihannya" ucapan semangat Gea membuat jantung Gea berdetak cepat dan pipinya memerah.

"Yaudah ya kak. Gue pergi ke kelas dulu. Bye" pamit Gea. Gawat jika Gea masih disitu. Tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Bye"

Kembar? [GAK!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang