11

307 22 30
                                    

Acara selesai pukul 11.00 membuat siswa-siswi bisa pulang ke rumah lebih awal. Tapi berbeda dengan Qila, gadis itu kini sedang berada di sebuah cafe karena Langit yang mengajaknya ia pun menurutinya toh di rumah pun tak ada kegiatan.

"Kasian amat sih si Bima daritadi kalah mulu," ucap Qila sambil tertawa melihat Bima dengan wajah penuh bedak bayi karena lelaki itu kalah bermain ludo yang mereka mainkan di handphone Chandra.

"Nah berhubung lo kalah lagi, sekarang hukumannya beda" ucap Chandra membuat semuanya penasaran.

"Lo pesen minum apapun terserah, tapi bedak nya jangan dihapus," ucap Chandra yang dengan songongnya menyisir rambut tebalnya ke belakang.

"Gila," umpat Bima yang di tertawai oleh semuanya, tak sedikit tatapan pengunjung yang memperhatikan kegiatan mereka.

"Ayo dong Bim harus gentle," ucap Abimanyu yang di angguki oleh semuanya.

"Akhirnya gue tau temen bangsat tuh kaya apa," ucap Bima.

"Lama amat bang, cepetan" titah Abimanyu yang akhirnya membuat Bima berdiri dan menghampiri meja tempat memesan. Mereka semua tertawa melihat bagaimana pelayan itu mati-matian menahan tawanya, sedangkan Bima hanya bisa pasrah menjalani hukuman dari temannya.

Langit hanya sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan Qila yang ada di hadapannya itu sedang tertawa, Qila yang diperhatikan menatap balik ke arah Langit tetapi tak membuatnya berhenti tertawa.

Langit hanya sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan Qila yang ada di hadapannya itu sedang tertawa, Qila yang diperhatikan menatap balik ke arah Langit tetapi tak membuatnya berhenti tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo manis, mau ga jadi pacar gue ?" ucap Langit datar membuat semua orang yang sedang tertawa terdiam dan menatap ke arah Langit, begitu juga dengan Qila.

"Ke pojok woi, mereka butuh privasi" ucap Arash menyuruh teman-temannya untuk pindah ke meja pojok yang ada di cafe itu. Membuat suasana di meja yang Qila dan Langit tempati menjadi hening.

Qila bingung harus menjawab apa, di satu sisi Langit ini menyebalkan tapi di satu sisi ia juga mulai menyukai Langit karena mereka sering bersama. Galang ? Qila sudah menghilangkan rasa kepada lelaki brengsek itu dan ia tak mau mengungkitnya.

"Lupain," ucap Langit lalu meminum jus mangga miliknya karena tak kunjung mendapat jawaban dari Qila.

"Gue mau," ucap Qila sambil menunduk karena ia sangat malu, bayangkan saja tiap hari mereka slalu bertengkar tapi tiba-tiba Langit menembaknya? Oh tuhan yang benar saja.

"Gue bukan cowo romantis, gue juga ga pinter bikin puisi, gue juga bukan cowo yang 24 jam bakal kabarin lo, tapi gue bakalan lakuin kalo lo yang minta," ucap Langit serius karena entah sejak kapan Langit akan melakukan apapun yang Qila minta walaupun ia tak suka misalnya saat acara sekolah tadi.

"Gue ga minta apapun dari lo Lang, gue cuman minta satu," ucap Qila sambil tersenyum.

"Apa ?" tanya Langit.

"Jangan ngecewain gue," pinta Qila yang membuat Langit terdiam sesaat.

"Oke," putus Langit membuat Qila tersenyum.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang