5

302 26 0
                                    

Qila sedari tadi hanya melamun di atas motor besar milik lelaki yang tadi menolongnya, motor ini berada di tengah-tengah motor yang lainnya membuat Qila dan lelaki di depannya ini diperhatikan oleh orang-orang yang ada di jalan. Pasalnya mereka semua memakai seragam Sma dan memakai jaket hitam yang seragam,  dan dari sekian banyak motor hanya lelaki ini yang membonceng perempuan karena yang lainnya tidak membonceng siapapun.

"Em kenapa disini ?" tanya Qila saat mereka memberhentikan motornya di samping stand pecel lele. Tapi hanya tersisa 6 motor yang berhenti disini yang lainnya menyebar entah kemana. Lelaki yang membonceng Qila pun membuka helm fullface nya dan menoleh ke belakang.

"Kita manusia, butuh makan" ucapannya membuat Qila mengangguk paham. Qila masih duduk di atas motor besar milik lelaki itu membuat si empunya jengah.

"Turun" perintahnya membuat Qila semakin tak nyaman, karena saat bersama Galang pun ia perlu memegang bahunya karena motornya  terlalu tinggi. Tapi sekarang ? Masa iya dirinya harus memegang bahu lelaki di depannya ini ?
Karena tak punya pilihan lain akhirnya Qila memegang kedua bahu milik lelaki di depannya ini dan turun  dari motor miliknya dengan sempurna. Lelaki itu pun turun dari motornya dan mulai memasuki stand pecel lele yang diikuti oleh teman-temannya. Qila hanya berniat menunggu diluar karena dia malu, di dalam sana banyak laki-laki dan ia sendirian. Yang benar saja!

"Masuk aja yu" ajak lelaki yang tiba-tiba menongolkan kepalanya dibalik kain bertulisan 'Pecel Lele'.

"Disini aja" ucap Qila sambil tersenyum dan tangannya yang meremas kuat roknya.

"Gapapa yu" ajaknya lagi, kali ini lelaki itu sudah tak menongol lagi tetapi sudah berjalan kearahnya membuat Qila semakin tak nyaman.

"Chandra" ujar lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

"Qila" Sambil membalas uluran tangan lelaki di depannya ini.

Lelaki itu pun menunjuk ke arah dalam stand menggunakan dagunya menyuruh Qila untuk masuk. Qila pun menyerah dan mengekori langkah lelaki di depannya ini yang bernama 'Chandra'. Lelaki tinggi, rambut yang blonde mempunyai senyum manis dan terlihat humoris. Sampailah Qila di dalam yang langsung dipersilahkan duduk oleh Chandra dan lelaki itu duduk di samping kiri Qila.

"Nama" ujar lelaki yang tadi membonceng Qila, tapi tatapannya terpaku pada ponsel yang berada di genggamannya. Hening tak ada yang menjawab.

"Siapa nama lo ?" jelas lelaki yang berada di sebelah kanan Qila, Qila mengangguk paham.

"Qila" ucap Qila lalu tersenyum paksa, karena dirinya sangat malu apalagi semua lelaki ini memperhatikan dirinya kecuali si songong yang tadi menolongnya.

"Kalo kalian ?" tanya Qila dengan sangat ragu.

"Chandra Rega Pradipta" tuturnya membuat Qila mengangguk.

"Bima Anggara Mahaprana" ucap lelaki yang berada di samping kanan Qila.

"Abimanyu Sadana" ucap lelaki yang berada di hadapan Chandra.

"Evano Varesta" tutur lelaki disebelah Abimanyu.

"Arash Rafardhan" lelaki yang berada di samping Evano.

Tinggal lelaki yang menolongnya tadi tapi setelah beberapa detik Qila menunggu, lelaki itu masih asik dengan ponselnya sambil bersiul tak berdosa.

"Tinggal sebut nama aja susah" gumam Qila sambil mencibir tapi sayangnya mereka mendengar ucapan Qila dan membuat mereka mati-matian menahan tawa, kecuali si songong itu.

"Punten neng, aa" tiba-tiba si penjual datang sambil membawa makanan yang mereka pesan. Qila hanya melongo karena dihadapannya ini banyak makanan yang entah mereka akan memakannya atau tidak.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang