32

177 15 24
                                    

Keesokan hari nya Langit terbangun dengan wajah yang sumringah, di sampingnya ada Galang yang masih tertidur dengan posisi kaki yang berada di atas perut Langit sedangkan kepalanya menggantung bebas di pinggiran ranjang, jika Langit berniat jahil dan bangun dari posisinya mungkin Galang bisa langsung terjatuh. Tapi sayangnya ia tak mau melakukan itu.

Tangannya perlahan memindahkan kaki Galang yang berada di perutnya yang polos tanpa baju, setelah dirasa tak ada pergerakan dari Galang ia pun melangkah menuju kamar mandi. 5 menit kemudian Langit sudah keluar dengan hanya menggunakan handuk yang dililiti di pinggangnya, tangan kanannya mengusap-ngusap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Kakinya melangkah ke arah lemari besar yang kini terdapat pakaian Galang. Ia berfikir sejenak sambil melihat baju-bajunya lalu akhirnya memutuskan untuk memakai kaos dan celana levis berwarna hitam. Setelah semua melekat pada tubuhnya ia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh termasuk leher nya.

"Bangun udah jam 6." Langit melirik Galang dari cermin, lelaki itu hanya bergumam tak jelas. Langit tersenyum sambil melihat ke arah cermin, ia menaruh telunjuk dan jempolnya di dagu lalu kepalanya diarahkan ke kanan dan ke kiri lalu lelaki itu bergumam 'perfect'

"Lang! gue tinggal ya, gue mau ketemu Qila." ucap Langit dengan wajah yang cerah. Ia tak peduli si Galang mendengarnya atau tidak yang penting ia sudah pamitan.

Langit pun keluar dari kamar hotel dengan langkah percaya dirinya, tetapi di ujung lorong hotel ada guru olahraga yang melambaikan tangan padannya, Langit hanya mengangkat alis nya sebelah.

Guru olahraga itu membenarkan kacamatanya.
"Langit! Bapa suruh kamu kesini bukan angkat alis!" Langit lalu mendekat dengan malas. "Masih pagi gausah teriak, kasian kuping orang pa." ucap Langit datar.

"Biarin, bapa kesini mau kasih tau kalo sekarang ada acara lari pagi keliling malioboro." Langit langsung melotot mendengarnya.

"Ga, saya gamau pa." tolak nya langsung, karena tujuan nya keluar pagi hari seperti ini hanya untuk bertemu dengan Qila, bukan malah berolahraga.

Guru olahraga dengan peluit yang digantungkan dilehernya itu hanya tersenyum manis lalu sedetik kemudian ia menggeplak pantat Langit dengan papan dada yang ia pegang. "Bapak ga nanya sama kamu, mau ga mau ya harus ikut. Jam 7 bapak tunggu semuanya di depan hotel." lalu guru olahraga itu pergi meninggalkan Langit yang mengelus pantat nya.

Langit pun masa bodo dengan semua itu dan melangkahkan kakinya ke luar hotel, ia menghirup udara Jogja pagi ini, sejuk. Kakinya terus berjalan menelusuri jalanan yang masih sepi, hingga akhirnya ia sampai di hotel yang tidak jauh dari hotel nya. Langit memasuki hotel itu dengan jantung yang berdebar-debar. Ia langsung menghampiri meja resepsionis.

"Mba kamar khusus SMA Orion atas nama Aqila nomer berapa?" resepsionis itu langsung mengecek sebentar lalu tersenyum. "Maaf mas, SMA Orion sudah meninggalkan hotel sejak pukul 4 pagi." jawaban dari respsionis itu langsung membuat dada Langit bergemuruh.

"Maksud mba? Mereka lagi ada acara di luar?" tanya Langit dan berharap jika Qila akan kembali ke hotel ini. Tapi sayang, resepsionis itu menggeleng sambil tersenyum "Maaf mas, mereka udah pulang ke Bogor." Langit langsung berlari ke luar dan segera menuju ke arah hotelnya, karena sial nya ponsel miliknya tertinggal di kamar.

Sesampainya ia di hotel ternyata sudah banyak siswa dan siswi yang sudah memakai baju olahraga, Langit hendak berlari ke arah pintu masuk hotel, tapi kesialan menimpanya lagi disaat telinga nya dijewer dari arah belakang. "Langit Madaharsa Ganendra. Darimana kamu?!" bentak Bu Hasni atau lebih tepatnya kesiswaan baru di SMA Sakuta.

"Luar," jawab Langit singkat, wajahnya datar tapi telinganya merah akibat jeweran tadi. Bu Hasni hanya menggeleng lalu menyuruh Langit untuk berbaris dengan teman-temannya yang juga membuat onar. Mereka semua melanggar karena tidak memakai pakaian olahraga. Langit tersenyum sekilas melihat anggota Nostra (bukan inti) tak memakai baju olahraga. Langit pun mengambil barisan di paling depan, alisnya berkerut karena mereka berbaris menghadap ke arah matahari yang baru saja muncul dengan perlahan.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang