25

208 21 39
                                    

Kau yang aku anggap baik ternyata sama saja dengan mereka~

Baiklah mulai sekarang Qila memutuskan untuk tak membujuk Aksa agar mau dekat lagi dengan dirinya, percuma. Biarkan saja waktu yang menjelaskan.

Qila saat ini sedang berada di bawah pohon rindang dengan bola basket yang ia pegang dengan kedua tangannya, tatapannya terus terpaku pada Aksa yang yang berada di depan ruang Guru dengan beberapa anggota Osis lainnya yang sedang mengurus perencanaan liburan kelas XII sebagai tugas terakhirnya menjadi ketua Osis. Ia saat ini sangat merasa kesepian, ia merindukan Arash dan Mika yang selalu menghiburnya ketika sedih maupun bosan. Ia juga sedikit merindukan Langit, ketua Nostra yang akan menjadi manja saat bersamanya. Ia merindukan Bandung dan orang-orang yang ada disana.

"Mikirin sesuatu juga butuh tenaga," tegur Orviel yang tiba-tiba duduk di sebelah Qila membuat gadis itu langsung tersadar dan menerima botol air mineral dengan tutup yang sudah terbuka.

Qila meminumnya tanpa minat, ia sangat-sangat kesepian karena tak memiliki teman. "Gue liat akhir-akhir ini lo sendiri terus," ucap Orviel sambil menatap lurus ke depan sambil melepas headset gaming nya dan ditaruh di leher, sedangkan Qila menatap wajah Orviel sekilas.

"Makasih," ucap Qila setelah meminum air pemberian Orviel.

"Gue ga punya temen," ucap Qila lesu.
"Btw kenapa lo tau kalau gue selalu sendiri?" tanya Qila tanpa melihat ke arah Orviel. Lelaki itu memberi tutup botolnya pada Qila, dan gadis itu langsung menutup botolnya.

"Gue diem bukan berarti ga merhatiin," tutur Orviel dengan tatapan datarnya. Lalu setelah itu berjalan menuju Aksa dan anggota Osis lainnya, meninggalkan Qila dalam kesendirian. Orviel memang temannya tetapi lihatlah dia selalu saja begitu, bicara 1 atau 2 kalimat setelah itu pergi. Membosankan. Tapi ia bersyukur karena setidaknya dia masih memiliki teman.

Qila mengeluarkan handphone lamanya yang sengaja ia matikan, handphone ini tak pernah digunakan karena jika menyalakannya maka notif dari teman-temannya di Bandung pasti akan muncul membanjiri akun media sosialnya. Qila menghela nafasnya lelah, lalu memasukan kembali handphone mati itu ke dalam saku celana olahraganya. Setelah itu ia membuka handphone barunya yang berarti tak ada satu pun kontak teman-teman lamanya, instagramnya baru, wattsapp baru, line nya pun baru. Ia membuka aplikasi galerinya, ia memandang satu persatu wajah yang ada disana. Sampai tak terasa jarinya berhenti menggeser ketika melihat fotonya bersama Arash dan Laskar, perlahan tapi pasti senyumnya terukir dengan sangat indah.

"Nanti aku pulang ko," monolognya lalu bangkit dengan semangat, kaki terus melangkah sampai berhenti tepat di depan kelasnya.

"Woy katanya kita liburan ke Jogja!" teriakan itu se akan menyambut Qila yang baru saja menginjakan kakinya di dalan kelas.

"Serius lo?!"

"Serius lah,"

Qila hanya tersenyum manis memandang mereka lalu berjalan menuju mejanya yang berada di pojok, ia melipat kedua tangannya lalu menelungkupkan kepalanya. Ia berharap waktu dengan cepat bisa berputar karena ia ingin cepat-cepat lulus dan kembali ke Bandung, ia sangat-sangat merindukan orang-orang yang ada di sana.

***

Tak terasa satu minggu berlalu yang artinya kini kelas XII sedang ujian praktek, semua orang sibuk mempersiapkan kostumnya masing-masing. Tak terkecuali Qila, gadis itu sibuk menguntun rambutnya, sesekali ia mendumal karena hasilnya tak bagus tetapi setelah sekian lama ia bergulat dengan rambutnya, teman-temannya memuji dirinya secara terang-terangan.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang