26

221 20 47
                                    

"Pagi bang," sapa Qila saat melihat Laskar sudah duduk di meja makan dengan pakaian yang cukup rapih, kemaja kotak-kotak dengan kaos hitam di dalamnya. Gadis itu tersenyum dikala sang kaka mencium keningnya dengan cukup lama.

Mereka hanya berdua di rumah karena papa mama tetap berada di Bogor, dan Qila pun akan kembali ke Bogor setelah 3 hari di sini.

"Abang kangen banget Qil," ujar Laskar sambil menatap Qila yang sudah duduk di samping kursinya.

Laskar memegang tangan kanan Qila lalu dielus dengan perlahan, mata mereka saling menatap dengan pancaran kerinduan yang mendalam.
"Kamu disana gimana sekolahnya? Ga ada yang gangguin kan?" tanya Laskar khawatir sekaligus ingin tahu.

"Qila baik-baik aja ko bang, disana orangnya ga jahat," jawab Qila dengan senyuman tulusnya.

"Serius?" ucap Laskar ingin meyakinkan. Karena setahu Laskar jika perempuan berkata bahwa dirinya baik-baik saja itu bisa jadi perempuan sebenarnya tidak baik-baik saja. Dan ia takut jika Qila pun sedang tidak baik-baik saja.

"Serius abang," ucap Qila dengan kekehan, lalu melepas genggaman tangan Laskar karena ia sudah tak tahan ingin mencicipi ayam goreng buatan Laskar.

"Tumben amat bang mau masak," ujar Qila setelah ia menggigit ayam goreng yang cukup enak.

Laskar yang mendengar itu terkekeh lalu melihat ke arah Qila yang berada di samping kirinya, tangannya terulur untuk mengelus kepalanya lagi.
"Kesayangannya abang pulang, ya harus disambut lah." ucap Laskar, senyuman di bibir Qila terus merekah akibat abangnya.

"Ohh iya bang, kuliah abang gimana?" tanya Qila penasaran.

"Ya gitu," jawab Laskar asal-asalan. Tapi meski begitu Qila tetap tersenyum karena ia tahu dari mama bahwa semenjak Laskar kuliah, lelaki itu menjadi lelaki yang tak suka membuat onar dan ia tak pernah menjahili guru lagi, tetapi tetap saja Laskar hanya seorang laki-laki yang menutup hatinya rapat-rapat dan membekukan perasaan apapun yang hendak muncul.

"Ka Vio apa kabar?" seketika Laskar menyimpan sendok nya.

"Cewe itu makin gila de," ujar Laskar dengan nada seriusnya, tetapi walaupun begitu kedua pipinya masih menyimpan makanan yang membuat Laskar sangat lucu di mata Qila.

"Kenapa emangnya?" tanya Qila penasaran, Laskar hanya mengacungkan kelima jarinya tanda 'tunggu' lalu menelan makannya.

"Orang lain mah kuliah teh nyari tempat dan jurusan yang dia pengen, eh dia malah ngikutin gue kuliah di tempat dan jurusan yang sama de. Makin sini udah makin gila aja tu cewe," jelas Laskar dengan nada khas Bandung sambil menggeleng-gelengkan wajahnya.

"Tapi kasian tau bang ka Vio nya, dia udah suka sama abang dari pas kalian MOS Sma," ucap Qila iba dengan kaka kelas yang sangat mencintai abangnya ini.

"Kurang apa coba bang ka Vio? Udah cantik, pinter, anggun, jago masak, istri idaman pokonya." lanjut Qila.

"Ya itu kalo depan orang lain doang anggun, kalo sama gua beda cerita de. Dia bakalan berubah jadi monyet cina yang terus ngintilin gua sambil ngerengek-ngerengek,"

"Padahal pas SMA dia udah sering gua tolak, malah pernah dibentak. Tapi ko dia tetep nekat ya, tu mental dibuat dari apa neng?" lanjut Laskar sambil mengusap dagunya.

"Ih gila lo bang, harusnya lo ga boleh kaya gitu bang, gimana kalo ga ada yang mau sama abang dan ga ada yang kuat sama sifat abang?" tanya Qila sambil menunjuk Laskar dengan garpu.

"Ya bagus lah, kalau pun ada yang mau dan bertahan berarti dia serius sama gue, walaupun gua ga suka sama Viola tapi kalau dia masih bertahan sampe gua lulus kuliah. Gua bakalan langsung nikahin dia." jelas Laskar membuat Qila menggebrak meja dengan kuat.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang