21

223 14 28
                                    

Semenjak kepergian Qila, Arash kembali menjadi sosok yang dingin dan semakin tak peduli dengan orang lain. Teman-temannya saja sampai dibuat bingung karena sekarang pun Arash hanya diam tanpa menoleh pada makannya.

"Mik, Qila kemana?" tanya Chandra yang tak tau apa-apa.

"Iya gue kangen sama Qila, udah seminggu dia ga sekolah padahal kan ini awal masuk kelas XII," sahut Bima.

Mika hanya diam sambil memakan nasi goreng, matanya menatap kosong ke arah meja.

"Mik ko diem aja," ucap Chandra.

"Dia sakit? Atau izin?" tanya Evano.

"Gue gatau," jawab Mika dengan nada yang ditekan, mereka semua hanya diam sambil menatap Mika dengan kaget karena pasalnya baik Qila maupun Mika tidak pernah bersikap seperti ini.

"Sumpah gue muak liat si Langit sama si Ayara nempel terus, kita aja sampe dilupain," ucap Evan disela keheningan, teman-temannya mengangguk setuju.

"Gimana kalo ntar sore kumpul di Warbon, kita liat si Langit datang apa engga," saran Abi.

"Boleh tuh gue setuju," balas Bima dan diangguki oleh semuanya kecuali Arash dan Mika tentunya.

"Mik gue mau ngomong," ucap Arash tiba-tiba, lelaki itu tak mengucapkan apapun lagi dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari kantin.

Mika yang sedang makan pun mau tak mau langsung menghentikannya dan langsung mengikuti Arash dengan terburu-buru karena lelaki itu  sudah berada di ujung lorong. Akhirnya langkah Arash berhenti saat mereka sudah di taman yang berada di belakang gedung kelas XII.

"Qila pergi kemana?" tanya Arash to the point.

"Lo ajak gue kesini cuman mau nanya kaya gini--" ucap Mika tak habis fikir.

"Gue gatau," lanjutnya lalu melangkahkan kakinya untuk kembali ke kantin.

"Mik kasih tau gue please," mohon Arash sambil menghalangi jalan untuk Mika.

"Gue cuman mau tau dia ada dimana, udah itu aja ga lebih," tutur Arash, kini Mika sedikit terkejut karena pertama kalinya ia melihat Arash yang biasanya terlihat cool tetapi sekarang laki-laki itu terlihat putus asa dan tak memiliki semangat.

"Lo ga boleh kaya gini Rash, Qila ga suka," ucap Mika dengan mata yang mulai berkaca-kaca mengingat sosok sahabatnya yang sudah bersama sejak di taman kanak-kanak.

"Lo harus tetep jadi Arash yang kita semua tau, bukan malah Arash yang putus asa kaya gini---"

"Qila bakalan nemuin kita suatu saat nanti Rash, lo harus sabar," Arash langsung melotot mendengar penjelasan dari Mika dan langsung memegang bahu gadis itu dengan kuat.

"Ade gue bakalan balik lagi kan Mik? Dia bakal tetep jadi ade gue kan?" Mika tak sanggup menahan air matanya saat melihat Arash meneteskan sebulir air mata kepedihannya. Ia baru pernah melihat seorang laki-laki menangis karena seorang perempuan.

Mika hanya mengangguk sambil tersenyum tetapi pipinya masih dihiasi dengan air mata yang terus bercucuran. Cengkraman di bahu Mika mulai melonggar dan kini Arash jatuh berlutut di atas tanah, kepalanya menunduk sangat dalam dan bahunya bergetar hebat.

"Gue gamau kehilangan ade untuk yang ke 2 kalinya," ucap Arash, Mika langsung berjongkok untuk menyamai tingginya dengan Arash.

"Qila ga ninggalin lo Rash, dia bakalan balik lagi ko," tutur Mika sambil mengelus punggung Arash.

Sedangkan Chandra, Evano, Bima, dan Abimanyu yang sedari tadi mengintip di balik tembok hanya bisa menatap mereka berdua tanpa bisa berbuat apa-apa. Abimanyu yang notabennya adalah kekasih Mika tidak cemburu dikala melihat kejadian ini karena ia tahu jika sahabat dan kekasihnya itu sama-sama sedang terluka jadi ia sangat memakluminya.

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang