34

261 20 10
                                    

3 hari lagi mereka semua akan mengadakan acara graduation di sebuah taman besar, SMA Orion mengambil tema outdoor untuk acara ini. Acara yang sederhana namun cukup menarik, karena semua siswa harus menggunakan topeng, entah itu laki-laki maupun perempuan. Qila sedari tadi sibuk melihat-lihat gaun yang akan dipakai untuk acara nanti bersama dengan sang bunda.

"Qil ini bagus, cocok di badan kamu," ucap bunda sambil membawa gaun berwarna merah muda, gaun itu terlihat sangat cantik tetapi Qila kurang menyukainya karena rok sebelah kirinya sedikit terbuka dan akan memperlihatkan paha mulus Qila ketika sedang berjalan.

"Qila kurang suka bun," setelah itu Qila sibuk mencari gaun nya lagi, hingga tatapannya terpaku pada sebuah gaun putih yang simpel.

"Bunda, Qila mau yang ini aja." tunjuk Qila pada gaun yang dipajang. Bunda nya mengangguk lalu pergi ke sebuah ruangan yang Qila yakini ada temannya bunda yang notaben nya pemilik butik ini.

Qila lalu kembali mencari topeng pesta yang cocok dengan gaunnya. Setelah berputar-putar akhirnya ia menemukan topeng pesta berwarna putih, senada dengan gaunnya. Ia mengambil topeng pesta itu dan menyusul bundanya yang masih berada di ruangan khusus itu.

***

Tak terasa kini waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, kini Qila sedang bercermin di kaca kecil miliknya. Laskar yang tak mau kehilangan kesempatan pun rela ke Bogor dan mengantar adik tercinta nya itu menggunakan mobil miliknya.

"Udah cantik de gausah kebanyak ngaca." ucap Laskar sambil melirik Qila yang berada di kursi belakang lewat kaca mobil.

Qila tersenyum manis, "Qila udah bener kan? Ga ada yang aneh kan?" Laskar hanya menggeleng. "Berangkat sekarang?" Qila pun mengangguk menyetujui.

Selama di perjalanan, Laskar terus bertanya tentang hari-hari Qila di Bogor, dan terus memaksa agar adik nya itu pulang ke Bandung.

"De pulang dong ke Bandung, rumah sepi banget. Gua takut anjir kalo tengah malem galon suka bersuara blubuk blubuk padahal ga ada orang." jelas Laskar sesekali melirik Qila.

"Penakut. Qila, bunda sama papah pulang lagi ke Bandung ko abis acara ini selesai. Kan kerjaan papa di Bogor juga cuma satu tahun." balas Qila yang membuat wajah Laskar berseri-seri. "Makan enak lagi nih." monolog Laskar.

"Emang selama ini lo makan makanan yang ga enak?"

"Engga gitu, gue kangen aja sama masakan bunda, soalnya gue kalo makan ya gitu-gitu aja. Telor, mie instan, nasi goreng, telor, mie instan, nasi goreng. Gitu aja selama setahun, gimana ga enek coba gue." keluh Laskar mengingat bagaimana sengsaranya ia selama ditinggal bunda, papa, dan Qila.

"Kenapa ga pesen lewat gofood ke kali-kali, atau beli sate di depan komplek, atau ayam geprek."

Laskar berdecak "Selama kalian ga ada, gue udah kaya anak kos. Harus hemat ga boleh boros,"

"Kasian amat."

"Ya makannya pulang, gue udah cape masak nasi mulu, masak mulu, nyapu, ngepel, cuci piring, cuci baju, setrika baju udah kaya ibu-ibu aje. Gua kan calon bapak bukan calon ibu,"

"Yee lo pikir kalo lo ntar jadi bapak kaga bakalan bantuin bini lo gitu?"

"Heh gue ga akan nyusahin bini gue, orang kaya mah pake ART. Bini gue gausah ngurusin dapur, urusin gue aja. Yang jadi bini gue bakalan bahagia fiks, rebahan doang dapet duit." jelas Laskar sambil mendelik.

"Ya elah apaan pake ART, kaya bunda dong apa-apa bisa. Masak bisa, ngurus keluarga bisa. Multitalenta." balas Qila tak lupa ia pun mendelik pada abangnya.

"Dengerin nih cil, kalo gue pake ART kan lumayan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia, ya walaupun cuman ngurangin satu orang doang seenggaknya membantu negara."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LANGIT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang